30. kode morse

2.4K 569 20
                                    

Haechan dan Jaemin meneguk es kopi susu yang keduanya pesan tadi. Mereka sedang berada di rooftop yang Irene bangun.

Wanita itu sendiri kini sedang mengambil makanan di ruangan yang penuh oleh buku. Mereka baru tahu bahwa di ruangan itu memiliki sebuah dapur kecil, entah letaknya di mana tapi katanya masih satu ruangan.

Jeno dan Renjun sendiri sedang mencari buku-buku pramuka untuk lebih mudah menerjemahkan kode morse yang mereka dapatkan di kertas yang Haechan temui.

"Ini balkon apa rooftop sih? Gue rasa lebih ke balkon. Rooftop asli sekolah ini kan di lantai lima," ujar Jaemin sambil melihat taman sekolah yang ada di bawah.

"Yap, ini lebih bisa dibilang balkon rahasia," jawab Irene yang datang dengan nampan berisi beberapa toples kaca yang terdapat makanan-makanan ringan.

Haechan mengangguk setuju, "Miss Irene kenapa gak buat tangga buat ke sini? Kenapa malah sofa yang dibuat?"

Irene duduk dengan tenang dan berhadapan Haechan dan Jaemin. Tangan putihnya mengangkat gelas cokelat panas yang beberapa menit lalu ia buat, mungkin sudah tidak panas lagi. Bisa dikategorikan hangat. Wanita itu dengan anggun kembali meletakkannya setelah menyeruput minuman cokelat hangat itu.

"Tujuan saya ngebangun tempat ini tadinya hanya untuk saya seorang diri. Sebagai kepala sekolah, saya tahu bahwa tugasnya tidak mudah. Banyak yang harus saya urus, dan saya pikirㅡdengan mendekorasi ulang tempat ini adalah ide yang tepat untuk dijadikan tempat menjernihkan pikiran," jelas Irene dengan tenang.

Haechan dan Jaemin mengangguk mengerti.

"Terus, rencana Miss yang bakal buka tempat ini buat muridㅡbukannya bakal ngilangin tempat Miss Irene itu?" tanya Jaemin, mengeluarkan tanggapannya.

Irene tersenyum, "ya udah pasti, keputusan saya jadi semakin bulat untuk tidak mengizinkan seorang pun masuk ke siniㅡkecuali kalian, nanti biar rooftop asli yang akan saya perbaiki dan saya buka untuk tempat santai murid kalo istirahat."

"Jadi, kalian tidak boleh ada yang membocorkan hal ini ke siapapun, cukup kalian saja yang tau. Soal dua murid perempuan yang waktu ituㅡmereka sudah beri saya peringatan jika membongkar ruangan ini, anggap saja ini ruangan pribadi dan rahasia," jelas Irene yang kembali mengambil gelas berisi minuman cokelat yang sudah hangat.

"Kalian boleh ke sini kapan sajaㅡ"

Irene meneguk minuman di tangannya.

"ㅡnamun, saya harap kalian tidak membuat ruangan ini diketahui oleh murid lain. Harus hati-hati, atau kalo bisa. Kalian lebih baik ke sini saat pulang sekolahㅡsaat keadaan sekolah sudah sepi dan perpus benar-benar tidak ada orang."

Keduanya kembali mengangguk mengerti, bersamaan dengan Renjun dan Jeno yang sudah mendapatkan buku hijau tebal bergambar tunas kelapa. Bukunya terlihat tua, tapi memang sengaja memilih yang ini karena terlihat tertarik.

"Miss saya minjem buku ini?" izin Jeno kepada Irene.

Irene mengangguk.

"Ambil saja, nanti kalo sudah jangan lupa taro kembali. Jadi, kalian memilih kasus apa?" tanya Irene mengedarkan pandangan kepada keempat murid di depannya.

"Toilet yang bau busuk Miss," jawab Renjun.

Irene bergumam tak jelas, "kenapa memilih itu? Bukannya kasus iniㅡkasus yang terasa berat?"

Haechan mengangguk, "kita malah suka yang berat-berat Miss. Seru aja gitu."

Jaemin, Renjun, dan Jeno mengangguk setuju. Mereka tentu suka yang berbau-bau hal aneh atau hal menyeramkan. Entahlah, bagaimana bisa murid seperti mereka jadi terjebak di organisasi kasus seperti ini. Walaupun kata Miss sendiri organisasi mereka-lah yang sangat diperlukan di sekolah. Dan tentu nilai rapot mereka juga akan bertambah karena kasus yang akan sering mereka selesaikan.

"Bagus kalo begitu, tapi kalian juga harus ingat kewajiban sebagai murid, okeh? Saya gak mau peresmian organisasi ini bikin nilai kalian jadi turun," ujar Irene dengan senyuman tipisnya.

"Itu sih tenang aja BuㅡMiss maksudnya, yang ada kayaknya ranking saya jadi naik," jawab Jeno dengan senyuman di bibir dan matanya.

"Ya udah kalo gitu, saya mau ke bawah dulu. Kalian di sini juga gak papa, tapi saat keluar jangan lupa raknya ditutup," ujar Irene yang sudah berdiri dari duduknya.

👓👓👓

"Asli gue gak paham maksud dari nih tulisan," ujar Haechan sambil memperhatikan kertas berlipat yang di bagian bawah terisi tambahan tulisan Jaemin.

"Tau! Pembunuhnya di dinding kelas K IPA Gㅡapa sih anjir," ujar Jaemin ikutan kesal.

Renjun sendiri tampak berpikir keras sambil menggigit kuku jarinya. Alisnya mengernyit dalam, mencoba mencari maksud dari tulisan yang sudah mereka dapatkan.

"K? G?" bingung Jenoㅡikut berpikir.

Sedangkan Haechan sendiri sedang mendengarkan celotehan Mark yang juga  sedang berspekulasi maksud dari teka-teki itu.

"G? 7?" tanya Mark kepada Haechan.

"Hah? 7? Maksudnya gimana?" tanya Haechan kepada Mark.

Tentu kalimatnya itu membuat ketiga temannya menatap Haechan dengan pandangan bingung. Mengingat mereka tak mengatakan apa pun sejak tadi yang membuat Haechan harus menanggapi. Haechan sendiri tersenyum kuda.

"Gue lagi dengerin omongan temen gue," jelas Haechan.

Jaemin dan Jeno membulatkan mulutnya baru ingat bahwa setiap harinya Haechan selalu diikuti teman arwahnya itu.

"K tuh kalo diurutin adalah huruf ke sebelas, terus G hurug ke tujuh, bisa jadi," ujar Mark menjelaskan pendapatnya.

Haechan mengangguk paham, "guys kalo K itu artinya sebelas kalian percaya?"

Renjun menoleh, "sebelas dari mana?"

"K, huruf ke sebelas. G huruf ke tujuh, bisa aja maksud pembunuhnya di kelas XI IPA 7 atauㅡgak taulah! PUSING! Mau ke sana gak buat ngecek aja?" tanya Haechan.

"Gak!!" jawab ketiganya secara bersamaan.

"Gak salah lagi~" ujar Jaemin.

Jeno melangkah masuk ke dalam ruangan penuh buku itu, "skuy, kayaknya iya."

#
#
#
#
H2J2

Dikit ✔
Agak telat ✔

Besok aku bakal update panjang, semoga suka.

detective H2J2⏸NCT DREAM 00 [] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang