"Seharusnya kamu menghargai usahaku untuk melupakan dia dan memilihmu menjadi pendamping hidupku kelak. Meskipun orang-orang bilang kalo kamu nggak seperfect Mas Afif."
Aqilah Nadhifah Husaini
💝💝💝
Dua hari berlalu setelah insiden yang terjadi antara Gibran dan Aqilah. Para karyawan menjadi tempat pelampiasan amarahnya. Bahkan dalam dua hari ini, pria itu mampu memecat hampir 50 karyawannya yang melakukan kesalahan kecil yang ia anggap tidak perfect dan tanpa ampun.
Bukan hanya itu, Chandra pun menjadi tempat terbaik bagi Gibran untuk menumpahkan sumpah serapahnya akan kekesalan dan kesakitan di hatinya akibat perbuatan Aqilah. Ia rasa, Aqilah merupakan gadis yang berhasil membuat bom atas nama Gibran Ghifari Said Asla meledak dengan sangat sempurna.
"Halo, malam ini saya butuh kamu. Saya akan menunggumu di apartement saya," titah Gibran tanpa basa-basi pada seseorang diseberang telepon sana. Belum sempat dijawab oleh penerima telepon, Gibran langsung mematikannya secara sepihak. Chandra hanya bisa menghela napas dalam diamnya. Ia terus menerus memikirkan cara untuk menenangkan Gibran.
Lain hal dengan Aqilah yang dari luar memang terlihat baik-baik saja. Tapi tidak dengan hatinya. Ia merasa benci dengan diri dan hatinya yang tidak konsisten dalam mengambil keputusan. Ia menjadi gadis yang berhasil menyakiti dua pria diantaranya Afif dan Gibran.
Pemandangan langit sore dari ruangannya terlihat indah. Namun tidak berhasil menjadikan hatinya tentram. Terlebih lagi, ketika keluarganya menanyakan perihal lamaran Gibran yang sudah dijawab olehnya atau belum?! Hal itu membuat Aqilah enggan untuk segera kembali ke rumahnya.
Jika ia diberi satu kesempatan lagi untuk menjelaskan segala yang berkaitan dengan insiden lusa yang lalu, ia akan mengatakan bahwa semua itu salah paham. Alih-alih untuk mengatakan itu semua hanya salah paham, Gibran sendiri tidak memberinya kesempatan untuk berbicara atau menjelaskan panjang lebar.
Semua ini terlalu rumit buatku. Aku nggak cukup kuat untuk menampung permasalahan ini sendirian. Batin Aqilah. Gadis itu memijit pelipisnya yang cukup pening.
Aqilah mengotak-atik ponselnya hingga matanya tertuju pada nama, ralat, pada gelar yang ia berikan untuk pria yang menunjukkan kesan buruk saat pertama kali menghubunginya sebagai pasien.
Dalam hati Aqilah, apakah Gibran tidak mendengar kelanjutan dari perbincangannya dengan Nina? Tentang usahanya dalam melupakan Afif. Meskipun, ia tidak bisa membohongi hatinya bahwa ia masih belum bisa melupakan Afif. Tapi ia ingin Gibran mengerti posisinya. Padahal, keluarganya sudah menjawab lamaran Gibran dengan jawaban Iya.
Melamun. Salah satu kegiatan yang mulai melekat pada diri Aqilah. Melamun memikirkan cara penyelesaian masalahnya setelah mengirimkan pesan whatsapp yang hanya mendapatkan info yang bertuliskan 'dibaca' oleh penerima pesan.
Notifikasi pesan whatsapp masuk ke dalam ponselnya. Dengan segera, ia mengambil ponselnya yang ia letakkan dilaci dan membuka pesan whatsapp itu. Berharap pesan itu berasal dari Gibran, namun salah. Ternyata dari seorang tanpa nama lagi.
Astaghfirullah, sejak kapan aku menantikan pesan dari seorang pria? Aqilah merutuki sikapnya yang sedikit agresif.
Tanpa Nama
Assalamu'alaikum Dok. Saya Chandra, sahabat Gibran. Maaf sebelumnya kalau saya ikut campur atau terkesan lancang, saya ingin memberitahukan Anda bahwa Gibran sekarang menjadi pria yang sulit dikendalikan. Kalau boleh, bisakah Anda bertemu dengannya untuk berbicara dari hati ke hati?
KAMU SEDANG MEMBACA
Wasiat Aqilah [LENGKAP]
Romance[Spiritual-Romance] Bertahun-tahun lamanya Gibran Ghifari Said Asla sulit melupakan Aqilah-gadis yang ia temui 12 tahun yang lalu. Namun, ia dipertemukan kembali dengan gadis yang sama dan berstatus sebagai tunangan dari sosok pria sholeh, bernama A...