51

77 9 3
                                    

Malamnya Gina dan Handit tengah menikmati makan malam diresto hotel. Sebenarnya Handit ingin mengajak Gina makan diluar tapi Gina tak mau, takut jika wartawan itu masih mengejarnya.

Drrtt drtt

Tiba-tiba saja ponsel Handit bergetar, menampilkan notifikasi panggilan video dari oma Raya. Handit segera menangkatnya.

"AYAH BOHONGIN REGA YA?!" teriak Rega marah dari seberang sana.

"KATANYA AYAH ADA KERJAAN DISANA, AYAH BOHONGIN REGA. AYAH JAHAT" marah Rega yang belum bisa ditangkap oleh Handit alasannya apa.

Mendengar suara putranya marah-marah Gina bergesar dan ikut melihat layar ponsel ditangan suaminya.

"Maaa, mama kenapa nggak ajak Rega?? Rega juga mau masuk tv ma" sontak Gina dan Handit saling pandang. Masuk tv??? Rega terlihat bangkit dari duduknya dan berhenti tepat didepan layar tv. Dilayar itu terlihat jelas ada Gina dan Handit yang dikepung banyak wartawan didepan hotel sore tadi.

"Ayah sama mama curang ya?! Masuk tv nggak ajak Rega"

Setelah berbicara panjang dan membujuk bocah laki-laki itu jika pulang nanti Handit akan membawa Rega ikut serta disiaran tv, akhirnya Rega percaya dan mengakhiri panggilan.

Selesai makan, Gina membeli es cream dicaffe hotel sedangkan Handit pergi ke toilet . Yah disini fasilitasnya sangat lengkap. Dilantai dasar ini ada resto, caffe, taman serta kolam renang. Sedangkan dilantai dua sampai enam hanya berisi kamar-kamar dengan fasilitas yang berbeda-beda dan harga yang beda juga tentunya. Sedangkan dilantai paling atas terdapat sebuah club. Gina masih belum tau pasti soal itu tapi katanya ada, khusus untuk orang-orang yang menginap dihotel ini.

"Loh? Gina? Kamu disini juga??"

Deg

Gina terdiam menatap wanita cantik yang tersenyum manis kepadanya. Naya?

"Ya Allah nggak nyangka banget kita bisa satu hotel. Kamu kesini bareng Handit ya?! Reganya ikut??" mendadak rahang Gina mengeras menatap wanita yang secara tidak langsung sudah melenyapkan suaminya.

"Owh iya kamu dikamar nomor berapa?? Biar nanti aku bisa temenin. Pastinya Handit sibuk banget kan, sama kaya Al-"

Plakkk

Tamparan hangat mendarat dipipi Naya.

"DASAR PEMBUNUH NGGAK TAU MALU" maki Gina begitu murka ketika mengingat semuanya. Tangannya mengepal kuat, tangan kirinya yang memegang es cream pun langsung melayang menumpahkan es cream kepada wanita tak tau diri ini tapi untungnya dihadang oleh Handit sehingga es cream itu mengenai jasnya.

"Nay? Lo nggak papa?" Naya tersenyum dan menggeleng.

"Aku nggak papa kok"

"DASAR DOKTER GADUNGAN" teriak Gina bergetar dengan air mata yang mengalir perlahan. Seluruh tubuhnya memanas menahan emosi yang ingin meledak. Manik matanya terus menatap Naya tajam seolah ingin membunuhnya sekarang juga.

"Sayang-"

"APA?? LO JUGA SAMA. SAMA-SAMA PEMBUNUH" teriak Gina mulai kehilangan kontrol dirinya. Handit berusaha meraihnya namun segera ditepis kasar oleh Gina.

"Jangan-jangan lo berdua sekongkol buat singkirin Tara. Ya kan?? Tara salah apa sama kalian HAH??? DASAR PEMBUNUH!" Handit langsung memeluknya erat tak membiarkan Gina meronta sedikitpun. Tangisan Gina kian pecah saat ia tak bisa bergerak sama sekali.

"Kenapa?? Kenapa harus Tara?? Tara salah apa hiks hiks hiks"

"Tara salah apa hiks hiks hiks" rancau Gina mengingat semuanya. Hatinya hancur mengingat itu. Kenapa?? Kenapa harus Tara?? Handit hanya diam memeluk Gina kuat sembari sesekali menciumnya.

My Bride 2 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang