6. 5eR3m 4Ny1n9

4.1K 784 50
                                    

Napas ke limanya nampak tak beraturan. Ada yang terlentang, ada yang berjongkok, ada yang menopang tubuh dengan lutut, ada yang berkacak pinggang, ada yang bersender pada tiang ring basket, dan ada juga yang hanya tersenyum miring memperhatikan manusia di depannya yang kelelahan.

Saat ini mereka berakhir di lapangan basket outdoor, dengan napas tak beraturan mereka mencoba untuk tetap tenang. Takut-takut Pak Taeilㅡsatpam sekolah mereka mendengar keributan mereka. Mengingat Haechan dan Jaemin dengan bodohnya malah berteriak di saat mereka diam-diam ke sekolah.

"Anying tuh jurik bikin gue jantungan aja ya Allah, gue yakin tuh kelas emang gudangnya setan Hoon, si Woojin punya apa sampe kagak ada setan yang mau nempel sama badannya," jelas Haechan yang masih terlentang dengan napas yang mulai normal seperti sebelumnya.

"Serius gue mau tanya emang tadi beneran si setan nongol?" tanya Renjun yang kini bangun dari posisi jongkoknya.

"Serius Njun, demi Allah gue. Udah cekikikan lagi tuh monyet!" tentu saja Haechan merasakan kekesalan dan juga takut secara bersamaan.

Mereka yang tak melihat sih enak hanya ikut berlari. Lah Haechan yang melihat kan jadi agak terbayang, Haechan sangat tak menduga kedatangan mereka disambut dengan sangat baik dan juga jangan lupa tawa manis yang arwah itu berikan. Haechan rasa arwah yang menyambut mereka adalah arwah gentayangan.

"Paraah anjir liat tuh jurik aja gue takut, gimana nanti ketemu si Nyonya belanda," ujar Haechan sembari mendudukkan tubuhnya.

"Jadi, gimana? Langsung ke toilet aja? Asli nyesel gue gak bawa minum," ujar Jeno yang masih menyender pada tiang ring basket.

"Sama bor, cape banget. Gue gak masalah langsung ke toilet, tapi si Haechan sanggup kagak, kesian gue," ujar Jaemin mulai merasa tenang.

Mengingat ia lah yang walaupun tak bisa melihat namun jika ia memiliki kemampuan sama seperti Haechan bayangan bahwa sama ia benar-benar berada di hadapan arwah tersebut, Jaemin benar-benar bisa merasakan hawa dingin tadi. Jaemin merinding mengingatnya.

Haechan berdiri dari duduknya, "udahlah langsung aja! Gue gak mau ditunda-tunda lagi. Kita balik aja ke kelas tadi."

Tentu saja perkataan Haechan membuat ke empat temannya yang lain terkejut bukan main. Mereka yang tak bisa melihat saja takut bukan main, bagaimana Haechan yang bisa melihat. Apalagi katanya arwah itu sungguh tak disebut bagus.

"Serius lo Chan?" tanya Jihoon membuka suara setelah merasa napasnya sudah kembali normal.

"Seribu rius gue, udah ayo. Gue harap sih gue kagak diikutin tuh arwah," ujar Haechan dengan menghela napas pasrah.

"Huft... okeh, gue ngikut aja." Jaemin menegakkan tubuhnya.

👓👓👓

Haechan menegukkan salivanya susah payah kala mereka sudah benar-benar berada di depan pintu kelas XI IPS 5 yang sedikit terbuka. Jeno sendiri juga tak kalah takutnya walau ia tak bisa melihat arwah yang sebelumnya menakut-nakuti mereka sampai lari ke lapangan outdoor.

"Ayo," ujar Haechan yang mulai melangkah membuka pintu kelas XI IPA 5.

Jaemin dan Renjun masih mencari surat yassin di al-quran dan buku yassin. Setidaknya mereka merasa tenang dengan membawa kedua buku tersebut.

"Lo udah buka surat yassin belom Jaem? Buruan jangan gue doang yang baca," ujar Renjun yang sudah menemukan halamannyaㅡmengingat yang ia gunakan buku yassin dan surat yassin berada di halaman paling awal jadi tak susah menemukannya, berbeda dengan Jaemin yang harus mencari terlebih dahulu.

"Udah, tenang aja sama gue," ujar Jaemin yang kini melipat halaman tersebut agar jika ia lupa menutupnya, kertas halaman yang ia cari masih bisa ia buka kembali dengan cepat.

Haechan sendiri bisa merasakan bagaimana hawa panas menyambut mereka di kelas XI IPA 5. Haechan masuk dengan Jeno di belakangnya. Bulu kuduk begitu saja berdiri saat ia bisa melihat banyak arwah gentayangan dan roh jahat tengah 'bermain' di kelas itu.

Banyak dari arwah yang terlihat berpakaian seragam sekolah Haechan namun tentu saja tak ada yang rapih, rata-rata seragam tersebut berhiaskan bercak darah.

Haechan kembali meneguk salivanya susah payah, seakan tenggorokannya tercekat dan begitu kering.

Haechan terdiam saat arwah dengan kepala yang terdapat banyak darah dan berkantung mata besar mendatanginya dengan seringaian lebar yang ia tunjukkan kala Haechan dan kawan-kawan begitu saja kembali dengan beraninya.

"Ma-maaf sebelumnya, saya sama temen-temen saya di sini gak ada sekalipun niat ganggu. Saya hanya ingin ngecek sesuatu," jelas Haechan dengan perasaan gugup dan takut.

Seringaian di wajah arwah wanita menyeramkan itu menurun dan tak menunjukkan ekspresi. Setelahnya, Haechan dapat melihat kondisi tubuh bersih wanita itu. Hanya wanita biasa yang bergaun putih polos dan tak ada sama sekali aura seram dari tubuhnya. Begitu pula arwah gentayangan lainnya.

Kini wajah lembutlah yang arwah itu berikan.

"Ada perlu apa?" tanya wanita itu merasa memang manusia di depannya memang tak ada niat mengganggu.

Haechan sendiri mulai merasa lebih tenang dan agak lega, "mm... temen manusia saya, diaㅡkamu bisa liat sendiri ada roh jahat yang ngikutin dia."

Arwah wanita itu melirik sebentar dan mengangguk mengerti, "roh itu teman bermain kami di sini. Kenapa bisa dia mengikuti temanmu?"

Haechan sendiri menggeleng tak tahu.

"Boleh suruh temanmu mendekat sebentar? Sebagai tanda maaf dan kalo bisa saya akan membantumu secara tulus, saya agak senang karena keberadaan saya bisa diliat, maaf kalo tadi sempat membuat kalian ketakutan," jelas arwah itu dengan mata berbinar.

Haechan mengangguk dan menggeleng, "gak masalah, kalian berhak ngelakuin itu apalagi sekarang banyak manusia yang dengan gampangnya jadiin kalian buat ngehasilin uangㅡHoon sinian, deketan ke gue."

Jihoon yang memang berdiri paling belakang dengan langkah ragu mendekati Haechan.

Haechan bisa melihat bagaimana arwah wanita itu menyamakan tubuhnya dengan tubuh kecil roh jahat itu yang nampaknya tengah tersenyum polos kala arwah wanita itu adalah arwah yang ia kenal.

"Vandyke, apa yang kamu lakukan?" tanya arwah wanita itu karena ia juga tak tahu alasan anak belanda tersebut mengikuti Jihoon.

"Aku... emm... ingin mengambil alih jiwanya, jiwanya tak pantas di raga ini. Jiwanya terlalu menyebalkan," jawab arwah anak belanda itu dengan ucapannya yang masih terdengar kaku mengucapkan bahasa indonesia.

"Kenapa begitu? Dia melakukan kesalahan?" tanya wanita itu masih penasaran.

"Ja, dia sudah merusak barang peninggalanku saat hidup yang aku simpan rapih-rapih di dekat jendela sana," anak belanda itu menunjukkan sebuah miniatur pesawat kayu yang tampak pecah entah apa penyebabnya sampai terbelah begitu.

Haechan ikut mengikuti arah telunjuk anak belanda itu, Jihoon pun mengikuti arah pandang lelaki di sebelahnya. Dan saat itu juga Jihoon ingat apa salahnya di ruangan itu.

"Chan, kayaknya gue tau apa salah gue," ujar Jihoon terdiam sebentar sambil mengingat kejadian yang membuatnya diikuti seharian.

"Apaan?" tanya Haechan ikut penasaran.

"Gue sengaja mecahin miniatur pesawat karena mikir ucapan Jinyoung cuman omong kosong."

#
#
#
#
H2J2

detective H2J2⏸NCT DREAM 00 [] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang