"Jinyoung bilang kalo miniatur itu gak boleh disentuh, kata dia miniatur itu peninggalan belanda yang emang gak boleh ada murid di kelas mereka yang nyentuh atau bahkan ngeliatin," jelas Jihoon lelaki itu kini menunduk.
"Roh jahatnya mana?" tanya Jihoon lagi.
Haechan menggaruk tengkuknya mulai paham, "di sebelah kanan lo."
Jihoon meneguk salivanya susah payah, masih takut tentu saja. Tapi, ia mencoba meyakini diri sendiri bahwa ia harus melakukan hal ini, jika ia tak mau diikuti terus-terusan.
Jihoon berjongkok di tempat yang Haechan bilang, Haechan yang bisa melihat pun terlihat sangat jelas jika posisi Jihoon benar-benar pas berhadapan dengan roh jahat itu. Sedangkan Jihoon maupun Jaemin, Jeno, dan Renjun sendiri yang tak bisa melihat apa-apa kini hanya menatap kosong tempat roh jahat itu berada.
"Buat lo yang ngikutin gue, mm... Chan, namanya siapa?" tanya Jihoon.
Sedangkan Haechan sendiri pun lupa dengan nama roh jahat itu, tapi arwah wanita ini dengan inisiatif menjawabnya, "Vandyke."
"Vandyke," jawab Haechan.
"Ooh, okeh. Vandyke, gue minta maaf karena gak percayain kata-kata temen gue dan matahin miniatur yang lo punya, gue serius minta maaf, tolong jangan ngikutin gue lagi. Cukup seminggu aja lo ngikutin gue mandi, gue boker, gue sekolah. Apa lo nggak muak ngeliatin gue berak?" tanya Jihoon.
Jeno dan Renjun sendiri memutar bola mata malas, sedangkan Jaemin menahan tawa karena merasa kata-kata Jihoon sungguh lucu.
"Dia ngegeleng Hoon. Itu berarti dia mulai suka sama raga lo," ujar Haechan yang kini melihat bagaimana penolakan keras dari roh jahat anak kecil itu.
Jihoon bergidik ngeri, "asli ya Allah dosa apa gue."
"Dosa lo banyak anjir," celetuk Renjun asal.
"Gak ngaca, berisik!" kesal Jihoon.
"Dia gak ngomong apa-apa gitu Chan?" tanya Jihoonㅡpenasaran respon roh jahat yang mengikutinya.
Haechan menggeleng, lelaki itu lantas menatap arwah wanita yang sempat memperhatikan Jihoon dan roh jahat.
"Mm... kira-kira biar dia gak diikutin lagi... gimana?" tanya Haechan dengan pertanyaan yang hampir sama yang ia berikan ke arwah gadis berseragam lusuh di kantin waktu itu.
"Kalo saya berada di posisi Vandyke, mungkin saya akan melakukan hal yang sama. Sebagai manusia yang sudah meninggal seperti kami, sudah pasti barang ketika saya masih hidup yang masih ada sampai sekarang adalah barang paling berharga untuk mengingat kembali bagaimana menyenangkan sekali hidup saya sebelum mati, saya rasa temanmu memang keterlaluan.
"Tapi melihat kalian memang manusia biasa yang tak mengerti apa-apa mengenai kami dan apalagi umur kalian masih remaja, jadi saya pun tak bisa berpihak pada Vandyke, dan cara paling mudah dari tolak ukur temanmu agar tak diikuti oleh Vandyke, saya rasa kalian hanya perlu memperbaiki miniatur yang rusak itu," arwah wanita itu menunjuk miniatur pesawat yang kini terlihat terbagi menjadi dua di atas lemari loker kelas XI IPA 5.
Haechan mengangguk dan berterima kasih. Tak ia sangka arwah gentayangan yang menakut-nakuti mereka sampai berlari ke lapangan outdoor yang berjarak jauh kini malah membantu mereka.
"Hoon lo cuman perlu benerin miniaturnya aja, gue rasa lo bawa pulang aja miniatur itu terus lo benerin di rumah. Kalo udah lo balikin lagi miniaturnya di tempat semula, kalo udah ngelakuin itu. Lo cuman perlu temuin gue buat mastiin," jelas Haechan setelah berpikir singkat.
Haechan tak begitu susah untuk memikirkan hal seperti ini. Entah sudah terbiasa atau bagaimana.
Haechan lalu melirik sebentar roh jahat yang kini menatapnya seakan berterima kasih. Ia bisa melihat roh anak kecil belanda itu mendekatinya. Sempat takut sebenarnya, namun ada sedikit kelegaan saat sebuah senyuman polos terukir di wajah imutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
detective H2J2⏸NCT DREAM 00 [] ✔
Fanfiction✎tidak mewajibkan kalian untuk vote, tapi kalo kalian mauㅡterima kasih✎ ➳➳➳ ❞Terus sampel darah ini apa?❞ tanya Renjun sembari memperlihatkan sebuah robekan seragam yang terdapat secercah darah. ❞Darah haid kali.❞ Celetuk Jaemin asal. Pukk!! ❞Sakit...