Part 2

3.9K 265 3
                                    

Hormon stress dilepaskan saat situasi tertekan hingga berhasil membuatku cemas berlebihan.

~Aqilah Nadhifah Husaini~

elorpecah000
_

______

Selang 2 hari Gibran berada di rumah sakit, membuatnya suntuk dan ingin bergegas kembali ke apartementnya. Alasan mengapa ia masih tinggal di apartement setelah mendirikan GG Asla Group karena hingga saat ini ia belum berminat untuk berkeluarga.

Terdengar tidak masuk akal memang. Namun, itulah alasan yang sering kali ia lemparkan kepada Mamanya ketika menyuruh Gibran untuk membeli rumah.

Syakilah, Mama Gibran tak henti-hentinya memperkenalkan dan ingin menjodohkannya dengan putri dari sahabat maupun rekan kerja Papanya dengan dirinya. Sehingga dengan senang hati, Gibran akan mematahkan hati gadis-gadis itu lalu membuat alasan, Gadis itu tidak tahan menghadapi sifatnya yang playboy dan sering bermain perempuan.

Bermain perempuan bukan berhubungan ranjang. Namun lebih terlihat seperti ghosting para perempuan yang mendekatinya. Setelah membuat mereka terbawa perasaan, saat itulah Gibran pelan-pelan menghilang.

Brengsek, memang. Namun, bukan sepenuhnya salahnya. Sebagai perempuan, mereka juga harus menjaga diri dan hati agar tidak mudah dipermainkan oleh pria modelan seperti Gibran. Apalagi pria itu tidak suka memiliki status dengan seorang perempuan karena dengan itu kebebasannya akan tersita.

Seperti biasa, Chandra mengunjungi Gibran setelah menyelesaikan urusannya di kantor. Bahkan tiap hari ia mengunjungi dan menemani Gibran ketika Genta berangkat sekolah.

Mengenai Genta yang akan dikirim ke Jakarta dan kompensasi pada keluarga korban akan ia urus seusai pria itu keluar dari rumah sakit. Berkali-kali Genta merengek pada Kakaknya. Namun, hasilnya nihil.

"Dra', bisa nggak lo panggilin dokter yang meriksa gue? Kok pas gue siuman, nggak ada yang ngecek kesehatan gue. Ada sih tapi cuman suster doang. Apa penyakit gue nggak separah itu? Padahal sakitnya minta ampun. Gue kira gue bakal ketemu sama malekat maut," oceh Gibran yang merasa sedikit kesal. Rasanya semua penduduk rumah sakit itu tidak tahu siapa Gibran. Terlebih para dokter.

"Hahahahaha, diabaikan rasanya nggak enak yahh. Gue mah gitu kalo diabaikan sama lo, Nyet. Udah tau sakit, diperingatin jangan minum alkohol, masih aja ngeyel minum teruss. Bisa-bisa gue ngelapor sama emmak lo," omel Chandra yang mengundang kekehan Gibran.

"Yaudah, gue panggilin dokternya."

Chandra pun bergegas untuk mencari dokter yang dimaksud Gibran. Untung saja Chandra sempat melihat name tag di jas Aqilah saat ia memeriksa Gibran.

"Sus, dimana yahh ruangan Dokter Aqilah?"

"Ohh, ruangannya berdekatan dengan IGD Pak. Tapi kebetulan beliau tidak ke rumah sakit."

Chandra hanya bisa mengerutkan keningnya. "Oh, iya? Beliau sakit?"

"Beliau sedang cuti, Pak. Ia melakukan perjalanan keluar kota sekaligus mencari pendonor jantung untuk tunangannya yang sedang kritis akibat kecelakaan beberapa hari yang lalu," jelas sang suster.

Chandra terperanjat. Pantas saja, sikapnya seperti itu. Baru pertama kali, Chandra bertemu dokter seketus Aqilah. Ternyata karena dia punya masalah yang cukup membuat hatinya tak karuan.

"Astagaa, jadi itu alasannya dia kelewat judesnya minta ditabok," gumamnya.

Suster tersebut hanya tersenyum kaku mendengar gumaman Chandra.

Wasiat Aqilah [LENGKAP] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang