A16 : Marah

13.7K 1.8K 407
                                    

Alendra berhenti tepat di depan rumah Aileen, laki-laki itu melepas helmnya sedangkan Aileen, gadis itu sudah turun dari motor.

"Ke rumah gue aja yuk, tadi pas lewat rumah gue kayaknya Onty ada di rumah gue deh," ujar Alendra sambil menatap Aileen.

Aileen menggelengkan kepalanya. "Nggak," jawabnya singkat.

Alendra mendegus kesal, baru saja dia melewati uwu-uwu moment eh sekarang Aileen sudah kembali ke sifat aslinya. "Yaudah deh, gue kan orangnya nggak suka maksa udah gitu kalem lagi. Jadi..." ucap Alendra menggantung.

"Apa?" tanya Aileen sambil menatap Alendra datar.

"Jadi, lo mau nggak jadi pacar gue?" tanya Alendra sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Nggak jelas." ketus Aileen.

"Maka dari itu, Ai. Kita harus memperjelas hubungan ini." celetuk Alendra sambil menyengir kuda.

"Tentunya ke jenjang yang lebih serius, lo mau tunangan dulu atau mau langsung kawin? Eh nikah dulu kali ya masa kawin duluan," lanjut Alendra setelahnya laki-laki itu tertawa lepas.

Aileen menatap Alendra dingin. "Ale, serius gue-"

Alendra menghentikan tawanya, laki-laki itu memasang wajah seriusnya. "Jadi lo mau? Beneran mau? Serius nih? Lo nggak-"

"Serius gue pengen jambak lo sekarang juga." ketus Aileen, sedetik kemudian Aileen sudah mendaratkan tangannya di rambut Alendra dan menariknya kuat. Sudah cukup, Alendra begitu menyebalkan!

"Aiii, lepas sakit woi! Jangan bikin gue teriak, ini bibir gue sakit Aiii!" rengek Alendra sambil menggenggam pergelangan tangan Aileen, berusaha untuk tidak menepis tangan gadis itu. Bisa-bisa Aileen kesakitan jika tangannya ditepis oleh Alendra.

"Stop bahas nikah," ketus Aileen sambil melepaskan jambakannya.

Alendra membenarkan tataan rambutnya yang berantakan karena tingkah Aileen. "Emang lo nggak mau gitu nikah sama cogan kayak gue?" tanya Alendra dengan wajah tengilnya.

"Males," ketus Aileen.

"Ai, boleh nggak tuh mulutnya dikasih gula atau madu gitu biar manisan dikit aja kalo ngomong." ujar Alendra sambil menatap Aileen gemas.

"Pulang sana lo!" usir Aileen terang-terangan.

Alendra menatap Aileen dengan tatapan terluka. "Tega lo Ai, daripada lo suruh gue pulang. Mending juga suruh gue ke kamar lo aja, gue pasti ma- aduh!" Belum sempat menyelesaikan ucapannya telinga Alendra sudah disentil duluan oleh Aileen.

"Aunty Revi bilang, kalo Ale ngeselin suruh sentil telinganya." ucap Aileen polos.

Ya Tuhan, Alendra gemas sekali sampai-sampai laki-laki itu bingung harus menyalurkan perasaan gemas pada Aileen itu bagaimana.

"Pulang sana," usir Aileen lagi.

Alendra mendegus kesal, sepertinya Aileen suka sekali mengusirnya. "Sama-sama mbak," sindir Alendra.

"Oh," ujar Aileen kemudian gadis itu memasuki rumahnya, masih dengan memakai jaket milik Alendra.

Alendra menatap Aileen tidak percaya, bahkan gadis itu tidak menawarkan diri untuk mengobati lukanya? Astaga Alendra, sabarkan dirimu sendiri.

Alendra menepuk dahinya. "Buku dia kan di tas gue, lupa kan?"

Tadi saat pulang mereka berdua memang mampir dulu ke cafe, dan Aileen mengerjakan tugasnya di sana dibantu oleh Alendra tetapi karena tas Aileen sudah terlalu penuh jadi buku tugasnya ditampung di tas Alendra.

AilendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang