Gadis itu terus memperhatikan bagaimana lelaki berkulit tan itu terbaring lemah karenanya. Ini yang tak ia suka dari kelebihannya. Bisa membahayakan orang.
Ketiga lelaki lainnya juga melakukan hal yang sama, menunggu temannya itu terbangun. Jaemin menatap Jasmin dengan tatapan iba. Ia tahu bagaimana perasaan adiknya itu.
"Jaem, adik lo pulang aja. Dia cewek, gak baik pulang sore-sore," ujar Jeno yang kini ikut duduk di single sofa sambil menunggu Haechan tersadar.
Jaemin mengangguk, "yuk Jas, nanti gue yang dimarahin kalo lo belom pulang."
Jasmin menghela napas lelah, lalu mengangguk pasrah. Dan bangkit berdiri dengan tatapannya yang masih memperhatikan Haechan. Mengharapkan tiba-tiba tangannya bergerak agar ia tak merasa bersalah.
"Nanti kabarin ya Jen, Ren, kalo Haechan udah sadar," ujar Jaemin.
Kedua lelaki itu mengangguk mengiyakan. Lantas kedua kakak beradik itu keluar dari ruangan mereka. Renjun menyandarkan kepalanya pada bagian kepala sofa dan menghela napas gusar, baru pertama kali Renjun melihat Haechan seperti ini. Entah apa penyebabnya.
"Gue rasa adiknya Jaemin punya 'kelebihan' gak sih? Aneh aja gitu, perasaan Haechan tadi baik-baik aja," ujar Renjun menatap Jeno yang masih memperhatikan temannya itu.
Sudah setengah jam mereka menunggu Haechan tersadar. Tapi, yang ditunggu tak ada sedikit pun mau membuka mata. Awas saja nanti jika bangun, ia akan membuat lelaki itu kesal sepanjang waktuㅡpikir Jeno.
"Mungkin, si Jaemin juga kayaknya terlalu nyembunyiin adeknya banget. Udah berapa taun gue temenan sama dia, tapi baru sekarang gue ketemu adeknya," jelas Jeno.
"Oh ya Jen, terus yang rekaman tadi gimana? Tadi kan lo sempet dapet dikit mukanya tuh," ujar Renjun mengingat kembali beberapa menit lalu sebelum kejadian Haechan tiba-tiba tak sadarkan diri.
"Tetep burem, tapi keliatannya yang ngirim kotak masih muda. Jadi, gue rasa kita juga kudu konfirmasi ke Miss Irene-nya, nanti gue kirim deh rekamannya ke dia. Biar nanti dia sendiri yang inget-nget apa orang yang naro paketnya tuh dia kenal gak," jelas Jeno membuat Renjun mengangguk mengerti.
Brak
Bunyi kencang dari pintu ruangan yang semula tertutup kini mengagetkan mereka. Jaemin dan Jasmin berada di sana dengan napas memburu.
"Jen, Njun, jangan biarin Haechan sendirian!" seru Jaemin yang kini tampak menopang tubuhnya dengan tangan di kedua lutut.
Jeno dan Renjun sama-sama mengernyit bingung. Tentu saja mereka tak mengerti mengapa kedua bersaudara itu tiba-tiba terlihat panik dan tak membolehkan mereka untuk membiarkan Haechan sendiri.
"Kenapa sih?" tanya Renjun kesal.
Jasmin melangkah masuk dan mendekati Haechan yang masih memejamkan mata di sofa panjang tersebut.
"Kak, bangun, kak," ujar Jasmin sambil menepuk-nepuk bahu Haechan pelan.
Tentu saja hal itu membuat Renjun dan Jeno semakin bingung. Jaemin sendiri kini kembali masuk dan menutup pintu sebelum melangkah masuk.
"Coba lo jelasin Jaem, kenapa? Jangan bikin gue kek orang tolol!" ujar Renjun dengan alisnya mengernyit tak suka.
Jaemin mengangguk, "adek gue tuh badannya gampang dimasukin sama arwah manapunㅡterutama roh jahat, dan mungkin... mungkin ini sih, mungkin aja roh jahat itu sekarang ada di badan Haechan dan roh jahat itu mungkin roh yang dikirim seseorang buat bales dendam ke Miss Irene melalui nih kotak."
Jeno dan Renjun masih mengernyit bingung. Jaemin menghela napas kala melihat temannya masih tak paham apa yang ia ucapkan.
"Jadi, entah ada apanya tuh kotakㅡtapi dugaannya kotak itu digunain buat ngundang roh jahat, gue juga awalnya gak percaya sama adek gueㅡsecara itu gak masuk akal-lah bangsat! Tapi kalo dipikir-pikir bisa jadi. Lo pada inget Miss Irene bilang kalo badannya panas pas ditelpon waktu itu? Mungkin ada sangkut pautnya sama roh jahat yang masuk ke badan Haechan," ujar Jaemin, matanya melirik Jasmin yang masih mencoba membangunkan Haechan.
Lantas kembali melanjutkan, "Jasmin ada di depan kotak itu. Dan gue rasa roh jahat itu bakal masuk ke raga orang yang megang atau yang berhadapan sama tuh kotak. Dan kayaknya Haechan ngeliat tuh rohㅡdan jadilah tuh malika yang kemasukkan, bukan adek gue."
Jeno dan Renjun mengangguk paham.
"Oke gue paham, jadi mungkin nih orang rencananya pengen Miss Irene yang dimasukkin?" tanya Jeno.
Jaemin mengangguk cepat.
Renjun membulatkan mulutnya mulai tau arah jalan masalahnya.
"Terus... adek lo ngapain?" tanya Renjun bingung melihat Jasmin nampak sibuk menepuk-nepuk bahu Haechan.
"Nggak tau," jawab Jaemin yang sekarang kembali meletakkan tasnya di single sofa yang berada di dekat pintu masuk.
Lalu kembali melangkah menuju Jasmin dan membantu adiknya itu untuk membangunkan Haechan. Sedangkan Haechan sendiri masih bergeming. Sampai Jasmin menepuk pipinya-lah Haechan menggerakkan tangannya. Matanya pun mengerjap-ngerjap, menyesuaikan penglihatan.
"Giliran pipinya dipegang cewek aja baru bangun lo!" kesal Jaemin lalu lelaki itu mengambil kursi yang sebelumnya Jeno duduki dan mendudukkannya.
Haechan tampak belum sadar sepenuhnya. Matanya pun terlihat memerah, khas bangun tidur.
"Urang teh di mana?" Haechan mengedarkan pandangannya terdengar ling-lung.
Plak
Jeno, Jaemin, dan Renjun meringis kala Jasmin dengan berani menampar Haechan dengan kencang.
"Bagoy!!" umpat Haechan.
Jasmin tersenyum menyeringai, "nah kalo gini udah normal. Tapi... mungkin masih ada."
Haechan mengusap pipinya yang memerah. Masih terasa tangan Jasmin di pipinya.
"Anying... perih banget," ringis Haechan lalu menatap tajam Jasmin.
"Asli ya anjrit, gue gak ngapa-ngapain kenapa tiba-tiba ditabok?" kesal Haechan.
"Biar cepet sadar," jawab Jasmin yang berlalu dan duduk di single sofa yang terdapat tas Jaemin di atasnya.
Haechan sendiri mengernyit saat Mark tengah menatapnya khawatir. Lelaki berkulit tan itu menatap penuh tanya Mark yang terus menatapnya.
"Lo nggak ngerasa apa-apa gitu Chan?" tanya Mark dengan tatapan penuh selidik.
Haechan mendelik pada Jasmin yang tengah menatapnya dengan kernyitan, begitu juga pada ketiga temannya yang juga menatap Haechan penuh tanya.
"Lagi ngomong sama Mark," ujar Haechan membuat ketiganya mengangguk paham.
"Bisa liat 'itu'?" tanya Jasmin kala melihat gerak-gerik Haechan dan bagaimana lelaki berkulit tan itu menatap udara kosong di depannya.
Haechan tak menjawab, lalu kembali melihat Mark.
"Gak ngerasain apa-apa emang kenapa," tanya Haechan bingung.
"Lo tadi nolongin dia, inget gak?" tanya Mark sambil menunjuk Jasmin.
Haechan mengernyit sebentar, dan menganggukㅡbahwa ia ingat.
"Keknya rohnya udah keluar, gue gak ngerasain apa-apa," ujar Haechan membuat ketiga temannya itu menghela napas lega, tentu saja berbeda dengan Mark yang masih merasakan hawa berbeda dari badan Haechan.
Tapi baru saja berkata begitu, tiba-tiba Haechan memegang perutnya merasa mual.
"Anjrit, gue abis makin apaan sih enek banget nih perut!" umpat Haechan yang kini memegang perutnya.
Mark mulai terbang mendekat. Dan mengenduskan hidungnya di bagian atas Haechan, tatapannya berubah panik.
"Chan! Buru suruh temen lo ambilin air minum!!" teriak Mark panik.
Tapi belum sempat Haechan mengucapkan apa yang Mark ucapkan. Tiba-tiba kepalanya terasa berputar dasyat.
Saat itu juga mulutnya terukir sebuah seringai ganjil, membuat ketiga temannya melangkah menjauh. Berbeda dengan ketiga lelaki itu yang menghindar, Jasmin berdiri dari duduknya dan mendekat dengan panik.
#
#
#
#
H2J2Update pagi ini, nanti aku update lagi malem.
Lanjuuut~
Makasih banyak yang udah komen dan votenya 😭😭 seneng banget cerita aku ada yang nanggepin 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
detective H2J2⏸NCT DREAM 00 [] ✔
Fanfiction✎tidak mewajibkan kalian untuk vote, tapi kalo kalian mauㅡterima kasih✎ ➳➳➳ ❞Terus sampel darah ini apa?❞ tanya Renjun sembari memperlihatkan sebuah robekan seragam yang terdapat secercah darah. ❞Darah haid kali.❞ Celetuk Jaemin asal. Pukk!! ❞Sakit...