"Oh, jadi yang kemarin itu disuruh Keisha? Bukan tulus dari diri lo sendiri?"
Keisha meringis pelan, gadis itu melirik Aileen yang berada di sebelahnya. "Kak Lendra lo jangan salah paham gitu dong." ujar Keisha sambil menatap Alendra yang tengah duduk di kursi roda tak jauh darinya.
Yap, yang mengejutkan mereka adalah keberadaan Alendra. Sebenernya tadi laki-laki itu hendak mencari Aileen karena gadis itu terlalu lama di dapur. Tetapi, dia tidak sengaja mendengar permbicaraan antara Aileen dan juga Keisha.
"Lo ke ruang tamu aja Kei, gapapa." ucap Aileen pelan.
Keisha kembali melirik Aileen. "Serius gapapa? Lo mau gelud sama Kak Lendra ya?" bisik Keisha.
"Udah sana," usir Aileen pada Keisha.
Keisha pun hanya mengangguk patuh, kemudian gadis itu berjalan melewati Alendra dengan senyum canggungnya karena merasa tak enak hati.
Saat Alendra hendak membelokkan kursi roda dengan tangannya, namun dengan cepat menahannya. Kemudian gadis itu berjongkok, menatap wajah Alendra tetapi laki-laki itu mengalihkan pandangannya.
"Bisa nggak jangan nyimpulin apa-apa sendiri?" tanya Aileen dingin.
Alendra menatap Aileen dengan senyum kecutnya.
Aileen menghela nafas pelan, Aileen hendak menggenggam tangan Alendra namun dengan sengaja laki-laki itu bersedekap dada.
Aileen mendudukan kepalanya. "Kalo nggak tanya Keisha gue tanya siapa," gumam Aileen pelan.
"Gue aja nggak tau cara bujuk orang." lanjut Aileen pelan.
Aileen mendongak menatap Alendra yang kini juga tengah menatapnya. Aileen menggigit bibir bawahnya sebentar sebelum pada akhirnya gadis itu kembali menunduk. "Gue bilang sayang sama lo, karena gue emang sayang sama lo Ale bukan disuruh Keisha."
Aileen mengepalkan kedua tangannya. "Gue nggak bisa kalo harus bilang tentang apa yang gue rasain secara terang-terangan,"
Melihat Alendra yang hanya diam saja, Aileen pun berdiri. "Yaudah percaya aja sama apa yang lo simpulin sendiri itu,"
Aileen tidak kaget dengan sifat Alendra yang satu ini, laki-laki memang sering kali menyimpulkan sesuatu semaunya sendiri padahal apa yang laki-laki itu lihat belum tentu benar dan sesuai dengan faktanya.
Aileen hendak pergi dari sana, namun tangannya dicekal oleh Alendra membuat gadis itu menolehkan kepalanya ke samping. "Lo marah sama gue kan?" tanya Aileen dengan wajah datar.
"Siapa yang marah," gumam Alendra yang mampu di dengar oleh Aileen.
"Trus?"
Alendra menatap Aileen dengan wajah tanpa dosanya. "Orang gue lagi ngitung berapa kata yang lo keluarin tadi,"
Aileen menggertakkan giginya geram, kemudian gadis itu menyentil telinga Alendra kesal. "Lo ngeselin!"
"Gue juga cinta sama lo kok mwah," ujar Alendra sambil memberikan flying kiss pada Aileen membuat gadis itu menatap Alendra dingin. "Ini pasti karena belom minum obat," ketus Aileen kemudian gadis itu mendorong kursi roda Alendra dengan Alendra yang memasang wajah cemberut.
Aileen mendorong kursi roda itu menuju ruang tamu, menemui teman-teman mereka.
"Lama amat, abis ngapain kalian?" tanya Aber dengan wajah penuh selidik. Laki-laki itu habis makan dua piring dan sekarang tengah memakan cemilan dan ada beberapa snack di pangkuannya. Hebat Aber, teruskan bakatmu.
"Menyelesaikan urusan rumah tangga." jawab Alendra santai, laki-laki menerima beberapa obat dari Aileen dan kemudian meminumnya.
Cio menyalakan tv yang berada di hadapan mereka. "Guys, gimana kalo kita nonton aja? Lo ada film apa Len?" tanya Cio pada Alendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ailendra
Fiksi Remaja"Lendra, Ibu tanya sekali lagi ya? Cita-cita kamu kalo udah besar nanti apa?" "Nikah sama Aileen, Bu." "Alendra, Ibu serius." "Tapi kata Poya, Ale cuma boleh seriusin Ai, Bu." "..." ~12 Tahun Kemudian~ "Alendra Arkhana Mahatma! Kerjaanmu berantem t...