Renjun dengan menahan ringis, terus mengibas asap yang masuk ke dalam toilet yang dijadikan lelaki itu sebagai tempat berlindung. Kaki di bagian betisnya terus berdenyut sakit dengan rasa linu yang tak hilang-hilang. Entah asap dari mana dan asap apa yang membuat napas Renjun seketika sesak.
Matanya pun mengeluarkan sedikit air mata karena perih. "Ck, sialan!"
Tangan kanan Renjun terus mencengkram pinggiran celana di bagian betis yang berlubang dan menampakkan betisnya yang terkena tembakan. Untuk saat ini Renjun hanya berharap seseorang datang menolongnya. Ia sendiri benci karena malah merepotkan diri sendiri. Padahal ia datang ke sini untuk membantu Haechan dan menyelesaikan masalah yang mereka hadapi.
Renjun masih bersembunyi di dekat pintu bilik pertama yang mampu dijadikan benteng kecil untuknya berlindung dan tak terlihat oleh orang yang masuk ke toilet ini.
Krieet
Renjun mengernyitㅡsepertinya bunyi pintu toilet terbuka dengan pelan, dengan was-was tangan kiri lelaki itu dengan reflek membekap mulutnya agar tak menimbulkan suara.
"Renjun?" panggil suara serak yang terdengar familiar di telinganya.
Renjun semakin dibuat curiga, suara tersebut bukan berasal dari beberapa teman yang bertugas membantu dan menyelesaikan masalah ini. Tentu saja Renjun hapal betul suara-suara temannya. Sedangkan suara ini terdengar serak dan sangat berat, ia yakin ini salah satu anggota geng itu. Renjun tanpa sadar menggigit bibir dan berpikir apa yang harus ia lakukan dalam kondisi terancam begini?
"Asap ini gak ngaruh buat saya, saya bisa ngerasain keberadaan kamu Renjun," ujar lagi suara itu, jangan lupa dengan suara langkah kaki yang terdengar mendekat.
Lo kira gue arwah?! Please, please, please... jangan ke sini, jangan ke sini batin Renjun.
Renjun hanya membutuhkan satu orang saja untuk mengalihkan fokus orang satu ini yang sudah semakin dekat, Renjun mohon. Mulut lelaki itu tak henti-hentinya mengecap kata 'tolong.'
Mata Renjun membulat saat tiba-tiba sebuah sepatu boots tentara menendang salah satu kaki Renjun yang tak terluka. Renjun menahan ringis saat sepatu tersebut menginjak kakinya. Bisa ia rasakan seseorang sudah berdiri menjulang di depan. Walau begitu Renjun tak henti-henti memanggil beberapa nama teman yang sekiranya dapat membantu Renjun dalam situasi seperti iniㅡtentu saja di dalam hati, karena Renjun hanya mengharapkan mereka datang. Itu saja.
"Ck, belum semenit saya sudah bisa menyentuh kakimuㅡgak seru!" kesal suara berat itu.
Itu nginjek tolol! Bukan nyentuh!! batin Renjun yang rasanya ingin memaki namun tak mau mencari mati.
Bisa Renjun rasakan seseorang itu berjongkok dan dapat Renjun lihat dengan jelas wajah yang amat Renjun kenal, wajah yang sudah memiliki garis-garis kerutan dengan wajah tenang, tentu Renjun sangat amat tahu siapa orang di hadapannya yang sebelum itu sangat amat Renjun hormati. Tak menyangka bahwa suara familiar tersebut merupakan milik pria paruh baya yang sudah tersenyum simetris.
"Kamu gak mau kabur?" tanya sarkastis pria tersebut sambil melirik betis Renjun dengan pinggiran luka tembaknya masih remaja itu cengkram.
"Ck, harusnya saya yang nanya, bapak ngapain di sini? Mau belajar ngitung berapa hasil langkah dari sekolah ke hutan?" sebenarnya bukan sebuah pertanyaan yang Renjun ucapkan, melainkan sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mungkin mampu membuat pria di depannya ini berdesis tak suka.
Dari tatapan tajam pria tersebut tentunya sangat berpengaruh pada injakan kaki yang semakin mengencang di kaki Renjun yang tak terlukaㅡRenjun meringis lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
detective H2J2⏸NCT DREAM 00 [] ✔
Fanfiction✎tidak mewajibkan kalian untuk vote, tapi kalo kalian mauㅡterima kasih✎ ➳➳➳ ❞Terus sampel darah ini apa?❞ tanya Renjun sembari memperlihatkan sebuah robekan seragam yang terdapat secercah darah. ❞Darah haid kali.❞ Celetuk Jaemin asal. Pukk!! ❞Sakit...