Part 29

1.7K 131 0
                                    

Assalamu'alaikum. Kita lanjut yahh cerita tentang Aqilah dan Gibran. Udah selesai aku tamatin kok tapi belum di update di wattpad. Maaf yahh, atas keterlambatannya.

Happy Reading, guys.

***

Pesan whatsapp masuk di handphone Aqilah. Lagi-lagi dari nomor yang tidak diketahui. Anehnya, pesannya berisi hal yang membuat Aqilah membatu. Sudah bisa ia tebak dari isi pesannya bahwa pesan itu dari Fely. Wanita hamil itu tidak memikirkan lagi dari mana Ibu mantan tunangannya mendapatkan nomornya. Sementara, nomor handphonenya hanya diketahui oleh beberapa orang terdekatnya saja.

Aqilah bingung harus membalasnya dengan kata apa. Jika dipikir, sejak kemarin perkataan Fely terus menerus menari-nari di pikirannya. Hal itu tak bisa ia pungkiri. Siapa pun akan merasa aneh jika orang lain lebih mengenal diri kita dibanding diri kita sendiri.

"Sayang, kamu nggak lagi banyak pikiran kan? Bumbu yang kamu tumis udah kayak item gitu." ucapan Syakilah, menyadarkan wanita hamil itu dan segera mematikan kompor. Bau hangus tercium dimana-mana.

"Astaghfirullah." gumam Aqilah.

"Ng-nggak Ma. A-aku nggak apa-apa." jawabnya dengan terbata-bata.

"Yakin? Kalo gitu kenapa melamun? Mikirin apa nak?"

"Aku cuma rindu sama Umi. Kayaknya aku mau pulang ke Padang dehh Mah selama beberapa hari. Kira-kira Bang Gibran ngizinin nggak yahh?"

Syakilah mengusap lembut kepala Aqilah. "Pasti, nak. Yang penting kamu nggak sendiri. Barengan aja sama suamimu."

Aqilah mengangguk paham. Dalam hati, ia ingin jika ia bisa berangkat sendiri menuju Padang. Tapi karena kehamilannya, membuat semua orang akan khawatir. Itu sudah pasti bahwa Gibran tidak mengizinkan jika pergi sendirian.

"Biar pelayan aja yang masak yahh. Kamu istrirahat. Kalo kamu lesu kayak gini, Mama yakin Gibran nggak akan kasih kamu izin buat ke Padang. Begitu pun Mama."

Lagi-lagi Aqilah hanya bisa mengangguk paham jika disuguhi dengan berbagai macam perintah untuk beristirahat. Kali ini, ia tidak akan keras kepala. Karena akan mengganggu rencananya untuk bertemu dengan Bundanya sekaligus memeriksa beberapa hal di Padang.

"Yaudah, Aqilah ke kamar dulu yahh Mama. Kalo Aqilah tidur truss Bang Gibran dateng, suruh bangunin Aqilah aja."

"Okee, sayang." usai mendapat persetujuan dari Syakilah, wanita itu melangkah menuju kamarnya. Sebelum tidur, terlebih dahulu ia akan mengemasi pakaiannya yang akan digunakan ketika berada di Padang. Hanya beberapa helai karena bajunya sudah sangat sempit di tubuhnya. Sepertinya, ia akan membeli beberapa helai baju sebelum berangkat ke Padang. Setelah itu, ia pun tertidur dengan sangat nyenyak tanpa menghiraukan rentetan pesan singkat yang masuk di handphonenya.

***

"Saya mau kamu selidiki wanita itu. Bagaimana pun caranya. Suruh dia tutup mulut."

"Baik Pak. Saya akan berusaha."

"Pokoknya harus berhasil. Kamu pasti tau apa yang akan terjadi jika semuanya gagal?!"

"Ba-baik Pak."

Pria itu mematikan panggilannya secara sepihak lalu membuang napasnya dengan kasar. Ketakutannya semakin menjadi-jadi. Jangan sampai istrinya mengetahui sesuatu yang ia sembunyikan selama berbulan-bulan. Gibran akan memberitahu Aqilah setelah mendapatkan waktu yang tepat dan membuktikan bahwa Aqilah tidak akan meninggalkannya setelah mengetahui hal itu. Tidak apa jika wanita itu kecewa padanya, asalkan Aqilah tetap berada disisinya dan mendampinginya.

Wasiat Aqilah [LENGKAP] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang