19

48 5 0
                                    

Entah untuk yang keberapa kalinya Tara tersenyum, ia tak menghitungnya. Tara terus saja terbayang sifat lucu istrinya saat membicarakan calon anak yang mungkin belum berbentuk didalam perut Gina.

Wanita cantik berpakaian putih rapi selayaknya seorang dokter mengalihkan perhatian Tara saat wanita itu berdiri dihadapannya. "Kondisi kamu membaik sa, bahkan sangat-sangat membaik. Kalo seterusnya bisa kaya gini, mungkin kamu bisa sembuh" ucap Naya menjelaskan.

"Hah?? Kamu serius Nay?? Padahal akhir-akhir ini aku sering telat minum obat" Naya pun ikut terkejut mendengar penjelasan dari mantan tunangannya.

"Jangan diulangi lagi ya?! Kamu tu udah telat chek up, jangan sampai kamu telat minum obat juga" tutur Naya membuat Tara menggaruk lengkuknya yang tidak gatal.

"Aa gimana ya?! Kayaknya aku nggak bisa chek up rutin lagi, tapi aku pasti minum obatnya kok"

"Kenapa?? Kamu harus tetap chek up rutin buat mastiin ada perkembangan atau penurunan. Aku nggak mau bikin tante Marisa kecewa"

"Iya aku tau, aku juga nggak mau bikin ibuk kecewa. Tapi-" Tara sengaja menggantung kalimatnya. Aa Tara tak sanggup untuk mengatakannya.

"Tapi kenapa??"

"Gina hamil Nay, aku harus-"

"APA?? HAMIL?? SERIUS??? WAHH SELAMAT YA?!" Naya menjabat tangan Tara membuat Tara semakin salah tingkah.

"Pantesan kondisi kamu membaik orang bentar lagi bakalan jadi ayah, atau papa manggilnya" goda Naya diiringi oleh tawanya. Tara hanya tersenyum kikuk dan menggaruk tengkuknya bingung.

"Semangat ya, kamu harus sembuh" Naya menepuk-nepuk bahu Tara menguatkan. Semangat Tara untuk tetap hidup menjadi semakin tinggi. Ia harus tetap hidup demi istri dan anaknya nanti, ia harus membesarkan anaknya dan menua bersama istri tercintanya.

"Owh iya, udah berapa hari usia kandungan Gina?" tanya Naya karena melihat lawan bicaranya yang hanya tersenyum dan menggaruk tengkuknya.

"Udah satu bulanan" Naya semakin tersenyum lebar dan menatap Tara menggoda. "Ciee kurang delapan bulan lagi cieeee"

"Apa sih Nay kamu tu" Tara memalingkan wajahnya yang memerah. Naya semakin tetawa dibuatnya. Akhirnya mereka bisa mencapai titik dimana mereka akan semakin terikat kuat. Naya sangat bersyukur atas kehamilan Gina, karena dengan seperti ini impian Handit untuk membuat gadisnya bahagia terwujud meski Naya tak tau keadaan Handit saat ini, tapi Naya yakin Handit juga bahagia jika Gina bahagia.

"Kalo anak kamu udah lahir nanti, pasti kamu sibuk banget, tapi jangan pernah telat minum obat ya?!" Tara mengangkat tangan kanannya memberi Naya hormat.

"Siap bu dokter" seketika keduanya tertawa, menertawakan kekonyolan mereka. Sudah berapa lama mereka tidak bercanda lagi??

***

Dengan kehamilan Gina, membuat Gina dan Marisa semakin dekat. Marisa mengajarkan banyak hal kepada Gina. Marisa juga memberitahu apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dimakan saat hamil. Gina memahaminya dan melaksakannya. Sekarang Gina sudah tidak canggung lagi dengan Marisa ataupun dengan Bowo. Gina sudah mengangap mereka seperti orang tua kandungnya sendiri, dan Marisa pun terlihat sudah menerimanya sepenuh hati.

Setiap bulan sekali Tara tak pernah absen untuk mengecekkan kondisi kandungan istrinya. Gina pun juga tak merasa keberatan. Mereka benar-benar mencapai titik kebahagiaan yang sesungguhnya, sampai mereka melupakan sosok Handit yang pernah hadir diantara mereka. Gina dan Tara terlalu sibuk dengan calon anaknya, sampai tak ada ruang sedikitpun untuk sekedar tau kabar, menyebut namanya, atau memikirkannya. Mereka berdua melupakan Handit begitu saja. Aahh mungkin memang seharusnya seperti itu. Toh Handit udah bukan siapa-siapa lagi kan??

My Bride 2 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang