45

77 8 0
                                    

Sedikit amburadul karena nggak gw baca ulang, mata gw sakit banget kebanyakan liat drakor:v bukan drakor sih, lebih suka drama cina.
.
.
.

Setelah memikirkannya semalam, pagi ini Gina memutuskan untuk kembali kehotel tempat ia makan dan tidur gratis kemarin. Gina ingin memastikan apakah benar Handit yang mengurus semuanya.

Sesampainya disana Gina langsung menanyakannya.

"Mbak maaf, kan kemarin saya pesen satu kamar tapi kok saya nggak dimintai uang ya?" tanya Gina to the point saja.

"Maaf dengan ibu siapa??"

"Gina" petugas hotal itu mulai memeriksa data nama pengunjung kemarin.

"Ibu Regina ya?" Gina mengangguk.

"Disini tertulis ibu sudah memesan kamarnya pukul satu dan sudah membayarnya"

"Hah?? Siapa yang bayar??" wanita berseragam batik itu dibuat kebingungan, sampai akhirnya ada satu temannya lagi datang. Wanita itu langsung menanyakannya.

"Owh iya ini kemarin saya yang terima telfonnya"

"Yang telfon siapa ya mbak kalo boleh tau??"

"Dari keluarga Dirgatama ibu. Pesan satu kamar khusus buat calon istrinya atas nama Regina Anastasya. Ini benar dengan ibu Regina kan??" Gina dibuat terdiam dan tersenyum lucu.

"Owh ya udah mbak makasih" ucap Gina sembari berlalu keluar dengan wajah bersemu merah. Bagaimana Handit bisa tau coba?? Padahal Gina tak memberitahunya. Gina kembali dibuat terdiam. Handit memesannya pukul satu?? Sedangkan Gina sampai di Jakarta pukul dua??? Otak Handit bekerja lebih cepat dari Gina?? Itu tidak mungkin. Lagiankan banyak hotel di Jakarta, kenapa Handit bisa memilih hotel yang tepat?? Atau jangan-jangan?

Sontak Gina berlalu masuk kedalam mobil untuk memeriksa hotel sebelah. Sesampainya disana Gina langsung masuk dengan buru-buru.

"Selamat pagi ibu"

"Mbak boleh nanya nggak??"

"Iya ibu?"

"Kemarin malem ada yang pesen kamar nggak?? Sekitar pukul satu" tanya Gina dengan perasaan yang tak bisa dijelaskan.

"Sebentar ibu"

"Owh iya ini atas nama ibu Regina tapi dibatalkan" sontak Gina menepuk jidatnya. Jadi benar? Handit memesan semua hotel yang ada di Jakarta?? Sialan. Berapa banyak hotel yang ada?? Bisa bangkrut dia.

Gina segera mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi nomor Handit. Tapi ya- Handit tak pernah menjawab terlfonnya. Entahlah Gina tak tau alasan tepatnya, tapi meski Handit tak pernah mengangkat telfonnya Handit masih peduli padanya.

Karena dirasa tak ada gunanya menelfon Handit, Gina memilih untuk kembali keparkiran.

Entah kenapa Gina merasa ini terlalu berlebihan. Gina tau uang Handit banyak, tidak akan habis hanya untuk menyewa hotel saja. Tapi kan sayang kebuang. Ya emang sih baru dp doang, lah tapi semua hotel loh. Gila kan?? Ya emang Handit gila bambang.

Sepanjang perjalanan Gina terus saja berdecak memikirkan kebaikan Handit yang melewati batas. Sampai tiba-tiba Gina menginjak gasnya spontan saat ia nyaris saja membelokkan mobilnya masuk ke pekarangan rumah Dirgatama.

"Lo nyari mati kesini?? AKHHH" Gina mulai mengacak-acak rambutnya frustasi. Kenapa?? Kenapa ia bisa mengarah kesini?? Gina menatap nanar rumah megah milik Sam. Apa Handit didalam?? Ya hanya itulah yang dipertanyakan hati kecil Gina. Sekarang Gina tau, bahwa perasaannya untuk Handit tetap sama. Tak berubah sedikit pun.

My Bride 2 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang