Itu lah waktu, yang terasa begitu cepat dan tak bisa diulang
.
.
.Suara sendok dan piring yang saling bertubrukan mengisi keheningan yang ada. Kedua insan sepasang suami istri itu begitu menikmati makan malamnya, sampai begitu engan untuk sekedar berbicara hal hal yang tidak penting.
Tara yang selesai makan terlebih dahulu, kini mengamati istrinya yang masih sibuk dengan sendok yang ia pegang. Entahlah, Gina begitu terlihat baik baik saja tetapi hati Tara mengatakan jika istrinya ini masih terus memikirkan mantan kekasihnya.
"Gina"
"Hmm" manik itu terangkat menatap manik Tara lekat meski mulutnya masih terus mengunyah.
"Nggak papa, kamu habisin dulu" Tara tersenyum membuat kening Gina mengerut.
"Kenapa??"
"Enggak, nanti aja" Gina menelan nasi yang tersisa didalam mulutnya susah payah sembari meraih segelas air didepannya.
"Lo mau ngomong apa?? Ngomong aja kali" ucap Gina seraya kembali memasukkan nasi kedalam mulutnya.
"Besok kita beneran ke Jakarta??" seketika mulut Gina berhenti mengunyah. Ia menatap suaminya sejenak lalu kembali melanjutkan aktifitasnya.
"Gue terserah lo aja"
"Tapi besok berangkat pagi ya"
"Jam berapa?"
"Habis subuh" Gina meletakkan sendoknya dan kembali meraih segelas air yang tersisa setengah.
"Emang kenapa pagi pagi banget?"
"Besok kita kerumah oma dulu" seketika Gina tersenyum lebar. Aahh Gina tak sabar bertemu omanya.
"Eh tapi jangan kasih tau oma ya?!"
"Emang kenapa?"
"Biar surprise"
"Yahh, tadi aku udah telfon oma" senyum Gina memudar seketika membuat wajahnya yang semula membinar kini menjadi kusut.
"Ck, lo nggak asik banget sih"
"Kan aku nggak tau"
"Pasti besok Ival sama Aldi rusuh, kesel gue males ketemu dua curut itu" Gina terus-terus berdecak kesal menyalahkan suaminya yang memberi tahu omanya tanpa seizin darinya.
"Emang kamu nggak kangen apa sama mereka? Mereka itu sahabat kamu loh"
"Ck, tapi gue males ketemu mereka Tar. Pasti nanti minta ini minta itu, huh ngeselin banget"
"Tinggal dikasih aja kok ribet" jawab Tara dengan santainya.
"Kalo dikasih terus tu mereka bakalan ngelunjak"
"Selagi kita masih mampu, kasih aja nggak papa" Gina menghela napasnya berat. Tara terlalu baik untuk menghadapi curut seperti Ival dan Aldi.
"Ya udah deh terserah lo"
***
"Emhmmm" sebuah lengguhan keluar seiring dengan terbukanya mata. Gina mengerjap untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Tara yang tengah mengemudi tersenyum melihat istrinya sudah terbangun.
Gina tersadar. Sekarang ia berada dimobil, dalam perjalanan kerumah omanya. "Aku terlalu kencang ya bawanya sampe bangunin kamu tidur??"
"Enggak kok" jawab Gina dengan suara serak ala-ala orang bangun tidur. Lagi lagi Tara tersenyum melihat wajah kusut Gina ketika baru bangun seperti ini. Sesekali Gina masih menguap, mengamati sekitarnya untuk memastikan ia sudah sampai dimana saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bride 2 (Tamat)
Romantizm(Tahap revisi) 15++ Sequel yang bisa dibaca secara terpisah Satu takdir sepasang manusia yang sama-sama dibuat gila karena Cinta. Takdirnya yang tertukar karena masa lalu membuat keduanya tersiksa secara bersamaan dengan cara yang berbeda. Mereka...