18

52 5 0
                                    

"Besok, pokoknya besok gue nggak mau tau"

"Besok aku nggak bisa sayang, aku mesti anter lukisan"

"Tuh kan tuh kan lo alesan, tadi pagi lo udah janji sama gue, lo mau anterin gue kedokter kandungan buat gu-" Tara mendekap mulut istrinya cepat. Jangan sampai ibunya tau, atau sesuatu yang tidak ia inginkan akan terjadi.

"Kamu jangan keras-keras ngomongnya" bisik Tara. Gina membuang tangan itu cepat.

"Lo pembohong Tar, lo pembohong. Gue benci sama lo" Gina berniat turun dari atas ranjang namun segera didekap oleh suaminya.

"Besok aku nggak bisa sayang, aku ada perlu sama yang beli lukisan. Kita kedokter kandungannya lusa aja ya?!" Gina diam, melirik suaminya yang tengah memeluknya.

"Beneran ya?!" Tara mengangguk.

"Awas kalo lo bohong"

"Buat kali ini aku serius dan nggak bohong" Tara mengukir senyum manisnya, meski itu secara paksa. Gina tersenyum dan menghembuskan napasnya lega.

"Pokoknya gue nggak terima alasan apapun lagi nanti. Awas kalo lo sampe alesan" Gina menyekat air matanya yang hampir menerobos keluar.

"Iya sayang, nggak percayaan amat sih sama aku hmm" Tara mencium pipi istrinya gemas. Meski dilubuk hatinya yang paling dalam, Tara tak ingin mengorbankan calon anaknya, tapi bagaimana lagi? Yang mengandung Gina bukan dirinya, ia tak bisa memaksanya.

***

Suara sendok dan piring yang bertubrukan memenuhi dapur. Bowo, Marisa, dan Tara tengah menikmati masakan Marisa pagi ini. Berbeda dengan Gina yang hanya diam mengamati mertuanya yang tengah makan.

"Loh kamu nggak makan sayang?" tanya Marisa menyadari jika sedari tadi menantunya ini hanya diam.

"Aaa Gina makan nanti aja" jawab Gina sembari mengukir senyum manisnya. Bukannya Gina tak mau makan bersama, hanya saja Gina takut jika ia mual nantinya dan membuat semua tak selera makan.

"Loh kenapa?? Kamu harus makan yang banyak biar bayi yang ada dikandungan kamu sehat" ucap Marisa menyeruput segelas air, dan bangkit untuk mengambilkan Gina nasi. Gina mencengkram paha suaminya saat ia kehabisan alasan untuk menolak. Tara yang akan memasukkan sesuap nasi kedalam mulutnya pun harus ia tahan.

"Kamu harus makan, nanti sakit loh" ucap Tara tak sesuai harapan Gina.

"Iya, kamu harus makan yang banyak biar nggak sakit" sambung Marisa membuat Gina semakin sulit untuk menolak. Gina diam menatap sepiring nasi dan beberapa lauk yang Marisa ambil untuknya.

Gina melirik Bowo yang tangan menyuapkan makanan kedalam mulutnya. Bagaimana ini??? Dengan perasaan ragu dan was-was Gina mulai menyuapkan sesendok nasi kedalam mulutnya.

Untuk suapan yang pertama baik baik saja, namun untuk suapan yang kedua, Gina langsung mendekap mulutnya dan berlari menjauh dari meja makan. Marisa yang faham sontak langsung berdiri dan berlari menyusul menantunya. Tara sebagai suami pun ingin menyusul istrinya tapi Bowo menahan tangannya.

"Biarin, urusan perempuan" ucap Bowo yang faham. Tara hanya diam dan menurut.

"HUXXX" Gina mendekap mulutnya dan memegangi perutnya. Marisa memegang kedua bahu menantunya yang terus mual-mual.

"Bukkk maafin Gina, Gina nggak sengaja tadi" lirih Gina merasa bersalah sudah merusak acara makan pagi ini. Marisa justru tersenyum mendengar permohonan maaf dari menantunya.

"Nggak papa, dulu ibuk juga kaya gitu" Marisa memapah Gina membawanya duduk disofa ruang tamu. Gina hanya menurut dengan terus memegangi perutnya. Rasanya aneh, Gina tak bisa menjelaskannya dengan kata-kata.

My Bride 2 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang