55

91 8 4
                                    

Aduh maap telat ya man teman, tadi malam jam 9 udah mau buka wp eh dichat temen 'login' auto nggak bisa nolak dong. Terus tadi baru bagun jam 11 eh diajak login lagi dong wkwk.
.
.

Diam tak bergerak bagaikan patung. Handit menatap manik gadisnya yang terpejam rapat. Tatapannya aneh, sulit untuk diartikan. Bahagia?? Tidak. Gelisah? Takut?? Juga tidak. Entahlah, Handit tak tau apa yang ia rasakan saat ini.

Untuk menunggu gadisnya tersadar Handit membelai rambut panjang itu pelan, tak berniat untuk menganggunya sama sekali. Gina lebih cantik ketika tertidur seperti ini.

Tok tok tok

Perlahan pintu terbuka. Handit langsung menarik selimut lebih tinggi, agar menutupi tubuh istrinya yang tidak terbalut apa-apa.

Wanita dengan pakaian serba hitamnya masuk, membawa sebuah dokumen yang entah dokumen apa. Wanita bernama Vina itu menghampiri bossnya yang tidak beranjak sedikitpun. Ia memberikan dokumen itu serta sebuah bolpoin untuk tanda tangan. Tanpa beranjak dari tempatnya, Handit menandatangi dokumen itu dengan mudah. Setelah selesai wanita itu langsung keluar begitu saja tanpa berkata apa-apa.

Handit kembali fokus pada gadisnya yang masih terlelep. Tangannya yang tidak bisa diam, kembali membelai rambut itu pelan. Perlahan Gina terlihat menggerakkan kepala mencari tempat yang lebih nyaman. Sontak Handit menghentikan aktifitasnya, karena sudah mengusik tidur gadisnya.

Meski berat, Gina berusaha mengerjapkan mata untuk menyesaikan cahaya yang ada. Sebuah uapan panjang keluar dari mulut Gina sembari berniat untuk merengangkan otot-otot tubuhnya. Tapi, seketika Gina langsung terdiam. Manik matanya terbuka lebar. Kaget.

Gina mengerjap beberapa kali untuk memastikan apa yang ia rasakan ini benar. Gina mendongak menatap Handit yang juga menatap. Dengan perasaan campur aduk, Gina memberanikan diri untuk memastikan apa yang terjadi dibawah sana. Seketika wajah Gina memanas. Pipinya memerah merona. Sialan, kenapa semalam- aaahh sudahlah jangan dibahas. Gina langsung menyembuyikan wajahnya yang memerah kedada Handit yang tidak tertutup apa-apa, dan itu justru membuatnya semakin malu.

"Morning sayang" bisik Handit tepat didepan telinga Gina membuat bulu kuduknya berdiri. Jantungnya berdetak hebat. Pikiran-pikiran kotor kembali menyerang otaknya. Gina hanya bisa menyembunyikan wajahnya tak berani menunjukkan wajahnya yang merah ke Handit.

Handit tersenyum lalu mencium puncak kepala gadisnya. Mendapat ciuman dari seorang Handit, membuat darah ditubuh Gina berdesir cepat.

"Aku masih ada meeting pagi ini" sontak Gina menjauhkan wajahnya, berniat untuk menjauhkan tubuhnya juga namun segera ditahan oleh Handit.

"Jangan gerak. Kamu bisa bikin dia berdiri" manik Gina terbelabak kaget mendengar itu. Ia kembali melirik kebawah membuat wajahnya semakin memerah padam.

"Terus gimana??" tanya Gina begitu pelan sembari berusaha keras untuk menyembunyikan kegugupannya.

Drttt drtttt drttt

Tiba-tiba saja ponsel Handit bergetar hebat. Dengan cepat Handit meraih benda pipih itu dan terlihatlah nama Sam tertena disana. Handit langsung mengangkatnya.

"..."

"Iya pa, bentar lagi" jawab Handit. Gina berusaha untuk mendengar perbincangan itu, tapi tak terdengar. Gina hanya bisa mendengar jawaban Handit yang sangat singkat.

Gina tersenyum kecil saat ide jahilnya muncul. Ia tak akan membuat Handit pergi. Ia tak akan membiarkan Handit pergi pagi ini. Gina akan membuat Handit tak bisa meninggalkanya.

Perlahan Gina sedikit menggerakkan tubuhnya membuat Handit paniknya setengah mati.

"Jangan gerak" bisiknya begitu pelan. Entah kenapa larangan itu bagi Gina seperti perintah. Gina dengan jahilnya menggerakkan pinggangnya membuat Handit  semakin panik.

My Bride 2 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang