Part 39

5.7K 178 3
                                    

Tiga Bulan Kemudian memasuki musim penghujan...

Pria itu masih terlihat sama. Masih saja tampan. Namun, dengan rambut yang sedikit gondrong dan wajahnya yang bercambang. Terkesan seperti pria berumur tiga puluhan. Ia menggendong putranya bergantian. Salah satu dari mereka terlihat sangat mirip dengan istrinya karena kenyataannya putranya seperti copian istrinya. Kadang, ia hanya bisa terkekeh saat membayangkan dirinya berkumpul dengan keluarganya sembari membicarakan kemiripan buah hatinya.

"Kamu curang ternyata, sayang. Kok bisa mereka lebih mirip kamu padahal dia laki-laki dibanding mirip denganku." ujar Gibran mendekati seorang wanita yang masih setia memejamkan matanya dan berbaring di rumah sakit itu.

Hampir tiap hari, Gibran membawa si kembar dengan bantuan Mamanya atau mertuanya yang kini tinggal di Jakarta selama proses persalinan putrinya hingga mengalami koma seperti saat ini. Apa pun itu, Gibran tetap mensyukuri apa yang telah terjadi saat ini. Kembalinya Aqilah meski dalam keadaan koma, secara tidak langsung merupakan kesempatan yang diberikan Tuhan padanya untuk memperbaiki kesalahannya.

"Sayang, kamu harus tau kalo si kembar udah nggak sekecil dulu. Dia udah tumbuh seperti bayi normal lainnya."

"Oiyaa, biasanya aku meletakkan si kembar di dadamu secara bergantian dengan bantuan suster." ucap Gibran. Hampir setiap hari ia mengatakan hal itu, berharap ada reaksi yang tak terduga ketika kulitnya bersentuhan langsung dengan buah hatinya.

"Ahh, aku lupa. Kamu nggak bakal ngomel kan kalo aku nggak masuk kerja lagi hari ini?" masih tetap sama. Aqilah masih saja diam. Tidak ada respon sedikit pun yang ia tunjukkan.

"Perusahaan udah ditangani langsung oleh Gina dan perusahaan yang di Padang udah diambil alih Chandra. Sekarang, aku jadi pengangguran." kekeh Gibran diakhir kalimat.

"Ehh, bukan. Aku nggak nganggur, loh. Soalnya tiap hari aku jagain dan rawat kamu. Gantian yahh sayang. Sekarang, aku yang bakal manjain kamu." Lagi-lagi, pria itu bermonolog sendiri seolah Aqilah mendengarkan semua yang dikatakan suaminya tiap hari.

Ia berharap sang istri akan merespon semua kata-kata manis atau candaan yang ia lontarkan. Kebiasaan wanita itu selalu saja terbayang di kepala Gibran. Bagaimana Aqilah merona saat mendengar kata-kata manis yang menurutnya hanya gombalan? Bagaimana Aqilah merajuk dan mengancam tidak memberinya jatah saat wanita itu cemburu? Gibran merindukan semuanya.

"Kamu bakal bangun, kan? Jujur, aku bodoh dalam hal medis. Kamu ahlinya dan kamu pasti tau itu, sayang. Aku masih saja mensyukurinya, kok. Karena kamu masih berada disisiku. Tapi, aku sungguh merindukan suaramu dan berharap kamu bangun lebih cepat." Air mata Gibran lolos hingga membasahi putranya yang berada digendongannya. Bayi itu merespon dengan tawa khas bayi.

Gibran tersenyum dan tiba-tiba tertawa pelan. "Kamu ketawain Ayah cengeng, yah? Ayah cengeng karena Bundamu yang nakal nggak mau bangun. Padahal, Ayah udah rindu berat." Pria itu beralih menatap Aqilah. "Liat, anak kita udah bisa ketawain suamimu yang cengeng ini."

Tiba-tiba ketukan pintu mengalihkan fokus Gibran. Syakilah dan Amirah memasuki ruangan itu dengan senyuman lembut. Selama tiga bulan ini, mereka membantu dan menyemangati Gibran. Meski tampang Gibran terlihat kurusan dan tak terurus. Berharap, dengan sadarnya Aqilah membuat keadaan dirinya kembali semula.

Syakilah mengambil alih cucunya yang ada digendongan Gibran, sedangkan Amirah sudah membawa cucunya yang satu.

"Kalo kamu mau bersihin tubuh istrimu, kami bakal keluar." Syakilah mengajak Amirah keluar setelah membawa si kembar tanpa menunggu jawaban Gibran.

Pada akhirnya, ia akan membersihkan tubuh istrinya. Ia membawa baskom dengan handuk kecil dan dibasuhlah wajah, rambut, tangan, kaki, dan bagian tubuh lainnya setelah memastikan bahwa pintunya telah terkunci. Ia tidak akan pernah ridho, jika aurat istrinya terlihat oleh pria mana pun. Usai membersihkan tubuh mungil istrinya, Gibran menutup seluruh aurat Aqilah.

Wasiat Aqilah [LENGKAP] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang