Saka terbangun di pagi itu dengan pemandangan bentang langit biru. Sekilas, ia melirik ke kursi di sebelahnya, Dimas ternyata masih sibuk dengan alam mimpi. Semalam suntuk, selama kurang lebih tujuh jam, penerbangan tanpa jeda telah mereka lalui.
Tak lama, tatapan Saka bergulir kembali pada lukisan Sang Kuasa di balik lengkung kaca jendela. Sisi sayap burung besi sesekali terlihat menembus awan-awan tipis di sekitarnya. Semburat keemasan surya telah merangkak di batas kaki langit. Warna hijau dari kepulauan yang memanjang di atas Samudra Pasifik itu, mulai tampak kian jelas. Sebutlah Honshu yang terlihat paling besar dari atas sana.
Perasaan gegap gempita pun memenuhi hati. Negeri Matahari Terbit sebentar lagi akan ia jejaki. Dua belas hari, adalah waktu yang Saka miliki.
Semua agenda peliputan dan pembuatan konten sudah ditentukan dengan matang. Pekerjaan Saka sungguh tidak sedikit. Bahkan di dalam pesawat saja, ia masih harus disibuki dengan agenda pengambilan foto dan video untuk ulasan pelayanan maskapai yang sudah menjadi salah satu rekan perjalanan mereka. Sementara nantinya, ketika sudah tiba di Negeri Matahari Terbit, ia harus berkejaran dengan periode puncak mekar sakura yang kurang-lebih hanya ada seminggu. Dan pada akhirnya, pada satu kemungkinan terburuk, Saka tidak berani berharap besar kalau kunjungan liputan kali ini akan menyisakan banyak waktu luang untuk bertemu dengan yang tersayang.
-:-:-
Sakura bermekaran. Kuntum-kuntumnya tampak semarak. Somei yoshino, adalah jenis yang paling banyak ditemui di Tokyo, dengan kuntum bunganya yang merah muda pucat ataupun putih bersih. Aspal-aspal jalan raya, taman-taman kota, dan setiap sudut Tokyo, telah diguyuri kuntum-kuntum bunga yang berguguran lembut.
Udara yang terasa lebih bersih dari Jakarta. Pemandangan kota yang tertata. Karakter dua dimensi adalah dunia kedua yang diciptakan masyarakatnya. Keteraturan serta nilai tata krama yang tinggi dalam budaya. Semua detail itu tampak dan terasa sangat baru bagi Saka. Dia bahkan sempat dibuat geleng-geleng kepala dengan toilet Jepang yang dibuat serba canggih dan begitu memanja pengguna. Tombol-tombol fungsinya kelewat banyak sampai-sampai ia tidak tahu harus memilih yang mana.
Beberapa hal membuat Saka terkesima, beberapa juga membuatnya harus menautkan alis penuh tanda tanya. Negara dengan piramida pertumbuhan penduduk yang sudah terbalik itu, tak henti membuat ia berpikir kalau Jepang sungguh unik dan tidak biasa. Nilai-nilai budayanya masih mengakar kuat di masyarakat meski mereka telah hidup dalam modernitas tinggi.
Saka pikir, orang-orang Jepang mungkin bisa juga dibilang sangat pandai memanfaatkan momentum. Musim bunga telah diberdayakan dengan baik oleh penduduk Negeri Matahari Terbit bagi sektor pariwisata mereka. Tak hanya itu, Jepang juga semakin menambah antusiasme menyambut musim bunga dengan segala yang bertemakan sakura. Saka melihat banyak produk-produk makanan ataupun minuman, produk kecantikan dan perawatan wajah, vending machine, sampai iklan-iklan di kereta bawah tanah—semuanya kompak bertemakan sakura dan warna merah muda. Dan banyak diantaranya yang memang sengaja dibuat khusus dan hanya akan tersedia untuk waktu yang terbatas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soufflé (FIN)
Romance"There's no such a thing as perfect Soufflé, and so are our life." Soufflé, sejenis kudapan manis nan ringan, tetapi penuh intrik dan rawan kegagalan dalam proses pembuatannya. Rentang hidupnya yang hanya sesingkat napas (mungkin napas yang sangat...