"Kak Ai!"
"Kak Ai main hujan yuk sama Sye!"
Aileen menutup laptopnya kemudian menatap Asyeila yang tengah berdiri di depan pintu dengan pancaran mata yang terlihat sangat antusias.
Aileen menatap ke luar dari balik jendela yang ada di kamarnya, hujan memang sedang turun dengan derasnya tetapi tidak terdengar suara petir.
"Nggak boleh, Sye." ucap Aileen pada akhirnya.
Asyeila mengerucutkan bibirnya sebal, meskipun sudah memasuki smp, Asyeila masih tetap dengan sifat kekanakannya. Gadis itu sangatlah manja namun apapun kemauannya Aileen tetap berusaha menuruti kecuali jika itu membahayakan kesehatan Asyeila.
"Ayolah Kak, Sye nggak pernah hujan-hujanan. Mumpung di rumah nggak ada Dad sama Mom." rayu Asyeila dengan wajah memohon.
Aileen menghela nafas pelan. "Tetep nggak boleh, Sye."
"Sye pengen main, Sye selau dilarang ini itu." lirih Asyeila dengan mata berkaca-kaca.
Aileen menunduk sebentar, kemudian gadis itu beranjak dari duduknya menghampiri Asyeila. "Kakak temenin liatin hujan dari luar, tapi nggak main hujan. Ok?"
Asyeila menggelengkan kepalanya tidak setuju. "Sye maunya main hujan, nggak mau liat doang.." lirihnya.
Sebenarnya Aileen tidak tega melihat adiknya seperti itu, dari kecil Asyeila tidak bisa bebas melakukan apa yang gadis itu mau tetapi mau bagaimana lagi? Itu semua untuk kebaikannya.
"Kak Ai, boleh ya?" tanya Asyeila dengan wajah memelas.
"Nggak," jawab Aileen singkat.
"Kak Ai nggak sayang sama Sye?"
Aileen menatap Asyeila lembut. "Sye, bukan gitu.."
Mata Asyeila kembali berkaca-kaca membuat Aileen dalam keadaan serba salah. "Kak Ai masakin makanan kesukaan Sye aja ya? Kamu kalo hujan kan suka laper. Yuk masak aja,"
"Sye mau main hujan!"
"Sye.."
"Kak Ai nggak sayang sama Sye!"
Aileen mengigit bibir bawahnya, gadis itu sedang berpikir tindakan apa yang harus dilakukan olehnya. Jika ada Dad dan juga Mom semuanya pasti lebih mudah.
"Oke, kamu boleh main hujan. Tapi cuma boleh basahin tangan aja,"
Dengan terpaksa Asyeila mengangguk, kemudian dengan semangat Asyeila menggandeng tangan Aileen keluar dari rumah.
Saat ini, mereka berdua tengah berada di teras. Dengan riang Asyeila mengulurkan tangannya pada air hujan yang bertetesan dari langit. Sedangkan Aileen, gadis itu hanya memantau Asyeila.
Namun tanpa di duga, tiba-tiba saja Asyeila berlari sembari merentangkan tangannya menerobos hujan. Sontak, Aileen mengejar Asyeila ikut membahasi badannya dengan air hujan. Matanya menatap Asyeila khawatir, cemas dan takut.
"Sye! Jangan lari kayak gitu!" teriak Aileen masih berusaha mengejar Asyeila yang berlarian di pekarangan rumah mereka.
"Ayo Kak Ai kejar Sye!" teriak Asyeila dengan senyum lebar yang menghiasi bibirnya.
Dan tidak lama kemudian Asyeila terjatuh sambil memegangi dadanya. Dengan segera Aileen menghampirinya, jelas sekali bahwa Aileen sangat khawatir. "Sye! Kamu kenapa?" Aileen membantu Asyeila untuk duduk.
"S-sye sesek, K-ak." ucap Asyeila terbata-bata. Gadis itu memegang dadanya dengan nafas yang tidak teratur ditambah air hujan mengguyur tubuhnya.
"Sye-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ailendra
Teen Fiction"Lendra, Ibu tanya sekali lagi ya? Cita-cita kamu kalo udah besar nanti apa?" "Nikah sama Aileen, Bu." "Alendra, Ibu serius." "Tapi kata Poya, Ale cuma boleh seriusin Ai, Bu." "..." ~12 Tahun Kemudian~ "Alendra Arkhana Mahatma! Kerjaanmu berantem t...