A15 : Berantem

13.4K 1.8K 338
                                    

Di sebuah kelas terlihat sepi seperti tidak berpenghuni, keadaan di dalam kelas XII Ipa 1 benar-benar hening. Penyebabnya? Mereka tengah melaksanakan ulangan mata pelajaran Fisika. Mereka semua mengerjakan tanpa tengok kanan kiri karena guru yang mengawasi berjalan mondar- mandir mengamati satu persatu siswa. Untuk setiap siswa yang menyontek, kertas ulangannya akan disobek dan pada akhirnya mereka tidak akan mendapatkan nilai. Memang kejam sekali.

Saat ini, Alendra tengah meneliti kembali jawabannya. Laki-laki itu sudah selesai mengerjakannya sejak beberapa menit yang lalu.

Alendra beranjak dari duduknya sambil membawa kertas jawabannya itu.

"Alendra kamu sudah selesai?" tanya guru itu sambil menatap Alendra dari belakang.

Kini semua murid di kelas itu menatap Alendra, kebanyakan menatap Alendra seperti meminta pertolongan.

Alendra menatap Aber, Cio dan juga Raden yang duduk di bangku paling belakang. Mereka mengatakan sesuatu tanpa bersuara.

"Apa Ber? Nyontek? Duh, gimana ya Ber?" tanya Alendra sambil cengengesan.

"Nggak boleh nyontek kan pak?" tanya Alendra pada guru fisikanya dengan wajah dibuat polos.

Sedangkan Aber, laki-laki itu dengan senang hati mengumpati Alendra di dalam hati. Sedangkan Cio dan juga Raden bernapas lega karena kali ini bukan mereka yang menjadi bahan kejailan Alendra.

"Aber?" panggil guru fisika itu sambil menatap Aber tajam.

Aber terlihat gelalapan. "A-anu Pak, nggak kok Pak saya ngerjain sendiri."

"Cio sama Raden itu tadi katanya mau liat jawaban saya, Pak." timpal Alendra dengan wajah tanpa dosa.

'Lendra setan!' umpat mereka dalam hati.

"Alendra, kamu bisa keluar sekarang. Jawabannya diletakan di meja saja."

Alendra mengangguk patuh sambil menahan tawanya, laki-laki itu meletakan kertas jawaban itu di meja guru. Sebelum keluar, Alendra menyempatkan diri untuk mengejek teman-temannya lewat tatapannya.

Alendra berjalan menuju kantin lewat koridor kelas XI, sebenarnya lebih dekat lewat koridor kelas XII tetapi yah tentu saja Alendra akan menyempatkan diri mengintip Aileen dari jendela kelas gadis itu.

Saat melewati kelas XI Ipa 3, Alendra memelankan langkahnya. Laki-laki itu mengintip dibalik jendela. Matanya menatap ke arah Aileen yang duduk di bangku paling depan, gadis itu terlihat fokus mendengarkan penjelasan gurunya.

Tidak lama kemudian bel istirahat berbunyi, siswa siswi SMA Gema Nusa mulai berkeluaran dari kelas menuju kantin. Alendra bersender pada tembok, menunggu Aileen keluar dari kelas.

"Serius deh, gue yakin dia suka sama lo."

"Ng-"

"Aileen,"

Suara dari itu membuat Aileen dan Keisha menoleh ke belakang. Alendra hanya diam sambil menatap mereka yang belum menyadari kehadirannya.

Keisha menyikut lengan Aileen. "Kok lo diem aja, lo dipanggil Ravin tuh." bisik Keisha pada Aileen.

"Apa?" tanya Aileen sambil menatap Ravin datar.

"Kalian mau ke kantin kan? Gue ikut boleh?" tanya Ravin sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Boleh lah kenapa enggak," ujar Keisha.

"Ai, boleh kan?" tanya Keisha berbisik.

Aileen hanya mengangguk pertanda bahwa gadis itu menyetujui. Kemudian mereka bertiga berjalan berdampingan, namun Keisha dan Aileen kompak berhenti berjalan saat melihat Alendra yang kini sudah berdiri di depan mereka.

AilendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang