8 bulan kemudian
"Ale! Kamu ngapain di situ? Sini masuk!"
Suara itu membuat Alendra yang tadinya sedang mengintip di sela-sela jendela luar masuk ke dalam rumah Aileen.
"Kamu ngapain ngintip-ngintip? Biasanya juga langsung masuk?" tanya Mefla sambil menatap Alendra heran.
Alendra memgerucutkan bibirnya dengan bahu yang merosot. "Kata Uncle nggak boleh sering-sering main, nanti bikin Uncle darah tinggi."
"Meskipun Uncle ngeselin tapi Ale kan nggak mau Uncle sakit." lanjut Alendra.
Mefla hampir saja menyemburkan tawanya tetapi wanita itu berhasil menahannya, tidak enak mau menertawakan kepolosan anak laki-laki di depannya ini. "Jadi ini yang bikin kamu jarang main ke rumah sekarang?" tanya Mefla.
Alendra mengangguk lemah.
"Katanya Ale mau jagain adek bayi, masa jarang ke rumah Onty. Gimana jagainnya?" tanya Mefla sambil mengusap pelan puncak rambut Alendra. Jika Mefla lihat lebih teliti, anak laki-laki di depannya ini tumbuh dengan fisik yang sempurna. Ah, imut sekali Mefla jadi gemas.
"Ale doain adeknya kok biar sehat-sehat di perut Onty," jawab Alendra sambil menatap Mefla polos.
"Perut Onty udah besar banget, Ale mau pegang boleh nggak?" tanya Alendra meminta ijin.
Mefla tersenyum lembut. "Boleh dong,"
Dengan perlahan Alendra menggerakan tangannya, mengelus perut Mefla yang sudah besar itu dengan senyum lebar yang terbit di bibirnya.
Tiba-tiba saja Mefla merasakan perutnya dan pinggulnya kram secara bersamaan membuat wanita itu meringis kesakitan. Hampir saja Mefla terjatuh karena tidak kuat menahan berat tubuhnya sendiri, namun wanita itu segera berpegangan pada tembok.
"A-ale tolong telfonin Uncle, Ale perut Onty sakit banget." lirih Mefla sambil mengatur nafasnya.
Alendra yang tadinya sedang mengelus perut Mefla pun seketika merasa panik. "Ale nggak bawa hp Onty, hp Onty dimana?" tanya Alendra cemas.
"Onty kenapa? Onty sakit?" tanya Alendra sambil memperhatiakn wajah Mefla yang tampak kesakitan sambil memegang perutnya.
"Onty? Adek bayinya kenapa?" tanya Alendra sambil ikut memegang tangan Mefla yang sedang memegang perutnya sendiri.
Tiba-tiba saja badan Alendra terdorong ke belakang, karena tidak siap dengan serangan mendadak itu Alendra terjatuh di lantai.
"Ale ngapain Mommy?!"
Teriakan itu membuat Alendra mendongak, menatap Aileen yang kini memasang wajah marah.
"Ai, Ale nggak ngapa-ngapain Mom. Sekarang kamu telfon Dad ya? Perut Mom kram, kayaknya adek bayinya mau keluar." pinta Mefla pelan.
Alendra bangkit dari lantai, anak itu menatap Aileen datar. Kemudian Alendra menggenggam erat tangan Mefla. "Onty, Onty yang kuat ya? Ale mau ke rumah dulu manggil Poya sama Moya biar Onty ke rumah sakit dianter Poya aja. Kalo nunggu Uncle kelamaan," setelah mengatakan itu, Alendra berlari menuju rumahnya yang tidak jauh dari rumah Aileen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ailendra
Teen Fiction"Lendra, Ibu tanya sekali lagi ya? Cita-cita kamu kalo udah besar nanti apa?" "Nikah sama Aileen, Bu." "Alendra, Ibu serius." "Tapi kata Poya, Ale cuma boleh seriusin Ai, Bu." "..." ~12 Tahun Kemudian~ "Alendra Arkhana Mahatma! Kerjaanmu berantem t...