Part 1

5.9K 362 4
                                    

Ada beribu cerita yang mewataki seseorang dalam perjalanan hidupnya untuk keluar dari kubangan masa lalu.

~Gibran Ghifari Said Asla~

telorpecah000

_______

Beberapa saat yang lalu, seorang gadis berjilbab biru muda tiba di sebuah rumah sakit tempat ia bekerja. Tak lama ketika ia baru saja mendudukkan bokongnya di sebuah kursi kerja, gadis itu nampak tak bergeming saat melihat notifikasi pesan singkat yang tiba-tiba saja muncul di layar ponselnya.

Mas Afif

Mbak Aqilah, ini Adilah Mbak. Mas Afif kecelakaan.
Sekarang aku lagi di Ambulans menuju rumah sakit tempat Mbak kerja. Aku takut Masku kenapa-kenapa, Mbak.

Pesan singkat yang beremoticon sedih menambah kekhawatiran dan ketakutan Aqilah. Tubuhnya terasa kaku dan lemas. Baru beberapa menit ia bertemu dengan Afif yang notabenenya adalah tunangannya. Kini, ia ditampar dengan sebuah kabar yang teramat mengerikan mengenai pria itu. Baru saja 10 menit berlalu saat Afif membawa bekalnya yang ketinggalan.

"Innalillah, Mas Afif," lirihnya.

Dengan tangan yang gemetaran, ia menjatuhkan ponselnya dengan mulutnya yang komat-kamit mengucapkan istighfar. Rasanya Aqilah tak sanggup untuk melihat pria yang ia sayangi setelah Ayahnya terbaring di brankar rumah sakit dan menemuinya sebagai seorang pasien.

"Astaghfirullah. Ayolah Aqilah, kamu pasti bisa," lirihnya lagi untuk menguatkan dirinya sendiri.

Bergegas ia menunggu kedatangan ambulans di pintu utama Rumah Sakit Islam Ibnu Sina kota Padang. Bahkan hanya beberapa menit, suara ambulans itu menggema di telinganya, membuat jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Napas Aqilah kini memburu. Bukan karena ia sedang jatuh cinta. Kali ini, ia sungguh takut melihat salah satu pasiennya.

Tepat pada saat pintu belakang mobil ambulans terbuka, para petugas beserta perawat dan suster bergegas menarik keluar Ambulance Stretcher yang menampilkan wajah pucat Afif dan darah yang bercucuran dipelipisnya. Bersamaan dengan posisinya yang tepat berada di sebelah kiri Afif, membuatnya tak kuasa menahan luapan emosinya.

Aqilah berdiri mematung dengan derai air mata. Meski berkali-kali para petugas memanggil namanya untuk segera menangani pasien. Namun hanya tepukan di bahunya yang berhasil membuat ia tersadar.

"Mbak Aqilah, tolongin Mas Afif Mbak. Hikkss!"

Aqilah pun tersadar dari lamunannya dan dengan kasar, ia menghapus air matanya seraya menguatkan hatinya.

"Astaghfirullah.. Ayo semuanya kita menuju ruang IGD." Aqilah tak sedikit pun mengalihkan pandangannya dari pria yang terbaring di brankar.

"Mass.. Bangunn. Dengar suaraku, yah. Kamu harus terjaga." Suara bergetar Aqilah tak mampu membangunkan Afif.

Yaa Allah, selamatkan dia.

Tepat saat di ruang IGD, Aqilah dicegat oleh rekannya. Ia dilarang untuk menangani pasien dan Aqilah memahami hal itu hingga ia serahkan tanggung jawabnya kepada dokter yang lebih handal dari dirinya. Meskipun, ia adalah salah satu dokter yang diandalkan di bagian IGD.

"Dek, yang sabar yahh. Kita doakan Mas Afif semoga bisa selamat." Mbak juga takut, Adilah.

"Iyaa Mbak. Hikkss.. A-Adilah ta-takut. A-dilah udah nggak punya siapa-siapa lagi selain Mas Afif." Aqilah merengkuh tubuh gemetar milik Adilah dengan suara isakan yang terdengar memilukan di telinganya.

Wasiat Aqilah [LENGKAP] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang