Nggak begitu panjang. Maaf lama nggak update. Selesai ulangan bukannya santai justru harus kerjain tugas tambahan karena sering nggak ngumpulin tugas:) yaa gitu lah, sebenernya udah dikerjain tapi lupa belum dikirim:)
.
.Seperti biasa sang mentari kembali menyinari pulau Bali. Sepasang suami istri itu terlihat sudah rapi. Sepertinya pagi ini mereka tidak melakukan hal kotor lagi. Syukurlah xixiixi.
"Kamu mau ikut nggak?"
"Lama?"
"Bentar"
"Enggak, aku disini aja" tolak Gina sembari mempoles sebuah lipstik berwarna merah.
"Jangan pergi jauh-jauh ya?!" Gina berbalik menghadap suaminya dengan senyum manisnya. Handit yang semula ingin mencium bibir istrinya sebelum pergi menjadi batal melihat bibir manis itu terpoles listik berwarna merah pekat dan sangat tebal.
"Kamu kenapa pakai lipstik?" tanyanya karena Gina tau jika Handit tak suka dengan wanita yang menggunakan lipstik berwarna merah pekat. Gina sengaja menggunakan lipstik berwarna merah, meski sebenarnya ia juga tidak terlalu suka tapi hanya ini satu-satunya cara agar Handit tidak menciumnya seenak jidatnya.
"Sengaja" jujurnya.
"Hapus gih! Jelek!" senyum Gina yang semula merekah indah penuh kemenangan menjadi pudar seketika. Ya iyalah, wanita mana yang nggak akit ati dibilang jelek sama suaminya sendiri. Ya nggak? Tapi beda lagi kalo itu gw:)
"Bercanda, tapi kamu lebih cantik kalo nggak pakai lipstik. Hapus aja ya?!"
"Enggak" tolak Gina. Handit yang tidak ingin mengekang dan banyak permintaan hanya bisa mengiyakan saja. Apapun itu jika Gina menyukainya yasudah tak apa. Asalkan kau bahagia. Yoi.
***
"APA?? KECELAKAAN??"
Tanpa menanyakan kronologis atau keadaan suaminya, Gina langsung meminta diantar kerumah sakit dimana tempat suaminya dirawat.
Sesampainya disana, Gina melangkahkan kakinya cepat sampai kedua pria berbadan besar itu harus berlari untuk menyamakan langkahnya. Gina langsung masuk kesebuah ruangan tempat dimana suaminya berada. Disana terlihat Handit yang baik-baik saja dengan sedikit luka kecil serta lengan kanannya yang selesai dibalut perban oleh seorang dokter.
"HANDITTT?!" Gina langsung berlari menghampirinya. Gina menatap lengan suaminya yang terbalut perban. Seketika air matanya mengalir begitu saja. Tangan kiri Handit yang baik-baik saja langsung menarik gadisnya.
"Handit hiks hiks hiks"
"Aku nggak papa, nggak usah nangis" ucapnya menenangkan.
"Aku nggak mau kehilangan kamu hiks hiks hiks"
"Aku nggak papa sayang, jangan nangis" ucap Handit menenangkan. Alay banget sih Gina, orang cuma tangan doang. Ye kan dia beneran sayang sama Handit. Eh eh bentar, sebenernya yang alay tu gw cuk, gw yang karang nih cerita anjim.
"Aku nggak papa, udah jangan nangis" Handit berusaha menenangkan istrinya dengan satu tangan. Perlahan Gina mendongak menatap beberapa luka kecil yang ada diwajah suaminya. Bukannya terlihat mengerikan justru luka itu membuatnya semakin berkarisma.
"Kamu kenapa sih? Kenapa nggak pelan-pelan coba hah?? Kalo kamu kenapa-napa gimana?? Kamu nggak sayang sama aku?? Kamu mau tinggalin aku??"
"Kok kamu ngomongnya gitu? Aku nggak papa sayang. Cuma luka sedikit, bentar lagi juga sembuh"
"Aku takut Handit, aku takut" ucap Gina bergetar takut jika seandainya Handit terluka parah dan meninggalkannya juga. Cukup Tara saja, Handit jangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bride 2 (Tamat)
Romance(Tahap revisi) 15++ Sequel yang bisa dibaca secara terpisah Satu takdir sepasang manusia yang sama-sama dibuat gila karena Cinta. Takdirnya yang tertukar karena masa lalu membuat keduanya tersiksa secara bersamaan dengan cara yang berbeda. Mereka...