Matahari tengah digantikan oleh bulan, kini langit yang tadinya cerah sudah berubah menjadi gelap. Yap, hari sudah malam.
Di kediaman keluarga Billy Arnando tengah ramai karena kegaduhan yang dibuat oleh keluarga Aron.
"Poya, kan tadi Moya udah bilang diem aja di sofa! Kenapa ngeributin aja sih?" kesal Revi sambil menunjuk Aron dengan pisau di tangannya.
Aron mengangkat tangan ke atas waspada. "Moya, please jangan bunuh Poya sekarang. Aleee, tolongin Poya!" seru Aron meminta pertolongan.
Mefla yang sejak tadi tengah menggoreng ikan pun memutar bola matanya malas. "Lo sumpah ya, Ron. Diem atau gua goreng sekalian sama kepala lo."
Aron menatap Mefla takut. "Ternyata lo lebih serem dari bini gue, Mef. Bisa-bisanya Billy tahan sama lo." celetuk Aron tanpa rasa bersalah.
Namun punggung laki-laki itu disikut oleh seseorang. "Ngomong apa lo barusan?" tanya Billy menatap Aron dingin.
Aron meringis pelan, kemudian laki-laki berlindung di balik tubuh istrinya. "Sayang, lindungi aku dari serangan zombi." ujar Aron sambil menyembunyikan kepalanya, sesekali laki-laki menjulurkan lidahnya pada Billy seolah mengejek. Tingkahnya itu masih seperti anak kecil.
Billy mendegus. "Nggak yakin lo udah jadi Ayah liat tingkah lo gini," ketus Billy.
"Wah, jangan sembarangan lo. Bentar lagi kita besan, nggak boleh gitu ah." ucap Aron pada Billy sambil cengengesan.
"Udah-udah, keburu tamunya dateng. Mending kalian diem aja deh di ruang tamu." ujar Mefla melerai.
"Mom, kok Kak Ai belom turun-turun. Bentar lagi temen-temen Mom sama Aunty mau dateng kan?" tanya Asyeila yang baru saja masuk ke dapur.
"Loh? Belom turun? Tadi udah kamu panggil kan, Bil?" tanya Mefla pada Billy.
Billy menggelengkan kepalanya. "Tadi pas masuk kamarnya dia lagi tiduran, kayaknya capek banget jadi aku nggak tega mau bangunin." ujar Billy.
Tiba-tiba saja seseorang datang kemudian membungkuk kan badannya di depan mereka. "Assalamu'alaikum warrahmatullahhi wabarakatuh, selamat malam semua. Dengan Alendra Arkhana Mahatma disini, ada yang bisa saya banting?"
"Eh salah mohon maaf, maksudnya ada yang bisa saya bantu?" lanjut Alendra sambil menyengir lebar. Laki-laki itu sudah rapih dengan menggunakan kaos hitam polos yang dilapisi kemeja dan celana panjang.
"Wa'alaikumsalam."
"Kamu kenapa kayak pelayan gitu, Le?" tanya Aron sambil memandang anaknya heran.
"Biasa Poya, Ale mah ketularan." jawab Alendra.
"Ketularan apaan?"
"Penyakit jiwanya Poya lah." celetuk Alendra dengan wajah polos.
"Emang ada acara apa sih Onty? Biasanya kan kalo makan di sini Ale cuma pake kaos sama kolor. Kok disuruh rapih?" tanya Alendra penasaran.
Asyeila tertawa mendengar ucapan Alendra. "Kak Ale makanya biasain rapih, nggak pernah malam mingguan sama pacar sih." ujar Asyeila jujur.
Alendra mengapit leher Asyeila yang memang lebih pendek darinya. "Oh jadi sekarang Sye udah pinter ngeledek?"
"Ale, lepasin tangan kamu." ketus Billy.
Alendra meringis pelan kemudian melepaskannya. "Ampun Uncle,"
"Ini loh Ale, teman-temen Moya jaman SMA mau kumpul di sini. Kebetulan mereka baru sempet malem ini." jelas Revi. Wanita itu terlihat sangat antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ailendra
Teen Fiction"Lendra, Ibu tanya sekali lagi ya? Cita-cita kamu kalo udah besar nanti apa?" "Nikah sama Aileen, Bu." "Alendra, Ibu serius." "Tapi kata Poya, Ale cuma boleh seriusin Ai, Bu." "..." ~12 Tahun Kemudian~ "Alendra Arkhana Mahatma! Kerjaanmu berantem t...