20

60 5 0
                                    

Jangan terlalu enggan untuk mengucapkan Cinta, tapi juga jangan terlalu cepat untuk mengaku Cinta
.
.
.

"Gimana bu boss kabarnya?! Sehat kan??"

"Ya gitulah, perut gue makin besar"

"CIEE YANG LAGI BUNTING AHAHAHAH" terdengar suara Ival yang diikuti gelak tawanya dari seberang sana. Gina berdecak.

"Awas lo nggak gue kasih uang mampus" ancam Gina.

"Eits eits, we slow boss que. Ival cuma canda kok, ya nggak Al??"

"Enggak, tadi Ival ngomongnya serius buboss" lapor Aldi tak sesuai seperti apa yang Ival harapkan.

"Bangsat lo jadi temen" seketika terdengar keributan dan adu mulut diseberang sana. Gina hanya menghela napasnya berat, dari dulu sampai sekarang nggak ada yang berubah sama sekali.

"Udah udah jangan ribut, kalian jadi kesini nggak?"

"Owh jadi dong, tapi pas liburan sekolah aja ya sekalian" jawab Ival.

"Libur sekolah??" beo Gina. Perlahan otak Gina mulai mencerna apa yang ia tangkap.

"Libur sekolah kenaikan kelas maksut lo?"

"Lah iya, emang libur apa lagi??" heran Ival mendengar pertanyaan bubossnya. Mendadak jantung Gina berpacu hebat. Jika Ival dan Aldi naik kelas itu artinya Handit- Handit lulus??

Deg

Seketika detik terasa berhenti. Handit?? Kenapa Gina bisa melupakan Handit??? Sudah berapa hari Gina tak memikirkan nama itu lagi? Berapa hari??Gina menunduk menatap perutnya yang besar. Gina ingat, terakhir kali ia mengingat Handit sebelum ia hamil. Jadi????

"Aldi tuh nggak sabar banget buat cepet-cepet kelas 12 terus lulus, nikah, habis itu punya anak deh"

"Nikah nikah pala lo, pacar aja nggak punya mau nikah. Nikah sama kambing??" terdengar argumen sewot Ival.

"Gue nggak perlu pacaran kaya lo bego, gue langsung nikah aja. Kata orang sih taaruf namanya"

"Dihh nggak laku bilang aja kali" Gina masih terdiam mengabaikan perdebatan sahabatnya. Gina terus saja memikirkan kenapa ia bisa melupakan Handit?? Apa saja yang sudah ia lakukan sampai ia tak mempunyai waktu sedetik saja untuk mengingat cowok itu?? Gina benar-benar melupakannya, Gina nyaris tidak ingat sama sekali jika saja kalimat Ival tak membuatnya mengingat Handit lagi. Apa yang sudah terjadi pada diri Gina akhir-akhir ini??

"Buboss, nanti kita dibelanjain kaya biasanya ya?! Udah lama banget nih kita nggak beli baju baru" seketika Gina memutus panggilannya secara sepihak. Dadanya terasa sesak, air matanya pun perlahan turun tanpa sebab. Kenapa?? Kenapa ia bisa melupakan Handit?? Kenapa?? KENAPA WOYY??

"Maafin gue Dit maafin gue hiks hiks hiks" Gina memukul-mukul dadanya penuh sesal. Kenapa ia bisa melupakan Handit? Kenapa Tuhan? Kenapa?? Ada yang sudah terjadi???

Gina semakin terisak. Sakit sekali jika mengingat sudah empat bulan lebih ia tak mengingat Handit sama sekali. Ia tak pernah memikirkannya, ia tak pernah menanyakan kabarnya, ia tak pernah mendengar ataupun menyebut nama itu lagi. Nama itu seolah-olah hilang dalam hidupnya.

Laras yang baru saja datang dengan membawa belanjaan untuk ia masak nanti, tersentak kaget melihat Gina menangis. "Ibu?? Ibu nggak papa kan?? Ada yang sakit?? Laras anter kedokter ya??!" Gina menggelengkan kepalanya cepat dan menepis tangan Laras yang berusaha membantunya untuk berdiri.

"Gue nggak papa gue nggak papa" jawab Gina dengan sekali sengukkan. Laras terdiam. "Kalo ada yang sakit, bilang ke Laras ya bu. Laras nggak mau ibu kenapa-napa" Gina mengangguk pelan sembari bangkit dan berlalu menaiki anak tangga meninggalkan Laras yang masih belum tau apa penyebabnya sampai menangis pagi-pagi seperti ini.

My Bride 2 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang