Alendra baru saja memarkirkan motornya di parkiran sekolah. Laki-laki itu menatap arloji yang melingkar di tangannya. Mungkin sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.
Dengan santai Alendra berjalan menuju kelasnya. Matanya tidak sengaja melihat Kallista yang tengah berjalan di depannya tetapi fokus Alendra bukan pada gadis itu namun pada noda yang berada di rok bagian belakangnya. Gadis itu tidak menyadari sesuatu, sesuatu yang membuat orang-orang di sekitarnya menatap gadis itu.
Alendra menepuk dahinya pelan. Kemudian laki-laki itu melepaskan jaketnya. Alendra berjalan cepat mendekati Kallista dan setelahnya Alendra mengikat jaketnya di pinggang Kallista dari belakang.
Kallista tersentak kaget, gadis itu menoleh ke belakang dan menemukan wajah Alendra yang berjarak dekat dengannya. "Lendra? Lo lagi ngapain?" tanya Kallista dengan wajah yang merona.
Anak-anak SMA Gema Nusa yang melihat itupun memekik pelan. Menjadikan keduanya pusat perhatian saat ini di koridor kelas XI.
"Lo tembus tau," ujar Alendra yang masih mengikatkan jaketnya di lingkar pinggang Kallista.
"Hah? S-serius?" tanya Kallista meringis pelan.
"Iya, masa lo nggak sadar sih pada liatin lo gitu."
Tanpa mereka sadari, seorang siswa di belakang mereka menatap kejadian itu dengan wajah seperti menahan kesal. Gadis itu mengencangkan pegangannya pada ranselnya.
Jika dilihat dari belakang, Alendra terlihat seperti tengah memeluk Kallista.
"Eh ada Aileen, lo ngapain diem di situ neng?" celetuk Aber yang baru saja datang bersama dengan Raden dan juga Cio.
Aileen menatap Aber datar. "Napas."
Raden terbahak. "Napasnya buru-buru gitu, panas ya?" goda Raden.
Cio menoyor kepala Raden. "Kompor lo anjir,"
Saat mendengar nama Aileen, Alendra segera melepaskan pegangannya pada jaket kemudian laki-laki itu segera membalikkan badan.
Alendra hendak menghampiri Aileen namun tangannya ditahan oleh Kallista membuat laki-laki itu kembali menatap Kallista. "Kenapa Kall?"
Kallista tersenyum dengan wajah yang masih memerah. "Makasih ya, Len."
Dan yang Aileen lihat adalah mereka tengah berpegangan tangan. Cih, mengapa Aileen merasa gerah seperti ini?
Aber tertawa geli, laki-laki itu mendekatkan wajahnya pada Aileen. "Ngaku nggak lo, lo cemburu kan liat Lendra sama Kallista uwu-uwu an?" tanya Aber.
Aileen refleks menampol wajah Aber karena terlalu dekat. "Apaan sih, bau." ketus Aileen kemudian gadis itu berjalan melewati Alendra.
Cio dan Raden terbahak melihat Aber yang tengah memegangi pipinya.
Alendra, laki-laki itu melepaskan genggaman tangan Kallista pada pergelangan tangannya lembut. "Sama-sama Kall, gue duluan."
Kemudian Alendra mengejar langkah Aileen yang tidak begitu jauh darinya.
"Ai!"
"Aii, tungguin abwang ganteng dong." rengek Alendra dari belakang.
Mendengar itu, Aileen pun berhenti mendadak kemudian membalikkan badannya ke belakang. Alendra yang tidak tau bahwa Aileen akan berhentipun menubruk tubuh gadis itu.
Bukannya terjatuh, Alendra justru memeluk Aileen erat membuat tangan Aileen dengan senang hati memukul pelan punggung Alendra. "Lepas!"
"Nggak mau. Gue kangen, Yang." ujar Alendra sambil menyengir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ailendra
Teen Fiction"Lendra, Ibu tanya sekali lagi ya? Cita-cita kamu kalo udah besar nanti apa?" "Nikah sama Aileen, Bu." "Alendra, Ibu serius." "Tapi kata Poya, Ale cuma boleh seriusin Ai, Bu." "..." ~12 Tahun Kemudian~ "Alendra Arkhana Mahatma! Kerjaanmu berantem t...