MerekaㅡRenjun, Jeno, Haechan, Jaemin, Jihoon, dan Jinyoung tengah sibuk duduk di meja kantin Bu Wendy. Temannya Jihoonㅡsi Yohan dan Woojin lebih memilih kembali ke kelas daripada menyelidiki sesuatu yang tak berguna bagi mereka. Jeno sendiri tadi baru saja selesai menanyakan siapa saja yang membeli pagi ini ke Bu Wendy.
Dan memang agak mengecewakan jawabannya, karena wanita bertubuh mungil itu hanya menjawab "nggak tau euy, lagian kumaha sih sampe ada yang jawil-jawil kitu? Jail pisan."
Jadilah kini mereka berkumpul di satu meja. Oh iya, seharusnya jam segini mereka sudah masuk ke kelas masing-masing. Namun karena beberapa menit yang lalu disebarkannya informasi bahwa ada rapat guru jadi banyak juga yang memilih ke kantin.
"Gue yakin sih bukan setan yang jawil lo Hoon," celetuk Haechan sesaat Renjun menjelaskan kronologi mengapa tubuhnya jadi sakit-sakit semua karena dikeroyok Jihoon dan kawan-kawan.
"Terus sape? Elo?" kesal Jihoon.
"Nih bocah pms apa ya daritadi marah-marah mulu," ujar Renjun yang melirik Jihoon malas.
"Lo kenapa mikir bukan setan Chan?" tanya Jeno setelah mereka berkenalan dan mengetahui bahwa nama lelaki berkulit tan itu bernama Sinchanㅡeh Haechan maksudnya, maklum Jeno agak rindu dengan kartun yang satu itu.
"Ya secara setan penunggunya juga nolak mentah-mentah pas denger cerita si Jihoon," jelas Haechan yang malah membuat mereka mengernyit tak mengerti.
"Lo tau dari mana?" tanya Jinyoung menatap Haechan serius.
"Dari tikus tadi ciit... ciit...," jawab malas Haechan.
Lagipula dari mana lagi sih Haechan tahu kalau bukan langsung dari setannya.
"Serius dongo!" kesal Renjun melihat tingkah Haechan yang suka tidak pernah ada benarnya.
"Ya elo pada emang kagak mikir gue dapet dari mana? Ya dapet dari setannya lah. Suka ngaco kalo nanya. Naon sih?" kesal Haechan.
"Hah?! Kok bisa?" tanya kini Jaemin membuka suara.
Tatapannya menyipit menatap Haechanㅡseakan-akan tatapannya berbicara 'gak usah halu' kepada Haechan saat ini.
"Lo indigo Chan?" tanya Jeno yang kini mencondongkan tubuhnya.
Haechan dengan santai mengangguk.
Renjun menatap temannya itu dengan hororㅡoh ralat, tak hanya Renjun yang menatapnya horor, Jeno, Jaemin, Jinyoung, Jihoon pun menatap dengan ekspresi yang sama.
"Kagak usah kaget gitu napa si, biasa aja. Kayak abis ngeliat setan aja," ujar Haechan yang kini bangkit dari duduknya.
Haechan haus sedaritadi mendengar mereka berbicara. Ia melangkah mendekati jualan Bu Wendy. Haechan juga sempat melihat gadis berbaju seragam lusuh kini tengah mengikuti Bu Wendy yang sedang sibuk menyiapkan makanan dan minuman yang murid lain pesan.
"Bu Wendy, Haechan pesen nutriasri satu ya di cup," ujar Haechan yang masih berdiri menunggu Bu Wendy mengiyakan.
"Naon Chan?" tanya Bu Wendy yang menunda kegiatan menggoreng pisangnya.
"Haechan pesan nutriasri rasa jeruk peres satu," ulang Haechan.
"Oh iyah, ditunggu ya Chan," jawab Bu Wendy.
Haechan masih diam melihat perempuan berseragam lusuh itu. Sampai akhirnya tangannya bergerak menyuruh perempuan itu mengikutinya. Terlihat terkejut ketika Haechan bisa melihatnya.
Haechan lalu berbalik kembali ke tempat duduknya. Perempuan berseragam lusuh itu tentu saja mengikuti Haechan dan mendudukkan tubuh tak terlihatnya di kursi yang terpisah.
"Sok Jihoon tanya ke penunggunya, biar gue bantu terjemahin jawaban dianya," penjelasan Haechan cukup membuat suasana dan aura di sekitar mereka seketika berubah.
Padahal tadi terasa biasa saja sebelum Haechan mengatakan hal itu.
"Lo serius Chan? Kagak canda 'kan?" tanya Jinyoung yang sama pucatnya dengan yang lain.
"Mentang-mentang gue sering becanda, udah buru. Gue mau nongkrong sama si Lucas ini, buru Ji... hoon? Jihoon 'kan nama lo?" tanya Haechan.
Jihoon terlihat meneguk salivanya susah payah. Mau tidak mau Jihoon mengangguk dan mengiyakan.
"Jadi ulang lagi kronologinya," ujar Haechan.
Seketika suasana yang sebenarnya ramai kini nampak suram di antara mereka.
"Dia di mana sekarang? Gue nanya langsung nih?" tanya Jihoon yang seketika berubah mode menjadi penakut.
"Mau? Dahal niatnya mau rahasiain aja dia duduk di mana," ujar Haechan.
Sekali lagiㅡHaechan sedang dalam mode serius. Mengingat ia juga tak mau mengeluarkan banyak waktu hanya untuk menyelediki hal sepele seperti ini. Lucasㅡteman bolosnya sudah menunggu di taman sekolah.
"Yaㅡya udah gak usah. Jadi gue abis beli cireng isi di Bu Wendyㅡtiba-tiba ada yang nyolek bokong gue. Dan gue nengok dong ke belakang, gue liat ada Renjun baru dateng," jelas Jihoon sesingkat mungkin, lebih ke menyesal telah menerima tawaran Renjun yang ingin tahu siapa pelakunya.
Haechan mengangguk mengerti. Lelaki itu lalu menoleh ke kursi yang berdekatan dengannya dan Jaemin. Diaㅡsi gadis dengan seragam lusuhnya tampak terdiam untuk mengartikan maksud dari Jihoon menjelaskan.
Dia lalu menoleh kepada Haechan yang sedang menatapnyaㅡsedang menatap udara jika kalian berada di posisi Jaemin, Renjun, Jeno, Jinyoung, dan Jihoon.
"Kamu bantuin aku bilangin ke Mamah ya buat jangan mikirin aku terus." Ujar gadis itu tampak putus asa.
Haechan tersenyum kecut, tak tega melihat bagaimana gadis tak kasat mata itu mengungkapkan alasannya ia belum bisa ke atas sana.
Haechan mengangguk mengiyakan.
"Karena aku emang sering merhatiin murid-murid yang dateng jadi kamu mikir aku tau?"
Haechan kembali mengangguk.
"Pinter, oke aku jelasin. Diaㅡyang duduk di sebelah kamu gak salah apa-apa, aku liat sih dia cuman murid yang baru dateng buat mesen makanan juga. Dan diaㅡyang sebelah si cowok ini...,"
Gadis tak kasat mata itu menunjuk Jihoon yang memang bersebelahan dengan Jaemin. Dia terdiam sebentar melihat Jihoon yang kini seperti melihatnya. Mungkin akibat Haechan yang secara tak langsung memberitahukan bahwa duduknya saat ini.
"Kalo kamu sadar, dia... dia... mm... aku takut mau bilangnya, tapi... aku juga bakal ke atas karena bantuan kamu jadi. Aku kasih tau kalo... dia... diikutin anak kecil belanda penunggu... kelas sebelas ipa 5, kayaknya dia nyakitin hati anak kecil itu makanya diikutin, dan aku rasa... dia bukan lagi arwah baik dan gentayangan kayak aku, dia... roh jahat."
Haechan meneguk salivanya susah payah, lalu menoleh ke arah di mana Jihoon duduk sekarang. Haechan bisa melihat bagaimana anak belanda dengan wajah manisnya tengah menatapnya dalam seakan ingin melahap dengan mudah.
"Kamㅡmu tau cara buat ngelepasin dia?" tanya Haechan lagi.
Gadis itu menggeleng, "cara satu-satunya buat bisa ngelepasin adalah kamu harus komunikasi sama rohnya secara langsung, walaupun untuk bisa lepasnya... itu kemungkinan yang mustahil."
Haechan kini menatap Jihoon dengan tatapan iba.
"Kenaㅡpa lo ngeliatin gitu banget? Jangan bikin gue takut ya!" kesal Jihoon dengan rasa takut juga melihat bagaimana tatapan Haechan kini terlihat berbeda.
"Jadi, kenapa Chan?" tanya Renjun mencoba untuk terbiasa dengan kemampuan Haechan yang baru ia ketahui.
Haechan menatap Renjun sebentar lalu menggeleng, dan menatap Jihoon kembali.
"Lo punya masalah besar Hoon."
"Pelakunya bukan lagi manusia atau arwah gentayangan yang kita bayanginㅡroh jahat, lo, atau mungkin kita berhadapan sama roh jahat sekarang."
"Aduuh... ini teh lagi pada ngomongin apa? Kok mani serius gitu, nih Chan pesenan nutriasri rasa jeruk peresnya udah jadi."
#
#
#
H2J2
KAMU SEDANG MEMBACA
detective H2J2⏸NCT DREAM 00 [] ✔
Fanfiction✎tidak mewajibkan kalian untuk vote, tapi kalo kalian mauㅡterima kasih✎ ➳➳➳ ❞Terus sampel darah ini apa?❞ tanya Renjun sembari memperlihatkan sebuah robekan seragam yang terdapat secercah darah. ❞Darah haid kali.❞ Celetuk Jaemin asal. Pukk!! ❞Sakit...