5. kaboor

4.2K 785 25
                                    

Mereka melangkah pelan di koridor kelas XII yang tampak sepi dan begitu gelap. Sinar bulan membantu menyinari langkah mereka, walau begitu tetap saja kelimanya memakai senter untuk melihat lebih jelas ke mana mereka melangkah.

Oh iyaㅡbeberapa waktu lalu. Setelah Woojin datang dan Jihoon menemuinya. Haechan langsung saja tanpa pikir panjang melihat apakah Woojin yang tak begitu ia kenal itu namun saat mengecek, alis Haechan mengernyit karena lelaki itu tidak diikuti arwah atau mahluk supranatural manapun, dan begitulahㅡtak ada apapun di balik tubuh Woojin. Jika begini, mereka bingung harus bagaimana. Jika begini caranya, mau tidak mauㅡcara arwah perempuan itu yang satu-satunya mereka gunakan.

"Bulu kuduk gue merinding anjrit," ujar Jaemin sembari mengelus kasar lengan kanannya yang tertutupi jaket bomber hijau yang ia gunakan untuk menghangatkan badannya dari dinginnya udara malam.

"Gue malah ngerasa anget daritadi gara-gara kentut mulu," ujar Haechan jujur.

Mereka lantas yang mendengarnya menoleh bersamaan. Menatap Haechan seakan kuman, benar-benar anak satu ini.

"Pantes gue nyium bau-bau apaan, gue kira wastafel depan dua belas ipa 5 tadi. Tau-taunya elo bangsat!" kesal Renjun.

Walau sudah terbiasa dengan kelakuan tengil temannya itu. Tapi tetap saja Renjun tak bisa menahan kekesalannya. Suka merasa aneh Renjun kepada Haechan, bagaimana bisa ada manusia seperti temannya itu.

"Yee maap gak sengaja, gak enak kalo ditahan. Perut gue jadi kembung, lagian gak baik nahan kentut," jelas Haechan seadanya.

"Seenggaknya tahan dulu kek bentar atau gak, ga usah ngomong dah lo. Kesel gue lama-lama, sekalian sumpelin bokong lo pake kertas biar kesaring tuh bau." Renjun memutar bola matanya malas.

"Lo kira ampas disaring, suka tolol kalo ngomong. Lagian Chan, lo makan apaan sih bau banget anying. Gue juga nyium tadi," jelas Jaemin mengingat di mana ia merasakan hal yang samaㅡyang Renjun rasakan.

Haechan mengernyit tak suka, "gue makan biasa aja. Lagian napa sih sama kentut gue, gue tuh cuman kagak mau nambah penyakit."

"Si ceking malah pada debatin kentut, gak guna banget bangke," ujar Jeno malas.

Jeno mempercepatkan jalannya karena sudah malas dan muak mendengar pembicaraan temannya yang tak ada faedah itu.

Jihoon sendiri ikut mempercepat langkahnya mengikuti Jeno. Soal Woojinㅡsetelah lelaki itu dilihat apakah ada yang mengikuti dan ternyata tidak ada. Temannya itu langsung Jihoon suruh pulang, karena Jihoon tahu Woojin tak berfungsi apapun. Agak kejam memang.

"Jen," panggil Jihoon masih berjalan seiringan dengan lelaki berbadan atletis itu yang kini hanya menggunakan kaos hitam dan sebuah jaket jeans yang ia gunakan untuk menghangatkan tubuh.

"Hm."

"Lo kenapa mau bantuin gue?" tanya Jihoon mencoba mencari topik.

Jeno yang diberikan pertanyaan begitu, agak bingung.

"Tau dah, kayaknya seru aja gitu nyari tau masalah-masalah orangㅡbukan ikut campur ya, ini lebih ke bantu buat nyelesein," jelas Jeno seadanya.

Bingung juga balasnya gimana.

"Tapi makasih Jen, kalo gak ada kalian tau dah nasib gue kayak gimana," ujar Jihoon merasa sedikit bersyukur karena bisa bertemu mereka.

"Santuy aja lur, udah skuy buruan. Keburu makin malem, gue takut nanti dicariin gara-gara keluar diem-diem," jelas Jeno yang mulai kembali mempercepat jalannya.

"Idiih... kek anak perawan aja lo dicariin, gak malu ama otot?" bukan Jihoon yang pasti. Haechan.

Setelah perdebatan mengenai gas yang keluar dari bokongnya, Haechan buru-buru menyusul Jeno karena ia mulai melihat banyak arwah gentayangan di belakang sana yang mengikuti mereka dan menyadari kemampuannya.

"Berisik lo dekil! Gue tuh sering nongkrong banget, makanya gue gak dibolehin keluar," jelas Jeno tak mau dianggap sebagai anak laki-laki lembek yang teman barunya itu pikirkan.

"Alaah alesan!" ujar Haechan dengan nada yang menyebalkan.

Jeno yang tak lagi mau berdebat hanya memutar bola mata malas.

Langkah mereka terhenti saat senter Haechan menemukan tulisan nama kelas yang mereka cari. Renjun dan Jaemin yang tengah berbincang pun ikut menyusul ketiganya yang sudah berdiri di depan kelas tersebut.

"Serius kita gak langsung ke toilet yang si penunggu cewek itu bilang?" tanya Jaemin.

Mengingat si roh kantin itu bilang kalau anak belanda yang mengikuti Jihoon akan takut terhadap ibunya yang kini tinggal di toilet yang hanya Haechan dan Jeno yang tahu toilet mana tempat ibu roh jahat itu berada.

"Kita ke sini mau nyoba mastiin dulu kenapa Jihoon sampe diikutin, kali aja Haechan nemu arwah lain di sini," jelas Renjun yang memang membuat rencana di mana mereka terlebih dulu mengecek kelas XI IPA 5ㅡkelas Jinyoung.

"Eh tapi tardulu, kita gak ada persiapan apa-apa soal cctv yang mantau di koridor ini," ujar Haechan menyeletuk kala matanya menangkap cctv yang bertengger di ujung koridor kelas XI IPA.

Jeno tersenyum miring, "lo telat Chan. Tanpa lo kasih tau, gue udah ngeblokir dulu tuh semua cctv yang ada di sekolah, kecuali satu yang gak gue blokir. Jadi kita aman dari pengawasan cctv."

"Hah? Serius lo?! Anjaaay..., trus cctv yang gak lo matiin, cctv apaan?" tanya Renjun baru tau.

"Cctv ruang guru~ kita gak bakal ke sana," ujar Jeno.

"Laah... alig, trus lo matiin kelas yang gak bakal kita datengin buat apaan?" tanya Jaemin ikut bingung.

"Gini yaaa temen-temen gue tersayang, gue kasih tau. Ruang guru itu bangunan pojok sekolah yang pastinya gak bakal kita kunjungin walopun begitu gue tetep blokir cctv koridornya sapa tau keadaan darurat kan, nah kalo cctv semua kelas. Kenapa gue blokir? Karena ada kemungkinan pantulan kita jalan bakal keliatan, apalagi kita bawa senter. Bisa dicurigain," jelas Jeno membuat mereka yang mendengarnya mulai mengerti.

"Pinter juga lu sluur," ujar Haechan sembari memberikan jempol tangannya.

Jeno tersenyum miring, "apa sih yang gak gue bisa."

"Ya udah sekarang langsung masuk aja, gue punya banyak barang buat buka kunci kelas," jelas Jaemin yang kini maju dan mulai mengambil sesuatu dari kantungnya.

Tapi belum sempat Jaemin membuka pintu kelas tersebutㅡ

Kreek

Pintu kelas XI IPA 5 terbuka dengan sendirinya, Haechan meneguk salivanya susah payah saat sebuah kepala dengan banyaknya darah dan mata yang berkantung mata besar muncul dari pintu tersebut.

"KABOOR BOOR!!!" teriak Haechan.

Membuat ke empat temannya yang lain dengan reflek ikut berlari kencang meninggalkan arwah tersebut yang cekikikan dengan darah yang keluar dari mulutnya.

"JANGAN TINGGALIN GUE MONYEET!!" teriak Jaemin yang berada di paling belakang.

#
#
#
#
H2J2

Gila guys, aku sendiri agak takut nulis part ini.

detective H2J2⏸NCT DREAM 00 [] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang