31. Pembunuhnya

2.5K 577 58
                                    

Koridor kelas sebelas sudah nampak sepi, di lapangan outdoor yang terlihat dari atas pun hanya berisi anak-anak ekstrakurikuller volly yang terlihat masih berlatih bertarung.

Jam pun sudah menunjukkan pukul 16:30.

Menandakan hari sudah semakin sore. Mereka masih melangkah menuju kelas yang Haechan duga sebagai petunjuk dari sebuah clue kertas yang mereka temukan waktu itu. Keempatnya juga beberapa kali bercanda garau dan berbincang sedikit.

"Iya anjrit, gue dulu mau masuk volly gara-gara Doyeon," ujar Jaemin sambil melihat seorang gadis dengan pakaian olahraganya yang kini terlihat berpeluh dan fokus pada lawan di depan.

"Gue suka banget cewek kurus, tinggi gitu, idaman banget," lanjut Jaemin membuat ketiga temannya berdecih geli.

"Alay najis, gue suka yang tinggi tapi gak suka yang terlalu kurus, contohnya si Somiㅡadkel kelas IPA 6," ujar Jeno.

"Geli banget anjir, gak ada yang bener," ujar Renjun malas.

"Kalo lo bedua suka tipe yang kayak gimana?" tanya Jaemin kepada Haechan dan Renjun.

Haechan sendiri bergumam sambil berpikir, "gue sih intinya yang kalo dikasih lawak tuh ketawa, suaranya bagus, rambutnya pendekㅡudah mantep banget."

Renjun terkekeh, "kak Lisa? Si alumni?"

Haechan bergumam lagi, "oh ya di ignya dia potong rambut, suaranya juga bagus... tapi, kurang. Gue sukanya cewek-cewek dingin-dingin gitu."

"Halaaah... diajak chattingan sama Kak Lisa juga langsung suka lo!" kesal Jeno membuat Haechan tersenyum kuda.

"Tau aja lo!" ujar Haechan.

"Eh lurr... kira-kira nih ya, misal kita udah lulus. Lo semua pada milih ngewarisin, apa nge-stuck dikita doang?" tanya Renjun dengan tangannya masih memegang surat yang sangat membantu pencarian mereka.

"Kalo gue sih karena punya adkel yang dipercaya, bakal lebih milih diwarisin," ujar Jaemin menanggapi pertanyaan Renjun.

Jeno ikut mengangguk, "gue juga ada adek kelas yang gue kenal, jadi milih diwarisin."

"Laah... gue gak ada anying! Gimana atuh bor." Haechan mengernyitkan alisnya kesal.

Renjun sendiri menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Gue juga gak ada, emang anggotanya harus banget empat ya?" ujar Renjun bingung.

"Ga tau juga, gue sih udah ada si Jasminㅡadek gue, itu juga kalo boleh cewek," ujar Jaemin yang menghentikan langkahnya karena mereka sudah berada di depan pintu kelas XI IPA 7.

"Oh, adik lo anak sini juga? Kalo gue si Chenle," jawab Jeno.

Haechan menjetikkan jarinya.

"Oh iya ada si Jisungㅡadek kelas yang sering temenin gue kalo lagi ngeronda," ujar Haechan.

Renjun menggeleng maklum, "emang mereka bisa nyelesain kasus-kasus begini? Lo pada tau 'kan ngerjain kasus kek kita tuh gak gampang."

"Udah, udah, nanti aja bahasnya. Sekarang kita urus ini dulu," ujar Jaemin yang membuka terlebih dahulu pintu kelas tersebut yang sudah kosong.

Lampunya pun mati, pencahayaan hanya bersumber dari matahari sore saja atau lebih tepatnya jendela yang terbuka dan menampulkan langit sore. Jeno, Haechan, dan Renjun mengikuti. Aroma jeruk tercium saat mereka memasukinya. Kelasnya nampak biasa saja, tak ada yang aneh.

"Nih kelas adem amat kek di padang pasir," celetuk Haechan.

"Padang pasir mah panas bego!" kesal Jaemin sembari menepuk bahu temannya itu.

detective H2J2⏸NCT DREAM 00 [] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang