37. Ancaman

2.3K 530 51
                                    

Renjun masih fokus pada kemudi mobil milik Jeno. Sedangkan Jeno terus-terusan melirik Haechan yang kini menatap tajam Jaemin yang duduk di sebelah kemudi. Entah Jeno semakin merasa ingin cepat-cepat pulang saja.

Tadi Irene menghubungi mereka untuk kembali ke sekolah, karena wanita itu mendapat kiriman lagi yang mencantumkan nama keempatnya. Irene juga berkata bahwa Kamal akan ke sekolah saja. Dan dengan berat hati mereka kembali ke sekolah padahal jarak mereka dengan rumah KamalㅡKai tinggal beberapa meter lagi.

"Jaem jangan nengok ke Haechan," ujar Jeno memperingati.

Tapi ucapannya itu malah membuat Haechan sendiri malah menatapnya lekat dan tajam. Jeno meneguk saliva susah payah.

"Jun, biar gue aja yang nyetir," ujar Jeno mencoba untuk tidak membalas tatapan Haechan di sebelahnya yang memiliki aura berbeda.

"Kagak! Yang ada gue dicekek, hiiih...," ujar Renjun yang kini bergidik ngeri membayangkannya.

Jeno membeku kala wajah Haechan mendekat ke arahnya. Ingin menghindar tapi posisinya tak mendukung untuk bergeser.

Bangsat, bangsat, mamaah! batin Jeno.

Dut~~

Jeno mengernyit dan menatap Haechan yang kembali duduk normal, seakan-akan dirinya tak melakukan apa pun.

"Anjeng, kentutnya siapa tuh?! Bau banget kampret!" kesal Jaemin sembari membuka jendela mobil, tak peduli lagi dengan pendingin mobil yang masih menyala.

Jeno dan Renjun mengibas angin di depan mereka.

"Anjrit! Jorok banget lo Jen!!" kesal Renjun, tentu saja fokusnya harus terbagi dua akibat harus mematikan pendingin mobil dan membuka jendela.

Begitu juga Jeno yang menahan napas sembari melakukan hal yang Jaemin dan Renjun lakukanㅡmembuka jendela.

"Bukan gue tai! Ini si jurig, sialan!! Diem-diem ngentut," ujar Jeno merasa tertuduh.

"Yakin dah ini yang kentut kemauan Haechan. Haechan setan! Kerasukan aja masih ada pikiran buang gas," gerutu Jaemin yang kini mengambil ponselnya,  saat ponselnya itu tiba-tiba bergetar tanda ada panggilan masuk.

Miss Irene

"Kenapa lagi nih Nyonya, nelponin mulu," ujar Jaemin yang kini terfokus pada ponselnya.

"Halo Jaem."

"Halo Miss, ada apa? Ini saya sama temen saya udah mau nyampe kok, bentar lagi."

"Bukan, jadi gini... Kai sudah di sekolah, nanti kalian tolong sebelum sampai, belikan lilin."

Jaemin dan kedua temannya yang lain mengernyit bingung.

"Looh... kenapa Miss? Mau ngepet?" celetuknya asal.

"Tolol," gumam Renjun yang mulai mengurangi kecepatan saat mobil Jeno hampir melewati sebuah warung.

"Enggak, pokoknya kamu bawa lilin aja se-pack, oke? Saya tunggu di ruangan kepala sekolah."

Jaemin mengangguk walaupun ia tahu Irene tak akan melihatnya, "iya Missㅡkalo gitu saya matiin ya."

"Iya."

Tut

"Biar gue aja yang beli, capek gue diliatin Haechan mulu. Lama-lama bukannya takutㅡmalah geli," ujar Jeno yang sudah membuka pintu.

Jaemin dan Renjun mengangguk.

Lalu menunggu sesaat. Renjun melirik Haechan melalui kaca spion tengah yang membuatnya bisa melihat Haechanㅡyang berada di belakangnya. Bisa ia lihat Haechan tengah terdiam dan menatap lurus ke tempat duduk Renjun dengan tatapan kosong.

detective H2J2⏸NCT DREAM 00 [] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang