Part 31

1.8K 137 0
                                    

Sehari telah berlalu. Rindunya semakin bertambah besar pada sang istri. Hampir tiap jam ia mengirimkan pesan pada Aqilah berisi ungkapan betapa ia sangat rindu pada wanita itu. Sementara Aqilah hanya bisa memaklumi Gibran. Tiap waktu ia mengingatkan suaminya agar tetap menjaga kesehatan dan pola makannya.

Tak lupa ia menghubungi Chandra untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan sang istri tiap hari. Meskipun, Aqilah meminta izin padanya. Saat Aqilah keluar kamar, Gibran tidak bisa memantau pergerakan istrinya dengan CCTV dan microphone yang telah ia pasang di boneka kesayangan Aqilah saat ia memasuki kamar itu kemarin.

"Halo, Gib. Aqilah gitu-gitu aja. Nggak ada yang aneh."

"Yaudah. Gimana sama hal gue suruh cari tau tentang kembaran Aqilah? Lo udah dapat?"

Chandra menyeringai. "Tentu, Gib. Gue udah dapat. Kembaran Aqilah bernama Aila. Aqilah lebih tua beberapa menit dari Aila."

"Aila? Gue nggak pernah denger tuhh nama pas gue deket sama Aqilah. Bahkan gue nggak tau dia punya kembaran." Gibran bersikeras mengingat gadis bernama Aila. Namun, ia benar-benar tak pernah kenal dengan gadis itu.

"Nggak ada yang tau kalo Aqilah punya kembaran. Mereka sembunyiin itu semua. Hanya keluarga atau orang terdekat seperti sahabat keluarga mereka yang tau hal itu."

"Kok mereka sembunyiin gadis itu?" Tanya Gibran yang semakin bingung dan penasaran.

"Karena gadis itu mengidap leukimia, Gib dan dia buta. Tapi dia lebih jenius, dari pada Aqilah. Mungkin itu alasan kenapa bokapnya Aqilah sampai melakukan kejahatan seperti korupsi. Pak Husaini sempat masuk penjara karena korupsi untuk biaya putrinya. Masalah insiden kecelakaan mantan istri Om Asla, itu semua karena dia difitnah. Makanya dia lari ke Padang dan mengajar agama di Pondok itu bersama saudaranya. Tapi saat ia menjemput anak dan istrinya, disitulah Pak Husaini meninggalkan karena kecelakaan. Mungkin itu salah satu penyebab Aqilah nggak ingat kamu."

"Jadi maksud lo, Pak Husaini itu dulunya memang seorang penjahat?"

"Betul sekali, Gib. Dia bahkan menipu istri pertamanya lalu menikahi Ibu mertua lo. Makanya setelah istri pertamanya tau kalo suaminya menikah, akhirnya ia mengambil kembali perusahaan yang sempat berada di tangan Pak Husaini. Setelah kejadian itulah, ia bekerja di perusahaan Papa Asla."

"Waduhh, kok ribet amat yahh? Kayak sinetron aja." Gibran hanya bisa menggelengkan kepalanya yang cukup pusing mendengar lika-liku kehidupan keluarga Aqilah.

"Oiyaa Gib, Om Said sepertinya tau banyak tentang hal itu. Bukannya kamu bisa ketemu sama Aqilah dulu karena persahabatan Om Said dengan Pak Husaini?"

Gibran menepuk dahinya. Ia bahkan melupakan hal itu. "Astaghfirullah, gue lupa bro."

"Cieee yang udah bisa istighfar." Chandra mulai menggoda Gibran disela-sela keseriusan mereka.

"Makanya nikah supaya langsung tobat kayak gue."

"Bacot lo. Gue bakal nikah kalo ceweknya kayak istri lo."

"Gue bunuh lo."

"Kayak, Gib. Bukan istri lo yang mau gue nikahin. Dasar posesif."

"Kembali ke topik. Informasi apa lagi yang lo dapat?" tanya Gibran yang masih belum puas sepenuhnya.

"Udah nggak ada. Masih itu. Informasinya benar-benar diprivasikan banget. Kayak dijaga sama anggota keamanan yang super hebat."

"Lebay lo. Yaudah, kalo ada hal yang mengganjal langsung hubungi gue. Gue juga bakal ketemu Papa Said nanti untuk mewawancarainya. Thank's yahh."

Wasiat Aqilah [LENGKAP] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang