41 : Pacaran day (1)

6.8K 870 761
                                    

Pagi-pagi sekali, seorang gadis sudah rapih dengan seragam sekolahnya. Dia sudah menenteng tasnya dan bersiap turun ke bawah untuk sarapan.

Aileen sengaja ingin berangkat lebih pagi, karena dari semalam laki-laki yang baru saja menyandang status sebagai pacarnya itu merengek ingin berangkat sekolah bersama. Bukannya tidak mau, Aileen hanya masih merasa malu karena teringat malam itu dimana dia mengecup pipi Alendra di depan banyak orang. Ah tuh kan, Aileen jadi teringat lagi.

Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha menghilangan ingatannya tentang kejadian itu.

Dengan segera gadis itu berjalan menuruni tangga, Aileen sudah menyiapkan bekal untuk dirinya sendiri. Gadis itu berencana sarapan di sekolah saja karena Mommynya jam segini pasti belum menyiapkan makanan, masih terlalu pagi.

Aileen mengambil kotak bekalnya di dapur, kemudian memasukannya ke dalam tas. Gadis itu melihat sekelilingnya, masih sepi. Dia mengambil handphone lalu mengetikan pesan untuk Mommynya.

"Pasti Ale belum bangun," gumamnya semangat, terbit senyum tipis di bibirnya.

Aileen melangkahkan kakinya menuju pintu utama, membuka pintu itu dengan kepala tertunduk memperhatikan tali sepatunya yang belum terikat sempurna. Dan-

Bugh

Keningnya berbenturan dengan sesuatu, tidak begitu keras namun cukup membuat gadis itu meringis.

"Masih pagi banget udah mau berangkat aja," ucap seseorang dengan nada mencibir.

Merasa mengenali suara itu, Aileen pun mendongakan kepalanya. Di depannya, Alendra tengah menatapnya sambil bersedekap dada. Gadis itu makin meringis dibuatnya.

Mampus.

"A - ale kok?"

Alendra bersandar di samping pintu, menatap gadisnya lekat. "Ini lo lagi ngehindarin gue?"

Aileen terdiam, bingung harus menjawab apa.

Gadis itu menggigit bibir bawahnya, tangannya terulur memegang ujung jaket Alendra. "Ale marah ya?"

Ah sial, gadis itu terlihat menggemaskan.

"Engga, gue cuma mau meminta keadilan."

Aileen menatap Alendra dengan wajah bingungnya. "Keadilan apa?"

Alendra menunjuk pipi kanannya, laki-laki itu menaikan sebelah alisnya. "Semalem yang di kecup cuma yang kiri, yang kanan jadi iri. Dia mau juga," ucap laki-laki itu dengan senyum menggoda.

"Ale!" pekik Aileen sambil memukul pelan lengan pacarnya itu, pipi gadis itu memerah.

"Ale minta dicium Ai, bukan di tampol. Pagi-pagi tuh harusnya dapet sambutan bukan sambitan." protes Alendra.

"Ayo cium . . " rengek Alendra sambil menggoyang-goyangkan lengan Aileen.

Dasar bayi, bayi bangkotan maksudnya.

"Nggak." ketus Aileen.

Alendra mengerucutkan bibirnya kesal, genggamannya pada lengan Aileen melepas. "Dasar pelit."

"Mau berangkat barengan nggak boleh,"

"Mau cium nggak boleh,"

"Ai nggak sayang sama Ale,"

"Semuanya nggak-"

Dengan cepat Aileen menangkup pipi Alendra, gadis itu berjinjit untuk menyamakan tingginya dengan Alendra kemudian dia memejamkan matanya.

Cup

Hanya sebentar, namun sukses membuat mata Alendra melotot bahkan seakan bola mata laki-laki itu ingin keluar saat bibirnya bersentuhan langsung dengan bibir tipis milik gadisnya.

AilendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang