Tangisan gadis berambut pendek itu membuat Haechan frustasi bukan main, saat ini beberapa orang dengan jaket hitam datang dan masuk ke dalam ruang tamu rumah Haechan, kedua adik laki-laki Haechan sendiri terus melirik kakak perempuannya yang sudah disandra oleh salah satu dari berjaket kulit itu. Haechan mengacak rambutnya asal.
LunaㅡMamah Haechan kini berdiri di belakang punggung Haechan bersama kedua anak laki-lakinya yang masih menginjak kelas sembilan dan kelas delapan SMP, nampak panik sambil mencoba menghubungi suaminya yang dengan kebetulan sedang berada di luar kota akibat pekerjaan.
"Siapa yang nyuruh lo?!" kesal Haechan pada akhirnya.
Sedangkan Dongsookㅡadik perempuan Haechan terus terisak saat lelaki berpakaian hitam-hitam dan memakai masker itu masih membiarkan pisau lipat yang dia bawa ke dekat leher Dongsook.
"Gak usah banyak tingkah! Sekarang, kalo kamu masih pengen sodara kamu hidup. Tanda tanganin kertas ini," ujar lelaki yang bersebelahan dengan lelaki yang menyandra Dongsook.
Lelaki itu meletakkan satu lembar kertas tersebut di atas meja kayu ruang tamu, namun tak hanya meletakkan kertas tersebut lelaki itu dengan mudah melewati Haechan yang mulai waspada.
"Mau ngapain lo?!" bentak Haechan saat langkah lelaki itu mengarah ke dua adik laki-lakinya dan Luna.
Lelaki itu dengan cepat merampas ponsel yang sebelumnya Luna genggam. Luna sendiri dengan bodohnya melupakan menghubungi polisi. Tangannya memijit pelipis merasa menyesal.
"Gak usah nyangkut pautin sama polisi," ujar lelaki itu dengan tajam.
Haechan mengernyit tak suka, "lo juga harusnya jangan nyangkut pautin urusan gue sama keluarga gue anying!!"
Lelaki itu terkekeh diikuti oleh beberapa orang yang menjaga pintu rumah, di luar rumah Haechan juga bisa Haechan lihat dari dalam bagaimana banyak orang berpakaian hitam-hitam yang menjaga gerbang rumahnya. Giginya bergemelutuk menahan emosi dengan kedua tangannya mengepal kuat.
"Kami peduli? Tentu saja tidak, bagaimana pun akibat kamu dan temanmu ituㅡorganisasi kami jadi terancam dan diburu oleh banyak aparat!" ujar lelaki itu yang kembali menatap Haechan dengan tatapan tajam.
Kini sebaliknya, Haechan terkekeh. "Terusㅡgue peduli?"
Luna memanggil nama anaknya itu karena merasa situasi mereka sedang terancam, tidak seharusnya Haechan mengatakan hal seperti itu.
"Bawa anak itu!" perintah lelaki itu kepada lelaki di sebelahnya yang masih menyandra Dongsook.
Yang diperintah mengangguk dan memasukkan pisau lipatnya, menarik Dongsook keluar dari rumah. Tatapan Dongsook tampak memohon kepada Haechan.
"Kakak!!" panggilnya dengan tangisan.
Luna yang melihatnya mulai panik dan mencoba untuk menerobos tubuh Haechan. Walaupun dengan mudah Haechan menahannya.
"Tahan Mamah," ujar Haechan pada kedua adiknya.
Haechan sendiri mulai menyusul langkah orang-orang berpakaian hitam itu setelah mengambil kertas yang sebelumnya lelaki tadi letakkan di meja kayu ruang tamunya.
"Heh brengsek!!" panggil Haechan kepada lelaki yang sempat berbicara dengannya.
Yang merasa dipanggil dengan menggeramㅡmenoleh.
"Okeh, gue bakal tanda tanganin." Haechan mengangkat kertasnya.
Lelaki itu terlihat menyeringai di balik masker yang ia kenakan.
"Tapiㅡgue gak bakal ngasih sekarang," ujar Haechan.
Lelaki itu mengernyit, "gak bisa!"
Haechan berdecak dan mulai memutar otak.
KAMU SEDANG MEMBACA
detective H2J2⏸NCT DREAM 00 [] ✔
Fanfiction✎tidak mewajibkan kalian untuk vote, tapi kalo kalian mauㅡterima kasih✎ ➳➳➳ ❞Terus sampel darah ini apa?❞ tanya Renjun sembari memperlihatkan sebuah robekan seragam yang terdapat secercah darah. ❞Darah haid kali.❞ Celetuk Jaemin asal. Pukk!! ❞Sakit...