Jeno dan Haechan kini tengah melangkah dan menunduk dengan mengendap-endap di ruang Tata Usaha yang mereka masuki. Beberapa staff Tata Usaha tampak sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
Pendingin ruangan kantor Tata Usaha tak memengaruhi suhu tubuh Haechan dan Jeno saat ini. Keduanya terlihat berkeringat, bukan hanya karena tegang. Namun mereka datang ke ruangan ini dengan berlari karena mereka tahu bel masuk sebentar lagi akan berbunyi.
Setelah jam istirahat pertama Jaemin memberi saran. Akhirnya Haechan dan Jeno memutuskan untuk mengambilnya di istirahat kedua saat ini.
"Jen, geser dikit! Badan lo keliatan!" bisik Haechan ketika melihat Jeno agak melonggar dari jaraknya.
"Malah, kalo gue dempet lo orang-orang pada bakal ngeliat anjrit!" jawab Jeno tak lupa dengan suaranya yang ikut berisik.
Seperti sedang melakukan ASMR yang selalu Jeno tonton di youtube JSMR.
Haechan berdecak, "tempat data-data siswa di mana sih anjir?"
Jeno memicingkan matanya melihat pintu bagian pojok ruangan yang letak tempatnya sudah ia targetkan untuk ia ambil salah satu bukunya.
"Itu, di dalem ruangan Pak Taemin," ujar Jeno.
Haechan mengangguk lalu kembali berjalan dengan menunduk dan mengendap-endap diikuti Jenoㅡmelakukan hal yang sama.
Sebenarnya, kedua lelaki ini disadari keberadaannya oleh staff Tata Usaha yang sedari tadi sibuk berbolak-balik mengerjakan sesuatu. Namun, mungkin terlalu tak berpikiran panjang karena bagi mereka tak ada yang lebih penting dibandingkan pekerjaan yang terus menumpuk.
Saking tidak pedulinya, mereka sampai tidak sadar niat apa yang membawa dua murid itu masuk ke dalam kantor Tata Usaha.
"Ayok!" bisik Jeno setelah merasa kondisi aman.
Haechan membuka pelan pintu kayu yang sebelumnya tertutup, bernapas lega karena tidak ada siapa-siapa di dalamnya. Dan kembali mengendep-endap langkahnya dengan Jeno yang cepat-cepat menutup pintu dan menguncinya sekali.
Haechan mengambil satu tumpuk file yang tersimpan di atas pinggir meja kayu. Lalu meletakkan pelan di ubin. Jeno dan Haechan mendudukkan diri di atas lantai keramik yang terasa dingin. Ada satu pendingin ruangan di dalam satu ruangan ini, lumayan mendinginkan tubuh yang penuh dengan peluh.
Jeno dan Haechan mulai membuka satu persatu file yang menumpuk.
"Lo yakin Pak Taemin yang megang data sekolah?" tanya Haechan dengan tangannya yang masih fokus membuka satu persatu lembaran file yang ia pilih.
"Yakin dah amji, udah cari aja terus. Gue yakin Pak Taemin gak pernah bawa ke mana-mana data murid kelas sebelas," jelas Jeno.
Beberapa menit mereka menghabiskan waktu dengan mencari satu nama di setiap file yang mereka pilih. Sampai mata lelaki berkulit tan itu menangkap satu baris nama di lembar ke empat puluh di file berwarna hijau tosca.
"Kenapa? Ketemu?" tanya Jeno.
Haechan mengangguk senang, "Lai Guanㅡ"
Dug
Dug
"Ini siapa yang ngunci ruangan saya?" tanya suara samar, memotong ucapan Haechan.
"Gak tau Pak, saya kira Bapak ada di dalam ruangan," jawab samar-samar seseorang di depan pintu ruangan yang Jeno dan Haechan masuki.
"Kamu ada kunci cadangan ruangan saya gak?" tanya yang Jeno yakini adalah Taeminㅡkepala administrasi sekolah atau lebih jelasnya si pemilik ruangan yang sedang mereka masuki.
Haechan menoleh kepada teman di sebelahnya.
"Udah Jen buru foto nih alamatnya," ujar Haechan.
Jeno mengangguk, lalu mengambil ponsel dari saku celana seragamnya dan dengan cepat memotret beberapa kali satu halaman yang berisikan biodata lengkap milik lelaki bertubuh jangkung yang mereka curigai itu.
Haechan sendiri mengedarkan pandangan. Lalu tersenyum miring kala menyadari ruangan ini memiliki sebuah jendela.
"Jen," panggil Haechan.
Jeno bergumam tak jelas sambil melihat hasil foto yang sudah ia jepret.
"Ada jendela, kira-kira tuh jendela bakal nembus ke mana?" tanya Haechan.
Jeno menghela napas lega lalu segera memasukkan ponselnya kembali ke saku celana.
"Jendela apaan?" tanya Jeno lalu mendongakㅡmatanya menelusuri ruangan ini.
Haechan sendiri tiba-tiba mengangguk. Jeno yakini temannya ini sepertinya tengah mendengar ucapan 'teman' yang Haechan bilang kemarin teman barunya yang lumayan pintar.
"Kenapa Chan?" tanya Jeno.
Haechan tersenyum, "jendelanya nembus ke halaman belakang sekolah."
"Iya Pak, ini," ujar samar-samar dari luar ruangan.
Haechan dan Jeno buru-buru merapihkan file yang sebelumnya berserakan di keramik lantai dengan asal. Lalu Jeno beranjak dari duduk dan dengan gerakan pelan mengambil kunci yang sebelumnya menempel di bolongan kunci.
"Ya sudah, makasih ya Eunbi," ujar Taemin.
Jeno meletakkan kuncinya di atas meja bersebelahan dengan tumpukan yang tadi mereka rapihkan asal.
"Buru Chan," ujar Jeno.
Haechan mengangguk lantas dengan gerakan cepat membuka kunci jendela yang sudah mulai berkarat.
"Sama-sama Pak, kalo begitu saya lanjut kerja dulu," pamit salah satu staff itu.
Sudah terbuka, Haechan segera menaiki daun jendela dan loncat dengan cepat lalu memegang jendela tersebut bermaksud untuk membantu Jeno untuk lebih cepat keluar.
"Ya udah sana," ujar Taemin.
Jeno dengan cepat melompat dan setelahnya mereka berhasil keluar. Haechan dengan panik menutup jendela kencang bersamaan dengan Taemin yang membuka pintu ruangannya.
Alisnya mengernyit saat melihat jendela yang selama ini tak pernah ia buka kini terlihat bergoyang dan tentu saja terbuka.
Lalu matanya menangkap sebuah gantungan kunci menyerupai sepak bola berukuran kecil berada di dekat jendela ruangan ini berada.
Matanya langsung dengan siaga melihat meja kerjanya.
Ia tersenyum, Taemin termasuk lelaki yang agak perfeksionis dan sensitif tentu saja ada sedikit perubahan dari barang yang ia tata sebelumnya bahkan ia tahu.
"Bagus, saya gak perlu lagi harus nyari tau kasus ini," gumam pria itu.
#
#
#
#
H2J2
KAMU SEDANG MEMBACA
detective H2J2⏸NCT DREAM 00 [] ✔
Fanfiction✎tidak mewajibkan kalian untuk vote, tapi kalo kalian mauㅡterima kasih✎ ➳➳➳ ❞Terus sampel darah ini apa?❞ tanya Renjun sembari memperlihatkan sebuah robekan seragam yang terdapat secercah darah. ❞Darah haid kali.❞ Celetuk Jaemin asal. Pukk!! ❞Sakit...