Hari hari berjalan dengan damai, tanpa ada seorangpun yang mengucapkan nama Handit lagi. Tapi meski begitu Gina tak bisa melepas Handit dari benaknya. Handit terus saja datang dipikirannya membuat Gina terpaksa memutar otak untuk mendapatkan informasi tentang mantan kekasihnya, dan yang pasti tanpa sepengetahuan suaminya.
Jemari yang dihiasi cincin pernikahan, mengetik sesuatu dilayar ponsel.
Regina
Fan, Handit masuk sekolah nggak?Gina mengirimkan pesan singkat kepada Fanya yang kebetulan satu kelas dengan Handit.
Detik terus berlalu tapi tak ada tanda-tanda akan terbalasnya pesan singkat itu. Gina menghela napas berat, pasti masih KBM sekarang. Aahhh Gina jadi rindu sekolah.
Sedangkan Tara yang tengah melukis hanya bisa diam membiarkan istrinya sibuk dengan ponselnya. Yaa sekarang Gina dan Tara tengah berada disalah satu ruangan dimana Tara menyimpan puluhan lukisannya.
Tiba-tiba saja Gina tak sengaja berdecak sehingga mencuri perhatian suaminya. "Kenapa??" tanya Tara memastikan.
"Hah?? Enggak, cuma jaringannya aja jelek"
"Emang kamu lagi ngapain??"
"Baca cerita nih, jadi muter kan" Gina kembali berdecak menatap layar ponselnya malas. Sebenarnya Gina tidak membaca cerita, melaikan menunggu balasan dari Fanya.
"Pake ponsel aku aja biasanya sinyalnya bagus, tadi aku taroh di meja deket lampu tidur"
Gina bangkit, "gue ambil ya?!" Tara tersenyum dan mengangguk mengiyakan.
Disaat Gina sudah keluar Tara kembali fokus pada kanvas didepannya. Ia tengah melukis empat wajah, dimana ada wajah seorang pria dan wanita serta dua orang anaknya yang masih kecil. Sungguh keluarga yang utuh. Kapan keluarga Tara bisa seperti itu???
Tanpa sengaja senyum Tara terukir membuat Gina yang baru saja datang, mengerutkan keningnya dalam. "Lo ngapain senyam-senyum" Tara mendongak kaget menatap istrinya yang sudah berdiri dibelakangnya.
"Kapan ya kita bisa kaya mereka" guman Tara kembali menatap kanvasnya.
"Maksut lo? Lo mau punya anak gitu??"
"Nanti aja, aku belum siap jadi ayah" Gina menghela napasnya lega. Ia tak membayangkan jika saja Tara mengiyakan pertanyaannya tadi dan menuntut untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin Gina pikirkan ataupun membayangkannya. Aahh sudahlah lupakan.
Gina kembali duduk disebelah suaminya dan kembali menatap layar ponsel tapi kini bukan ponselnya, melainkan ponsel suaminya. Entahlah Gina merasa kepo dengan isi ponsel pelukis disampingnya ini.
Tara yang menyadari Gina begitu fokus pada ponselnya, merasa penasaran akan apa yang Gina liat. Perlahan manik Tara berusaha mengintip layar ponselnya namun Gina menutupnya.
"Apa lo kepo" ketus Gina menatap Tara tajam.
"Kamu yang kepo, itu kan ponsel aku" Gina berdecak dan semakin menjauhkan ponsel itu dari sang pemiliknya.
"Sama istri sendiri, pelit amat" Tara terdiam dibuatnya. Manik matanya berkedip beberapa kali mencerna apa yang sudah ia dengar. Istri?? Sejak kapan Gina berbicara menggunakan embel-embel istri??
"Kamu ngomong apa tadi??"
"Enggak"
"Kamu ngomong apa tadi? Coba diulang?! Aku nggak denger" Gina mengerutkan keningnya dalam sembari menyipitkan matanya.
"Kepo" ketusnya kembali fokus pada layar ponsel Tara. Tara berdecak berusaha merebut ponselnya namun Gina lebih cepat menghindar.
"Loh mau kemana??" kaget Tara melihat istrinya berjalan keluar dengan tatapan fokus pada layar ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bride 2 (Tamat)
Romance(Tahap revisi) 15++ Sequel yang bisa dibaca secara terpisah Satu takdir sepasang manusia yang sama-sama dibuat gila karena Cinta. Takdirnya yang tertukar karena masa lalu membuat keduanya tersiksa secara bersamaan dengan cara yang berbeda. Mereka...