"Karena gue otak udang, jadi gue milih kasus CCTV kelas sepuluh yang mati-mati terus," ujar Haechan sembari meletakkan lima lembar berisi satu masalah yang ia pilih tadi malam.
Jaemin mengangguk dan ikut meletakkan dua lembar kertas, "kalo gue milih yang seru-seru aja. Nih, gue dapet kasus akun ig misterius yang berhubungan sama sekolah kita."
Jeno bergumam tak jelas.
"Kalo gueㅡmilih bau busuk yang selalu muncul di toilet kelas dua belas," ujar Jeno yang ikut meletakkan enam lembar kertas di atas meja kaca panjang.
Renjun mendengus kala sepertinya masalah yang ia pilih terdengar begitu mudah ditebak.
"Lo milih apa Njun?" tanya Jaemin penasaran.
"Ini, gueㅡbunyi piano di lab komputer," jawab Renjun.
Dari satu masalah itu tentu saja Renjun menebak kalau itu hanya keisengan Pak Taeil agar murid-murid tak bermain komputer seenaknya. Mengingat memang Pak Taeil dikenal sebagai guru menyebalkan tapi selalu memberikan lawakan jika mengajar pelajaran seni budaya.
"Gue punya ide dan gue rasa nih cara paling ampuh, nah kan berarti ada empat kasus nih. Jadi, contoh gue nih masalahnya tentang A nah tapi Haechan masalahnya tentang Bㅡnanti kita tuh tukeran gitu dan mutusin masalah apa yang sekiranya bagi kita itu cocok diseleseinㅡperaturannya jangan milih pilihan sendiri," jelas Jaemin.
Haechan sendiri menggaruk tengkuknya, bingung.
"Gimana sih? Gak ngerti," ujar Haechan.
Jaemin mendengus, "jadi lo nih baca kasusnya gue, Renjun, sama Jeno. Nah terus lo putusin deh masalah mana yang sekiranya bikin lo kayak harus nyelesein nih masalah."
Haechan menganggukㅡsetidaknya Haechan mengerti intinya.
Jeno dan Renjun mengangguk setuju.
"Boleh dicoba," ujar Renjun.
Setelah ucapan Renjun, keempat lelaki itu bergegas memilih kertas mana dulu yang sekiranya harus mereka baca. Haechan tampak mengambil kasus milik Jaemin, selain karena kasusnya yang terdengar menarik. Kertasnya juga hanya dua lembar. Lalu setelah itu Haechan berencana akan memilih kertas Renjun. Dan terakhir adalah kertas Jeno yang memiliki enam lembar.
Begitu juga dengan Jeno, Jaemin, dan Renjun. Ketiganya sudah memberikan rencana terlebih dahulu sebelum memilih. Namun sepertinya rencana pertama Jeno dan Haechan terlihat sama.
Keduanya tampak saling bertatap dengan kedua tangan yang sama-sama memegang kertas.
Haechan tersenyum miring, lantas mengedipkan satu matanya. Membuat Jeno menatap temannya itu jijik dan berlagak muntah, dengan kesempatan itu Haechan merebut terlebih dahulu kertas pilihan Jaemin.
"Bangsat," umpat Jeno kesal kala ia kalah cepat.
Renjun terkekeh, "udah... tuh kertas gue nganggur."
Jeno dengan kesal mendengus, lalu mengambil dengan pasrah satu kertas lembar milik Renjun.
Kini udara di ruangan diskusi mereka terasa lebih dingin, bukan karena pendingin ruangan. Tapi, karena sebuah kipas yang bertengger menghadap mereka dengan baling-balingnya yang terus memutar.
Mereka mengambilnya dari laboratorium kimia. Mereka mengambilnya diam-diam, tentu saja jika ketahuan oleh Pak Johnny, mereka akan diberi hukuman membersihkan alat-alat berbahan kaca yang berada di dalam ruangan tersebut. Membayangkannya saja membuat mereka bergidik ngeri.
Tiga puluh menit sudah terlewati. Jeno dan Haechan tengah memainkan ponsel dengan bosan. Sedangkan Renjun dan Jaemin masih berkutat dengan kertas milik Jeno dan Haechan.
"Nanti kapan-kapan, gue mau bawa gitar ah ke sini. Kosong banget anjir nih ruangan," ujar Jeno sembari mengedarkan pandangan.
Haechan yang asik meng-scroll layar ponsel menyahut, "kita nanti beli aja dari hadiahnya Miss Irene."
Jaemin sambil membaca ikut mengangguk.
"Gue udah ada bayangan buat nih ruangan," ujarnya yang masih fokus dengan kertas yang ia pegang.
"Eh Jen, lo mikir apa pas baca nih cerita?" tanya Renjun selaku pembaca kasus yang dipilih Jeno.
Jeno meletakkan ponselnya di atas meja kaca tersebut lantas mengetuk-ngetuk pelan dagunya menggunakan jari telunjuk.
"Mm... misterius," jawab Jeno membuat Renjun berdecak.
"Bukan itu maksud gue tolol! Maksudnyaㅡlo gak ngerasa ada yang aneh sama bau-baunya ini?" tanya Renjun terdengar kesal.
Renjun meletakkan kertas tersebut di sebelah ponsel Jeno. Lelaki itu sudah selesai membaca, kini giliran Haechan yang mengambilnya. Terlihat penasaran dengan ucapan Renjun barusan.
"Bau busuknya maksud lo?" tanya Jeno.
"Heem, gue rasa aneh aja gitu. Gue sendiri jarang lewat situ sih, jadi jarang merhatiin," jelas Renjun menjelaskan kebiasaannya.
Toilet di dekat kelas dua belas memang dikenal sebagai toilet yang bersih. Namun, dari Renjun dan Jeno baca di kertas itu. Beberapa hari ini bau busuk tersebut sungguh mengganggu anak kelas dua belas. Mereka juga jadi tidak ada yang mau ke toilet di lantai tiga itu. Mereka memilih ke toilet kelas sebelas yang berada di lantai empat.
Jeno lalu mengangguk dan mengambil berkas pilihan Jaemin yang masih belum tersentuh. Lalu mulai membaca, kini giliran Renjun yang tak ada pekerjaan. Saat ini jam masih menunjukkan pukul sebelas lewat lima menit. Satu jam setiap kelas NEO DREAM tidak ada guru. Katanya guru sedang rapat.
Jaemin lalu mengangguk saat kertas pilihan Haechan sudah selesai ia baca.
"Gue kayak lagi baca cerita horor anjrit baca masalah yang dipilih Haechan," ujar Jaemin yang kini meletakkan kertas yang sudah ia baca.
Haechan sembari membaca kasus yang dipilih Jeno, ikut berkata.
"Itu pelakunya si mbak Mina kalo kata temen gueㅡgue rasa sih ya kasus yang kita pilih itu kalo gak punyanya Jaemin paling punyanya Jeno," jelas Haechan.
Jaemin mengangguk setuju, "gimana kalo dua-duanya?"
👓👓👓
Keempatnya memakan dengan lahap satu porsi makanan yang sudah dipesan beberapa menit yang lalu. Seperti biasanya, Jaemin dan kawan-kawan sudah duduk di kursi dekat kedai Bu Wendy sambil sesekali membicarakan kasus yang mereka berempat pilih.
Sesuai yang Jaemin ucapkan, mereka berempat setuju menyelesaikan dua kasus tersebut. Tentu saja keputusan itu diberikan setelah mereka membaca tiga kasus berbeda. Awalnya Renjun tidak setuju, baginya satu masalah saja sudah rumit.
Tapi mengingat yang setuju ada tiga, ia kalah telak. Berakhirlah Renjun hanya pasrah.
Haechan mengunyah krupuk, "berarti nanti kita cari tau dulu tuh akun. Kalo udah, nanti si Jeno yang nge-hack."
Renjun mengangguk, "kayaknya akun itu lebih gampang daripada yang Jeno itu."
"Ya udah kalo gitu, nanti siang ke rumah gue," ujar Jeno yang sudah menegakkan minuman yang sebelumnya ia pesan.
"Asik... kalo udah selesei, boleh lah gue numpang main ps?" ujar Jaemin dengan kedua alisnya yang terangkat dengan wajah tengil seperti biasa.
"Tsk, gue lagi gali kentut! Gak denger."
#
#
#
#
H2J2Sumpah aku liat komentar sama vote kalian, jadi semangat banget. Abis selesai mublish ini, aku mau langsung nulis chapter selanjutnya.
Jadi, moga aja double updatenya gak asal ngomong doang 😂
Oke, lanjut. Semoga suka~
KAMU SEDANG MEMBACA
detective H2J2⏸NCT DREAM 00 [] ✔
Fanfiction✎tidak mewajibkan kalian untuk vote, tapi kalo kalian mauㅡterima kasih✎ ➳➳➳ ❞Terus sampel darah ini apa?❞ tanya Renjun sembari memperlihatkan sebuah robekan seragam yang terdapat secercah darah. ❞Darah haid kali.❞ Celetuk Jaemin asal. Pukk!! ❞Sakit...