40 : Jadi-?

9.9K 1.5K 1K
                                    

Malam ini, di kediaman Aileen sudah ramai dengan kehadiran teman-teman Aileen dan juga teman dekat dari orangtuanya. Di ruang tengah, sudah dirubah sedemikian rupa sehingga terlihat begitu indah dengan kue ulang tahun yang besar tertata rapi di atas meja.

Alendra dengan teman-temannya sudah datang sejak sore, mereka membantu mendekor ruangan ini begitupun dengan Keisha. Di sana juga disediakan panggung buatan sebagai tempat hiburan nantinya.

Laki-laki dengan kaos hitam polos dilapisi oleh kemeja mengedarkan pandangannya, matanya menyorot pada satu titik. "Poyaaa . . ." pekik Alendra sambil berjalan lambat menuju Aron dengan tangan melambai-lambai saat Poyanya itu baru saja datang dari pintu bersama Moyanya. Oh iya, Alendra sudah bisa berjalan tanpa alat bantuan meskipun masih sedikit terasa sakit.

Terlihat semakin dramatis ketika Aronpun ikut berjalan lambat menghampiri anaknya. "Tum paas aaye yoon muskaraye . ."

Alendra menggoyangkan badannya, bahkan laki-laki itu berputar-putar mengelilingi meja yang berisi makanan dan minuman. Tangan Alendra bergerak kesana kemari, seolah ada selendang goib yang terikat di pinggangnya. Tingkah anak dan bapaknya itu disaksikan oleh banyak pasang mata. Tidak sedikit dari mereka yang tertawa dan juga merasa heran.

Revi menepuk jidatnya, wanita itu berjalan mendekat ke arah suaminya kemudian menarik tangannya paksa. "Poya udah tua jangan malu-maluin." bisiknya sambil menatap sekitarnya.

Aronpun mengarahkan pandangannya kepada istrinya. "Moya mau ikutan ngga? Ntar Poya kasih backsound sekalian." ucap Aron sambil cengengesan.

Alendra yang merasa diperhatikan pun menyudahi aksinya, laki-laki itu membenarkan kerah kemejanya kemudian berdehem pelan. "Susah jadi orang ganteng mah, dimana-mana jadi pusat perhatian." celetuknya sambil menyisir rambutnya dengan jari-jari tangannya.

Tiba-tiba saja ada yang menepuk punggungnya dari belakang. "Len,"

Alendra membalikkan tubuhnya, melihat seseorang yang baru saja menepuk punggungnya. Kallista, iya gadis itu. "Nggak boleh tepuk-tepuk bukan mahrom," ujar Alendra sambil tersenyum masam.

Kallista menatap mata Alendra dalam, gadis itu menyelipkan sebagian rambutnya ke belakang telinga. "Kalo tepuk nggak boleh, lebih dari tepuk aja gimana?" Setelah mengatakan itu Kallista mendekatkan tubuhnya pada Alendra, secara otomatis Alendra melangkah mundur.

Laki-laki itu terlonjak kaget saat tangannya digenggam secara tiba-tiba oleh seseorang, dan sedikit menariknya ke belakang. Alendra menoleh ke samping kemudian tersenyum lebar saat menemukan Aileen dengan wajah datarnya. "Ai makin cantik aja, udah cocok nih dari ibu dari anak-anak gue." celetuk Alendra dengan mata berbinar.

Aileen tidak menghiraukan ucapan Alendra, gadis itu masih saja menatap Kallista tajam. Sedangkan Kallista, gadis itu menatap Aileen sinis. "Kado buat gue mana Kak?" tanya Aileen.

Kallista mengeluarkan sesuatu dari tas selempang yang dibawanya, satu kotak kecil kemudian mengulurkan tangannya pada Aileen. "Happy Birthday Aileen," ucapnya penuh penekanan.

Dengan senang hati Aileen mengambil kado itu kemudian menjabat tangan Kallista, meremasnya kuat. "Kecil banget kadonya kayak ahlak lo Kak, but thanks ya udah dateng." ucapnya sedikit tersenyum.

Setelah melepaskan jabatan tangannya, Aileen dengan segera menarik tangan Alendra menjauh dari sana. Sedangkan Kallista mengibas-ibaskan tangannya karena Aileen tadi menjabat tangannya dengan cukup kuat, gadis itu menatap balik punggung Aileen dan Alendra yang sudah menjauh kemudian tersenyum miring. "Lo boleh menang sekarang Aileen, tapi gua nggak akan biarin itu berlangsung lama."

***

Seorang gadis dengan dress yang melekat indah di tubuh rampingnya, tengah memotong kue ulang tahunnya setelah beberapa acara sambutan dan tiup lilin yang baru saja dilakukan.

AilendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang