"Jadi, sementara gue belajar dari Yangyang kita cuman bisa mantau dari kamera yang gue pasang kemaren-kemaren. Gue baru inget anju kalo nempelin kamera di ruang kepsek," jelas Jeno.
Sekarang, ke empat lelaki itu tampak tengah berdiskusi di markas mereka seperti biasaㅡkedai Bu Wendy, Bu Wendy sendiri saja sampai hafal jam berapa mereka kemari dan akan memesan setelah sepuluh menit berdiskusi.
"Oh iyaya, lo 'kan masang kamera. Nah kebetulan, waktu itu kita gak bisa denger suara mereka yang lagi ngomong kemaren, kenapa gak denger lewat kamera lo itu aja? Kali aja ada suaranya," ujar Renjun tiba-tiba terlintas ide di kepalanya.
Jaemin mengangguk setuju, sedangkan Haechan di sebelahnya tengah asik mengunyah nasi goreng yang ia pesan tadi. Lelaki itu tadi habis pelajaran olahraga, sekarang saja baju yang ia kenakan berbeda dengan ketiga temannya yang lainㅡkaos olahraga sekolah mereka dengan bagian belakang yang agak lembab karena keringat namun malah menimbulkan wangi parfum yang sebelumnya tak begitu tercium.
"Oke deh, gue cari dulu rekaman kemaren," ujar Jeno yang membuka ponselnya dan mencari sebuah situs yang ia gunakan untuk mengakses kamera.
Sebenarnya kemarin itu, Yangyang menyarankan untuk mengunduh aplikasi yang mengambungkan akses ke rekaman kamera. Namun Jeno sendiri entah terlalu malas untuk mengunduhnya.
"Nih ketemu," ujar Jeno.
Lelaki pemilik mata bulan sabit itu meletakkan ponselnya di atas meja yang menjadi penengah keempatnya.
"Bagus kalo begitu, untuk sementara waktu biar beritanya beredar aja dulu, dia juga gak usah perlu repot-repot buat nyembunyiin masalah ini," ujar Yesung di rekaman tersebut.
Taeyang mengernyit tak suka, "kamu enak dijadikan korban. Saya kan yang dianggep jelek."
Tangan Haechan tiba-tiba saja mem-pouse rekaman yang masih terputar, dengan wajah tak pedulinya Haechan menatap ke tiga temannya yang menatap ia kesal.
"Apaan sih Chan?" tanya Renjun mengernyit tak suka.
"Lo kagak liat mereka ngomongnya aneh gitu? Kalo gue jadi mereka ya blak-blakan aja ngomongnya," ujar Haechan memberi pendapat lalu kembali menyuapkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya.
Jaemin menaikkan satu alis, "maksudnya?"
Jeno dan Renjun terdiam menunggu jawaban Haechan, karena mereka sama-sama tak mengerti.
"Gue punya temen arwah baru di sebelah sekarangㅡagak pinter, katanya dia bilang 'cara mereka bicara aneh' gitu, tapi gue liat sih emang kalo diperhatiin secara detail aneh." Jelas Haechan setelah menelan nasi goreng yang tadi ia telat.
"Aneh gimana maksud lo?" kini Jeno ikut mengeluarkan kebingungannya.
Haechan mendengus kesal, "lo gak liat cara dia ngomong? Pakenya 'dia' bukan nama yang mereka omongin, terus satu lagi katanya 'masalah ini' masalah apa coba? Berartikan sengaja biar kita gak tau masalah apa yang mereka omongin."
"Ya mungkin kebetulan aja pengen ngomongnya begitu," ujar Jaemin karena perkataan Haechan agak kurang meyakinkan baginya.
"Ck, dengerin. Kita kemaren pas muter kemaren suara mereka kecil dahal suara akses CCTV udah paling full dan sekalinya kita tau apa yang mereka bicarain, omongannya malah seakan-akan nyembunyiin sesuatu, apa kalian gak curiga?" jelas Hachan.
Renjun menopang dagu dengan dahi mengernyit. Jika didengar memang agak masuk akal apa yang Haechan katakan. Tapi ia juga tak boleh begitu saja langsung mengatakan bahwa ucapan Haechan adalah kesimpulannya.
"Ya udah kita lanjut," ujar Jaemin.
Mereka kembali fokus menonton setelah Jaemin memencet layar ponsel Jeno untuk memulai kembali video yang sebelumnya tertunda oleh Haechan.
Dan mereka mulai mengiyakan ucapan Haechan. Semua pembicaraan dua pria di layar itu terlihat sangat ganjil. Seperti sudah mengetahui ada yang sedang menonton perbincangan mereka.
Gantian kini Jeno yang menunda video, tapi tentu tak ada lagi yang protes.
"Gue rasa omongan Haechan ada benernya, agak aneh juga obrolan mereka yang kesannya kayak emang sengaja ngomong tanpa nyebut orang yang lagi mereka omongin. Gue awalnya emang kayak wajar, tapi otak gue tiba-tiba kayak ada pikiran lewat gitu. Gue kalo suka sama orang terus cerita ke orang pasti gak manggil namanya secara langsung ke temen yang gue ajak ngobrol, takut ada yang tauㅡini cuman perumpamaan. Dan bagi gue itu masuk akal," jelas Jeno.
Jaemin menganggukㅡbaru paham dan menerima ucapan Jeno.
"Tapi, apa itu terlalu biasa aja buat dicurigain?" tanya Renjun masih ragu.
Haechan menatap ketiga temannya, "coba sekarang lo lanjutin lagi, ada gak mereka nyebut orang sama masalah yang mereka omongin? Kalo ada berarti itu cuman kebetulan doang, kalo sampe akhir mereka cuman nyebut 'dia' sama 'masalah itu,' kalian harus pertimbangin omongan gue."
"Gue rasa gue mulai setuju sama omongan lo Chan, tapi seenggaknya kita liat dulu dan buktiin omongan Haechan," jelas Jaemin.
Jaemin kembali memulai video yang sempat mereka tunda. Haechan sendiri menyendok suapan terakhir sambil mendengarkan rekaman yang diputar kembali oleh Jaemin.
"Gak perlu! Biar ngalir kayak biasa aja. Nanti juga isunya ilang sendiri lama-lama," ujar Yesung terlihat tegas menanggapi ucapan Taeyang.
Taeyang mendengus kasar.
"Gak semudah itu Sung, masalah kita tuh besar banget. Gak mungkin juga kita ninggalin masalah dengan dia yang masih enak-enakan," jawab Taeyang mencoba membuka pikiran Yesung.
Yesung berdecak, "ya udah sekarang kita keluar aja. Anak saya udah dateng di depan, dia juga udah nggak masuk berapa hari. Jadi mungkin saya harus hati-hati?"
Taeyang mendengus pasrah, "terserah kamu, saya udah males."
Dan setelahnya kedua pria itu keluar dari ruangan. Jeno mengambil ponselnya dan keluar dari situs yang tadi ia masuki.
"Jadi... gimana?" tanya Renjun.
"Gue setuju pendapatnya Haechan, pasti mereka nyembunyiin sesuatu. Dan berita ituㅡbohong!" kesal Jaemin.
Jeno mengangguk, "gue juga ikut si Haechan. Itu masuk akal banget."
Renjun menopang dagu. Masih bingung juga, tapi jika dipikir lagi memang ucapan Haechan benar-benar masuk di logikanya. Dari awal rekaman sampai akhir rekaman memang tak ada sedikit pun kedua pria yang berpengaruh di sekolah mereka menyebutkan siapa 'dia' dan 'masalah' yang mereka bicarakan.
"Okeh, sekarang gue punya rencana," ujar Jaemin.
Jeno menaikkan satu alisnya penasaran, tak ada bedanya dengan Haechan dan Renjun yang sudah merapatkan diri.
"Kita ikutin kemana pun Guanlin pergi," ujar Jaemin.
"Yang bener aja?!" tanya Haechan bingung.
"Ck, dengerin aja dulu napa sih belom selesei ini. Jadi, gue ada rencana ngambil data siswa di TU terus nanti kita ke rumah Guanlin, kita ikutan ke mana dia pergi. Gue curiga sama tuh anak," jelas Jaemin.
#
#
#
#
H2J2Maap telat update lagi, sumpah deh beberapa hari ini sibuk banget trus lagi banyak banget ulangan online :""
KAMU SEDANG MEMBACA
detective H2J2⏸NCT DREAM 00 [] ✔
Fanfiction✎tidak mewajibkan kalian untuk vote, tapi kalo kalian mauㅡterima kasih✎ ➳➳➳ ❞Terus sampel darah ini apa?❞ tanya Renjun sembari memperlihatkan sebuah robekan seragam yang terdapat secercah darah. ❞Darah haid kali.❞ Celetuk Jaemin asal. Pukk!! ❞Sakit...