Tidak terusik, tidak ada yang menganggu, tapi nyawa sudah kembali masuk kedalam raga. Mau tak mau pria itu harus terbagun dari tidurnya. Manik matanya mengerjap, dan hal pertama yang ia lihat adalah Gina yang tengah memeluknya erat dari samping. Hal pertama yang ia lakukan adalah membelai rambut istrinya.
Perlahan Tara mulai tersadar ada sesuatu dikeningnya. Tangannya terangkat untuk mengambil benda basah itu. Lagi-lagi senyumnya terukir indah. Apa Gina semalam kembali mengompresnya??
Perlahan Tara berusaha melepas lengan istrinya yang memeluk tubuhnya erat. Tapi baru saja ia memegang punggung tangannya, Gina lebih dulu bergerak dan mengangkat kepalanya menampakkan wajah kusutnya. Tara kembali dibuat tersenyum.
"Tar, lo udah bangun??" tanyanya serak, sembari menegakkan tubuhnya dan mengucek sebelah matanya. Gina menguap, lalu merenggangkan otot-otot tubuhnya. Aaa Tara jadi merasa bersalah sudah menganggu tidur istrinya.
Dengan mata yang masih sayu dan merah, Gina meletakkan punggung tangannya kekening sang suami membuat manik matanya melebar seketika. Suhu tubuh Tara sudah tak sepanas semalam. Itu artinya kondisi Tara membaik, tak sia-sia Gina menghabiskan waktu tidurnya untuk mengompres pria ini.
"Kan, apa aku bilang" senyum Gina dibuat luntur perlahan.
"Tapi lo tetep harus kerumah sakit"
"Aku udah nggak sakit sayang, kerumah sakit mau ngapain hm??" Gina terdiam sejenak. Iya ya, jika sudah sembuh tidak perlu kerumah sakit. Toh juga ia juga sudah punya obat. Mau apa lagi coba?
"Sekarang jam berapa??" tanya Tara. Gina langsung meraih ponselnya yang tergeletak diatas nakas.
"Empat tiga puluh" ucap Gina membaca angka yang tertena diponselnya. Tara berusaha untuk duduk namun segera ditahan oleh Gina.
"Mau ngapain lo? Lo masih sakit tidur lagi sana"
"Aku mau mandi, sholat, terus masak"
"Lo masih sakit Tar, lo nggak boleh banyak gerak"
"Aku mesti masak Gina, nanti kamu mau sarapan apa hayo?"
"Biar nanti gue yang beli sarapan, lo harus tetap disini nggak boleh kemana-mana" atur Gina.
"Kamu mau beli sarapan dimana hm?? Rega sekolah, dia berangkat pagi, nggak ada penjual sarapan sepagi itu paling pagi juga jam tujuan"
"Ada, jam lima biasanya udah rame" kening Tara mengerut mendengar jawaban sang istri.
"Masa sih?? Dimana??"
"Didepan sana"
"Dari mana kamu tau?"
"Ya pokoknya gue taulah, yang penting tu elo nggak boleh kemana-mana, lo harus tetep disini istirahat" Gina kembali menarik selimut sampai dada suaminya. Tara hanya diam menatap manik istrinya dalam. Jika seperti ini Tara ingin terus-terusan sakit agar Gina merawat dan memberi perhatian penuh kepadanya.
Grukk grukk
Terdengar suara aneh yang tidak jelas sumbernya dari mana. Gina dan Tara terdiam saling pandang.
"Bunyi apa ya?! Lo denger nggak tadi??" tanya Gina membuat Tara salah tingkah.
"Hah?? Bu-bunyi apa?? Nggak ada tuh, kamu salah denger kali" jawab Tara terdengar gugup. Gina menyipitkan matanya menatap suaminya penuh selidik. Dan tanpa tau malu, perut Tara kembali berbunyi. Manik Gina melebar beralih mendekatkan telinganya keperut sang suami yang terbalur selimut.
"Lo laper ya?!" Tara diam berpura-pura tidak mendengarnya.
"Lo laperkan? Ya kan ya kan???" seketika Gina dibuat terbahak.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bride 2 (Tamat)
Romance(Tahap revisi) 15++ Sequel yang bisa dibaca secara terpisah Satu takdir sepasang manusia yang sama-sama dibuat gila karena Cinta. Takdirnya yang tertukar karena masa lalu membuat keduanya tersiksa secara bersamaan dengan cara yang berbeda. Mereka...