Prolog

9.8K 351 3
                                    

Pernahkah kalian berpikir bahwa takdir sepertinya sedang mempermainkan hidup kita? Aku merasa seperti itu. Saat aku mulai memasuki fase kehidupan untuk melepaskan masa lajangku, dimana hatiku terbuka dan mencintai sosok pria yang aku yakini akan menjadi Imam terbaikku karena hatiku juga merespon perasaan miliknya. Namun sebaliknya, takdir sedang tidak berpihak padaku.

Untuk kesekian kali, aku tetap mempercayai takdirku. Bahkan saat kepingan puzzle berdatangan satu per satu dengan lancangnya menghancurkan bahagia yang mulai terpatri dalam kehidupanku, aku menemukan sebuah wasiat yang semakin membuatku menyalahkan diri sendiri. Saat aku semakin dibuat jatuh cinta sejatuh-jatuhnya dan merasakan kebahagiaan bersama orang terkasih.

Seharusnya aku bahagia dalam sebuah ikatan suci yang diatur oleh-Nya. Sebab pilihan terbaik yang berawal dari wasiat itu adalah skenario indah yang Allah susun khusus untukku. Tapi, justru aku merasa ini salah. Bukan aneh. Karena realitanya, posisi ini seharusnya bukanlah milikku. Padahal tiap lima waktuku, aku selalu meminta yang terbaik pada-Nya. Apakah ini definisi terbaik menurut-Nya?

"Saya meminta sesuatu kepada Allah. Jika Allah mengabulkannya, maka saya gembira sekali saja. Namun, jika Allah tidak mengabulkannya, maka saya bergembira sepuluh kali lipat. Sebab, yang pertama itu pilihan saya dan yang kedua itu pilihan Allah SWT." — Ali Bin Abi Thalib.

Seperti perkataan salah satu khalifah yang merupakan menantu dari sang Nabi terakhir yang semestinya aku bahagia jika Allah tidak mengabulkan doaku untuk merasakan kebahagiaan dalam imajinasiku semata, karena Allah maha tahu mengenai pilihan-Nya yang terbaik untukku. Sekali pun aku harus merasakan pahitnya kekecewaan dahulu hingga mampu merasakan kebahagiaan yang tak tergantikan.

Tunggu sebentar. Ponsel yang berada dalam jas dokter yang aku kenakan tiba-tiba berdering. Ahh, ternyata dari seorang pria yang tiap hari menggangguku. Bahkan nama kontaknya di handphoneku adalah Zaujii, yang notabenenya pria itu sendiri yang mengubah namanya sendiri dikontak handphoneku. Aku mengulum senyumanku kala membaca pesan yang masuk darinya.

Zaujii
Si kembar udah bobo'. Aku jemput sekarang, yah. I love youu!

Pesan yang tidak henti membuatku tersenyum. Tidak henti membuatku berdebar. Tidak henti membuat aku jatuh cinta untuk kesekian kalinya.

WASIAT AQILAH

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

WASIAT AQILAH

Aqilah Nadhifah Husaini

Tetap Jadikan Al-Qur'an sebagai Bacaan Utama
Follow me: telorpecah000

Wasiat Aqilah [LENGKAP] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang