"Jadi beneran ya Len kalo dua minggu lagi tanding basket?"
Pertanyaan itu keluar dari mulut Raden, sedangkan Alendra yang ditanya hanya mengangguk sambil bermain game di ponselnya.
"Kok Pak Bisma nggak ngajak rapat sih? Atau belom?" celetuk Cio.
"Ngajak ribut aja sekali-kali, kalo Pak Bisma ngajak rapat mah udah biasa." ujar Aber sambil memakan cemilan milik Alendra. Laki-laki itu sudah menghabiskan berbagai macam makanan di kediaman Alendra, bahkan bungkus-bungkus cemilan itu berserakan di kamar.
Yap, saat ini mereka berempat tengah berkumpul di kamar Alendra. Setelah pulang sekolah, mereka memutuskan berkumpul di rumah Alendra karena sudah lama tidak main katanya.
"Jangan ngade-ngade lo Ber, kualat sama orangtua anjir." ujar Raden sambil menggeleng-gelengkan kepalanya menatap Aber dengan wajah kalem.
"Rapatnya besok, hari ini Pak Bisma belum ada waktu. Jadi dia cuma ngasih tau gue doang." jawab Alendra masih fokus dengan game di ponselnya.
"Iye dah kapten," ujar Aber.
"Btw Len, lo masih ada stock cemilan nggak?" lanjut Aber memasang wajah tanpa dosa.
Cio melempar bantal tepat pada wajah Aber membuat laki-laki itu yang tidak siap pun terkena lemparan bantal. Aber menatap Cio kesal. "Kenapa sih lo? Naksir sama gue? Mau lari-larian sekalian biar kayak film India?" cerocos Aber.
Alendra mematikan ponselnya kemudian menatap Aber tidak habis pikir. "Ber, itu perut atau apaan sih? Perasaan dari tadi kerjaan lo makan doang. Masih nggak kenyang?"
"Tau tuh, pasti makannya nggak doa dulu makanya tuh nggak kenyang-kenyang. Dibantu setan tuh dia makannya!" seru Raden.
"Elo setannya!" ujar Aber sambil menunjuk Raden.
"Kok gue?"
"Lo kan juga tadi makan cemilannya!" seru Aber tidak terima.
Raden meringis pelan. "Iya sih," gumamnya pelan.
"Tapi tetep aja! Lo yang makan paling banyak, Ber!" lanjut Raden.
"Ah, orang gua cuma makan dikit." elak Aber sambil menyembunyikan bungkusan cemilan yang sudah kosong.
"Udahan, berisik banget sih lo berdua. Bikin kuping gue panas aja," ujar Cio melerai.
Alendra menatap teman-temannya heran. Kerjaannya ribut mulu.
"Lo kalo masih laper ke dapur aja deh Ber," ujar Alendra pada akhirnya.
"ASIK!" ucap Aber tidak tahu malu, dengan cekatan laki-laki itu bangkit dari duduknya dan keluar dari kamar Alendra menuju dapur. Sedangkan Alendra, Raden dan Cio hanya menatap Aber maklum. Iya maklum, Aber memang tidak memiliki gengsi sedikitpun justru terkesan malu-maluin.
"Berarti pertandingan kali ini pertandingan terakhir kita ya?" tanya Cio tiba-tiba.
"Heem, kita udah kelas duabelas. Setelah ini pasti harus fokus ke materi sih anjing haha.." celetuk Raden.
"Dan gue harap, pertandingan basket terakhir ini gue bisa bawa tim kita buat menang lagi." ucap Alendra sambil tersenyum.
Cio menepuk bahu Alendra. "Tenang Bos, setiap pertandingan kita selalu menang tentunya berkat lo juga. Untuk terakhir ini, pasti bisa kok."
Raden mengangguk setuju.
Tiba-tiba saja pintu terbuka memperlihatkan Aber dengan snack dan minuman yang ada di tangannya.
"Len!" panggil Aber masih di depan pintu.
"Apaan?"
"Ih, gue liat tadi sempak lo di jemur. Masa udah gede sempak lo masih ada gambar spidermennya?" tanya Aber dengan wajah yang dibuat polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ailendra
Teen Fiction"Lendra, Ibu tanya sekali lagi ya? Cita-cita kamu kalo udah besar nanti apa?" "Nikah sama Aileen, Bu." "Alendra, Ibu serius." "Tapi kata Poya, Ale cuma boleh seriusin Ai, Bu." "..." ~12 Tahun Kemudian~ "Alendra Arkhana Mahatma! Kerjaanmu berantem t...