"Woi gue ada berita nih guys!"
Suara Aber yang menggelegar di kelas XII Ipa 1 itu mengundang berbagai tatapan. Ada yang menatapnya penasaran, ada juga yang menatapnya sinis karena merasa terganggu.
"Apaan sih lo, Ber. Berisik banget tau nggak?!"
"Tau nih, nggak tau apa gue lagi ngedrakor."
"Nggak jelas deh lo, Ber."
"Berita apaan sih emangnya?"
Berbagai pertanyaan dan juga makian dari teman-temannya itu dibalas dengan cengiran dari Aber. Laki-laki itu berjalan menuju bangkunya yang sudah ada teman-temannya tengah bergerombol dalam satu meja.
"Yaelah, noob banget sih lo Den."
"Gue bilang juga nggak usah main, mending lo main boneka aja dah Den."
Raden yang diledek oleh Cio dan juga Alendra pun menekuk wajahnya, menatap temannya itu kesal. "Yaudah sih njir, rese banget lo pada." gerutunya.
Aber menarik kursi milik temannya kemudian mendudukan dirinya di samping Alendra. "Lo pada tau nggak?"
"Nggak lah ogeb, orang lo belom ngasih tai." celetuk Raden.
"Tau anjir, jorok Dendeng mah pagi-pagi bahas tai." ujar Aber memasang wajah jijik.
"Emang apaan sih?" tanya Cio penasaran.
Aber membenarkan posisi duduknya, laki-laki itu memajukan wajahnya. Dan tanpa sadar Raden, Cio dan Alendra pun ikut memajukan wajah. "Jadi gue ada info nih."
Seolah tersadar Alendra menggeplak punggung Aber. "Kenapa posisinya jadi kayak cewek-cewek mau gosip gitu anjir," ujar Alendra sambil menyenderkan punggunya pada kursi.
"Lo sih Ber, kebiasaan gosip sama emak-emak komplek jadi kebawa sampe sekolah!" seru Raden.
"Udah nggak usah ribut dulu njir, gue udah kepo. To the point bodoh," ucap Cio menatap Aber kesal.
"Cih, lo juga bodoh." ujar Aber menatap Cio sinis.
Alendra menghela napas pasrah, teman-temannya ini memang suka memancing emosi.
"Bodohnya anak ipa tuh pinternya anak ips, udah deh diem." celetuk Raden.
"Den, rasis lo. Nggak gitu dongo," ujar Alendra bersedekap dada.
"Jadi apaan sih beritanya? Ribut mulu lo nggak akan kelar sampe tahun depan kalo mau dilanjutin ributnya." lanjut Alendra.
Aber memasang wajah serius. "Gue tadi ketemu cewek cakep banget woi, dia anak pindahan katanya. Dan dia bakal masuk kelas ini anjir, kan cuma kelas kita yang muridnya kurang satu." ujar Aber dengan wajah senangnya.
Alendra menaikan sebelah alisnya sambil memasang wajah bingung. "Lah? Udah kelas 12 pindah? Nanggung banget,"
"Gapapa Len, yang penting cakep. Buat gue ya?" celetuk Raden antusias.
"Eh sat, sejak gue liat dia udah gue jadiin target incaran gue di sekolah ini. Lagian dia palingan juga sukanya sana gue," ujar Aber menepuk dadanya sombong.
"Muka kayak monyet aja belagu lo. Ngaca lo Ber, cakepan juga gue!" ujar Raden memasang wajah songong.
"Seenak jidat lo ngatain gue monyet! Kalo gue monyet lo apaan njir?! Gorila? Bekantan? Atau-"
"Udalah, lo berdua tuh mirip. Sama-sama monyet mending diem," ujar Alendra santai.
"Setuju gue sama lo, Len. Kalian berdua kan mirip sama-sama monyet jadi mending-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ailendra
Teen Fiction"Lendra, Ibu tanya sekali lagi ya? Cita-cita kamu kalo udah besar nanti apa?" "Nikah sama Aileen, Bu." "Alendra, Ibu serius." "Tapi kata Poya, Ale cuma boleh seriusin Ai, Bu." "..." ~12 Tahun Kemudian~ "Alendra Arkhana Mahatma! Kerjaanmu berantem t...