Jangan sakitin apa yang udah sakit, jangan ganggu apa yang tidak menganggu. Cukup diam, karena kita disegani banyak orang
-Handit Dirgatama-
.
.
."Bu boss, cerita dong gimana pas malam pertama?? Kita kepo nih" ucap Aldi sembari merebahkan tubuhnya keatas ranjang seperti dulu yang sering ia lakukan. Gina hanya diam mengumpat dalam hati serta menahan rona merah dikedua pipinya.
"Iya nih, gue juga kepo tau. Kira-kira sampai berapa ronde ya"
"DIEM LO SEMUA" teriak Gina murka karena kalimat Ival terlalu jelas untuk membicarakan hal menjijikan itu. Tanpa tau malu kedua sahabat baik itu tertawa karena ulahnya sendiri.
Tiba-tiba pintu terbuka, menampakkan sesosok pria berkaca mata. Yaa, siapa lagi kalo bukan Tara. "Nah, pas banget nih ada pak boss juga" ucap Ival seraya menarik lengan Tara dan membawanya agar duduk disamping Gina. Hati Gina semakin dibuat tidak tenang.
"Cerita in dongg" ucap Aldi yang bertopang dagu terbaring tengkurap diatas ranjang. Kening Tara mengerut heran karena tidak faham akan apa yang dua curut ini tanyakan.
"Cerita apa??" pertanyaan Tara sukses membuat keduanya tersenyum mengoda. "Malam pertama" bisik Ival pelan namun masih bisa didengar oleh Gina. Gina meneguk ludahnya susah payah, jantungnya juga semakin berdetak menggila, tangannya pun mulai terasa berkeringat. Sontak Tara menoleh membuat pandangan antara suami istri itu saling bertemu. Gina segera membuang pandangannya membuat Tara yang tadinya akan berkata jujur kini ia harus berbohong.
"Ada deh" jawab Tara dengan santainya. Gina yang semula mengalihkan pandangan kini kembali menatap wajah suaminya dari samping.
"Yahhh, ceritain dong pak boss. Sedikit aja, kita pengen tau nih. Ya nggak pall" Ival mengangguk menyetujuti ucapan sahabatnya.
"Anak kecil nggak boleh tau" ucap Tara bak orang dewasa seraya menarik tangan Gina membawanya keluar dari sana.
"Yahh, kok gitu"
"Sombong, mentang-mentang udah tua" kesal Aldi dan Ival bergantian seraya menyusul bu boss dan pak bossnya menuruni anak tangga.
Gina hanya diam dengan jantung yang masih tidak bisa berdetak normal. Tara hanya tersenyum diam tak melirik Gina sama sekali, karena ia tau Gina pasti takut jika harus membahas soal itu, mengingat mereka yang belum melakukan apa-apa dan juga tentang kenangan kelam Gina dulu.
***
"Mau ngapain sih lo berdua??" Tara diam mendengar pertanyaan Ival kali ini. Tara menoleh menatap istrinya yang hanya diam tak menyahut sedari tadi.
"Mau ucapin makasih" jawab Tara sesuai apa yang pernah Gina katakan.
"Ucapin makasih doang kan bisa ditelfon atau kirim pesan gitu. Nggak perlu sampe kerumahnya segala, perasaan gue mendadak jadi nggak enak" ucap Ival menyuarakan isi hatinya.
"Nomor Handit nggak bisa dihubungi sama sekali"
"Itu ya udah pastilah, orang Handit juga nggak masuk sekolah. Pasti ada yang nggak beres" ucap Aldi dengan lihainya membuat Ival menyorotnya tajam.
"Apa?? Handit nggak masuk sekolah?? Kenapa???" untuk yang pertama kalinya Gina angkat bicara setelah perdebatan panjang antara Ival dan Tara. Kini Ival dan Aldi saling pandang satu sama lain. Ival yang menyalahkan Aldi, dan Aldi yang menyalahkan Ival. Saling menyalahkan satu sama lain.
"Berapa hari Handit nggak masuk sekolah?? Dia sakit lagi???" tak bisa dipungkiri lagi, nada bicara Gina terdengar begitu mengkhawatirkan mantan kekasihnya. Tara mencoba untuk terlihat biasa saja, meski hatinya sedikit merasa cemburu. Sebegitu khawatirnya Gina pada kondisi Handit???
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bride 2 (Tamat)
Romance(Tahap revisi) 15++ Sequel yang bisa dibaca secara terpisah Satu takdir sepasang manusia yang sama-sama dibuat gila karena Cinta. Takdirnya yang tertukar karena masa lalu membuat keduanya tersiksa secara bersamaan dengan cara yang berbeda. Mereka...