Part 3

3.4K 215 0
                                    

Al-Kahfi Time💕

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." [Quran Al-Baqarah: 216]

Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." [Quran An-Nisa: 19].

_______

"Wahhh, bener-bener yahh tuh dokter udah nggak mau ngobatin gue," gerutu Gibran yang membuat helaan napas keluar dari mulut Chandra setelah dokter yang menggantikan Aqilah pergi meninggalkan ruangan itu.

"Dia nggak nyaman kali ngobatin lo karena lo suka minum alkohol kan. Udah tau punya maag, ehh minum aja kerjaannya," kesal Chandra.

"Nggak mati aja sekalian," lanjut Chandra dengan suara pelan tapi mampu di dengar oleh Gibran.

"A-apa lo bilang? Mau gue pecat lo? Gue sekarang mulai ragu deh, lo itu sebenarnya sahabat gue apa bukan sihh," kesal Gibran dengan napas yang memburu.

Chandra hanya menghela napas lalu membalas ucapan Gibran. "Lo yang nggak nganggep gue sahabat, Gib. Gue kan udah bilang dari awal, jangan minum. Truss lo tetap aja minum. Makanya gue bilang nggak mati aja sekalian. Biar gue nggak ngomelin lo teruss."

"Kalo gue nggak minum, gue kehausan dong."

"Minum Alkohol, bego." Chandra memang harus ekstra sabar menghadapi Gibran yang jailnya tanpa batas waktu. Kayak judul lagu.

Gibran pun mulai terkekeh. Kali ini ia menyadari bahwa dirinya memang salah karena tidak mendengarkan ucapan Chandra.

"Hehehehe, Okelah. Gue salah. Tapi sekarang gue mau ketemu sama dokter itu." Gibran tetap saja bersikeras untuk bertemu dengan Aqilah.

"Nanti kalo dokter itu udah pulang. Okee?"

"What the fu*k? Dia belum pulang?" Gibran terperanjat saat mengetahui dokter itu belum kembali ke kota Padang.

"Santuy aja, Boss. Gak usah lebay. Ekspresi lo kayak stiker-stiker WA yang jeleknya nggak ketulungan," sembur Chandra.

"Tadi gue udah coba tanya sama suster yang di IGD, katanya belum pulang."

"Damn! Gue jengkel banget sama tuh dokter."

Pintu kamar terbuka dan menampakkan pria bertubuh jangkung yang tiada lain dan tiada bukan adalah Genta.

Raut wajah Genta seketika berubah saat melihat ekspresi wajah Gibran yang terlihat mengerikan baginya. Pasalnya, jika Gibran berekspresi seperti itu, pasti akan ada yang menjadi kambing hitam. Siapa lagi kalau bukan dirinya.

"Heii, sini lo Ta," panggil Gibran.

Sial! Nyesel gue datang kesini, batin Genta yang merutuki dirinya sendiri.

"I-iya, Kakakku tertampan seantero komplek perumahan Papa Mama. A-ada apa?" tanya Genta dengan gugup dan takut. Namun berusaha menghalau semuanya dengan memuji sang Kakak. Sedangkan, Chandra hanya bisa menahan tawa melihat ekspresi lucu Genta.

"Lo.." Jari telunjuk Gibran menunjuk Genta tepat di hidung pria itu sembari menusuk-nusuknya. "Cari nomor dokter yang bernama Aqilah."

"Sekarang?"

"100 tahun kemudian." Gibran melemparkan tatapan tajamnya pada Genta dan berhasil membuat Genta seperti seekor kambing yang takut pada singa yang siap memangsanya.

Wasiat Aqilah [LENGKAP] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang