Permintaan papa

12 4 0
                                    

Setelah itu tak lama pun mama dan ibuk dan mama telah kembali dari kantin rumah sakit.
"Nak kmu makan dulu aja mama tau kamu pasti belum makan" ucap mama kepadaku.
"Ky kamu anter caca ke kantin ya kamu juga sekalian makan sama caca" sambung mama.
"iya ma" kak rezky menuruti perintah mama dan akupun hanya tersenyum simpul kepada mama.
"Ayok" ajak kak rezky dingin. Aku berjalan beriringan dengan kak rezky dengan jarak yang lumayan dekat. Sesampainya di kantin aku memesan nasi goreng dan es teh , sedangkan kak rezky memesan soto dan es teh manis. Dan keadaanpun menjadi hening.
"Kak bentar gw mau bayar dulu" pamitku pada kak rezky. Dan kak rezky hanya menganggukkan kepalanya. Setelah aku membayar dan menunggu uang kembalian tiba tiba ada yang menepuk pundak ku dan aku kira kak rezky dan aku segera membalikkan badan.
"Lo siapa?" Tanyaku pada orang itu.
"Oh lo gakenal gw" jawab orang itu.
"Gak" jawab ku ketus.
"Dihh gausah ketus ketus dong neng"  ucap orang itu sambil mencolek lengan atas kananku.
"Lo kurang ajar banget sih jadi cowo" ucapku sedikit ngegas.

Bugghhh...

Ternyata kak rezky memukul pipi pria itu.
Dan kak rezky langsung berdiri di depanku dan menatap pria itu sinis.
"Lo siapa beraninya mukul gw sembarangan" pria itu memegangi pipi nya yang telah di pukul oleh kak rezky.
"Gw cowonya kenapa ada masalah?" Tanya kak rezky santai dan menunjukkan wajah cool nya.
"Lo gatau gw?" Tanya pria itu songong.
"Emang lo siapa dan gw gapeduli" kak rezky tetap santai.
"Gw anak pemilik rumah sakit ini" pria itu memyombongkan diri.
"Eh bentar kok dia bilang dia yang punya rumah sakit ini bukanya milik papa wijaya" gumanku dalam hati.
"Oiya nama anda siapa" kak rezky mengubah panggilan dari Lo jadi Anda.
"Gw rezky anak dari pak wijaya pemilik rumah sakit ini" pria itu menyombongkan diri dengan membenarkan kra bajunya.
Kak rezky tertawa meremeh kan.
"Oh kalau begitu mari kita berkenalan" kak rezky mengulurkan tanganya dan pria itu menerima uluran tangan kak rezky.
"Perkenalkan nama saya Rezky pradipta wijaya yang asli" kak rezky memperkenalkan dirinya dengan menekankan kata Asli dan melepas jabatan tangan itu.
"Ha?" Pria itu bertanya tanya.
"Kalo anda tidak percaya ini kartu nama saya" kak rezky mengeluarkan kartu nama dari kantong dalam jaket nya. Dan mulut pria itu menganga dengan sempurna setelah melihat kartu nama kak rezky.
"Makanya kalo mau nipu liat orang yang mau lo tipu itu siapa? , oiya satu lagi jangan ganggu cewe gw kalo lo berani ganggu cewe gw abis lo" sambung kak rezky sambil mengerakkan jarinya di leher nya seperti memotong. Dan orang itu hanya bergidik ngeri , kak rezky pun menggandeng aku untuk menjau dari kantin dan kembali untuk ke depan ruang ICU lagi dimana mama dan ibu berkumpul disitu.
Sesampainya diasana aku dan kak rezky langsung duduk di tempat duduk yang di depan ruang ICU. Dan tak lama keluarlah dokter dari ruangan itu dan kami pun berdiri di depan dokter itu.
"Dok gimama keaadaan suami saya?" Tanya mama ratna.
"Iya dok gmana keadaan papa saya baik baik saja kan dok?" Tanya kak rezky juga.
"Keadaan pak wijaya kini sudah mulai membaik tapi kami belum bisa memindah kan nya ke ruang rawat karna pak wijaya masih harus dirawat intensif " jelas dokter tersebut.
"Apa bisa dok saya menemui suami saya?" Tanya mama ratna.
"Emm bisa tapi untuk sekarang apa bisa mas rezky dulu karna beliau meminta bertemu 4 mata dengan mas rezky" ucap dokter tersebut dengan lembut.
"Baik dok" ucap kak rezky.
"Tapi mas rezky harus memakai pakaian steril untuk masuk ke ruang ICU" pinta dokter tersebut dan kak rezky mengangguk paham.

REZKY POV.

Akupun memakai pakaian steril untuk masuk kedalam ruang ICU tersebut. Setelah aku memakai pakaian tersebut aku masuk kedalam ruang ICU dan menuju ranjang dimana papa terbaring lemas.
"Pa" sapaku lemah.
"Ky" papa berkaca kaca.
"Papa kuat ya , papa harus sembuh" ucapku menguatkan papa dan mengenggam tanganya.
"Maafin papa ya ky kalo papa ada salah sama kamu" papa berkaca kaca sambil membalas genggaman tanganku.
"Papa kenapa gak cerita dari dulu kalo papa sakit"
"Gak papa ky papa gamau bikin repot kamu sama mama kamu"
"Tapi pa"
"Ky papa minta sama kamu boleh?"
"Boleh pa , apapun yang papa minta jika eky bisa turutin pati eky turutin pa"
"Papa minta kamu terima perjodohan ini , kamu jaga mama kamu , dan kamu olah perusahaan papa ky"
"Tapikan papa nanti bisa sembuh nanti eky bantuin pa urus perusahaan ya pa" ucapku dengan sudah berkaca kaca.
"Tolong kamu panggilkan suster ky" pinta papa kepadaku dan akupun memanggil suster yang berada di situ.
"Sus" panggilku pada salah satu suster tersebut.
"Ada apa pak?"
"Bisa tolong panggilkan mama saya karna papa saya ingin ada mama disini"
"Baik pak ditunggu"
Tak lama kemudian mama masuk dengan pakaian steril seperti yang aku pakai.
"Mas kamu harus kuat ya kamu harus sembuh mas" mama mencoba menyemangati papa dengan mengenggam tangan papa.
"Sayang kamu jaga diri ya , dan kamu eky jaga mama kamu baik baik dan jalankan amanah papa dengan baik pula" papa memgenggam erat tanganku dan tangan mama.
"Pah papah pasti sembuh pa" ucapku dengan mata yang sudah berkaca kaca.
"Iya mas kamu pasti sembuh semangat mas" mama mengeluarkan air matanya.
"Eky dan kamu sayang papa sayang kalian" ucap papa dengan nafas yang sudah berat.
"Mas kamu pasti bisa sembuh mas" mama semakin menjadi jika menangis.
"Pa papa pasti bisa ngelewatin ini semua" aku menyemangati papa. Kemudian papa menarik nafas berat dan perlahan menutup matanya.
"Mas.... bangun mas... jangan tingalin aku hiks hiks maasss" mama menangis sambil memeluk tubuh papa.
"Pa papa bangun pa" aku menahan air mataku dan berusaha sekuat tenaga menahan air mata ini agar mama sedikit lebih kuat.
"Dokkk dokkk" panggilku kepada dokter itu dan tak lama dokter masuk ke ruangan dan dokter itu memeriksa papa.
"Innalillahi wainailaihi rojiun" ucap dokter tersebut.
"Gamungkin dok papa saya masih hidup kan??" Tanyaku tak percaya kepada dokter tersebut.
"Maaf mas tolong ikhlaskan bapak biar bapak bisa tenang di alam sana" dokter itu mengelus pundakku.
"Dok gamungkin suami saya meninggal gamungkin dok hiks hiks gamungkin hiks apa alat disini kurang lengkap dok bilang biar saya belikan dan supaya suami saya bisa sembuh dok hiks hiks" ucap mamaku sambil menarik narik kra jas dokter itu.
"Maaf bu ini sudah takdir" ucap dokter itu dengan lemah. Akupun merangkul menenangkan mama.
"Ma ikhlasin papa ya ma" aku yang sudah tak kuasa menahan air mataku.
"Tapi ky papa bisa sembuh kok kalo mama tau jauh sebelum penyakit papa parah ky hiks hiks hiks ini salah mama ky" mama memelukku dengan sudah bercucuran air mata.
"Enggak ma ini udah takdir gaada yang salah" ucapku dengan memeluk mama.
"Dok saya akan urus administrasinya dan sekalian biaya pemakamannya ya dok" sambungku  pada dokter tersebut.
"Baik mas" dokter menyetujuinya.

Ini aku yang lebay apa emang aku nulisnya terlalu melow sampe ikutan nangis:(

I Hate You Boy ( Revisi ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang