14) Perasaan Itu

39 23 0
                                    

Farish dan Mery berjalan berkeliling pekan seni itu. Sesekali mereka terlihat takjub dengan beberapa karya seniman disana. Mereka berkeliling cukup lama dari sudut ke sudut. Hingga akhirnya mereka merasa penat.

"Kita duduk dulu yuk, Rish!" ajak Mery yang sudah penat berjalan.

"Yuk, aku juga udah penat," kata Farish setuju.

Farish dan Mery duduk dibangku disekitar situ. Mery menselonjorkan kakinya nampak ia cukup letih. Faris tersenyum sendiri melihat Mery. Entah apa baru sadar atau apa, yang jelas Farish sekarang mengakui bahwa Mery memang manis.

Mery menyadari kalau Farish memperhatikannya jadi tersipu malu.

"Kamu kenapa? Kok senyum-senyum gitu? " tanya Mery tersipu malu.

"Enggak cuma melihat kamu aja," jawab Farish.

"Apa ada yang salah ya dengan penampilanku? " kata Mery sambil mencek penampilannya.

"Enggak kok, kamu manis," Farish langsung to the point mengatakannya pada Mery.

Mery jadi tambah tersipu malu mendengarnya. Farish memang tak mahir menyimpan perasaannya. Ia akan langsung to the point mengatakannya tanpa menutupinya.

"Ka,,,,, kamu serius? " tanya Mery masih tak percaya dengan apa yang ia barusan.

"Iya, ngapain aku bohong," kata Farish meyakinkan Mery.

"Makasih, jarang ada yang mengatakan aku manis,"

"Ya, berarti banyak orang yang rabun,"

Mery tertawa kecil mendengar celotehan Farish itu.

"Kamu ada-ada aja," kata Mery.

Farish tersenyum. Baru kali ini rasanya hatinya begitu tenang.

Ia sebenarnya masih tidak menyangka kalau Mery yang dulu memang tidak akur dengannya kini bisa sedekat ini.

Pikiran Farish menerawang ke kira-kira 1 tahun yang lalu. Dia ingat saat itu adalah hari pertama ia bersekolah di SMA Pelita Jaya.

Farish duduk dikelas X IPA 5.
Saat itu waktu istirahat, Farish memutuskan untuk ke kantin membeli minuman karena ia sangat haus. Farish membeli sebotol air mineral.

Farish minum sambil berjalan menuju ke kelas. Tiba-tiba saat dilorong-lorong antar kelas Mery yang nampak tergesa-gesa sambil membawa banyak buku perpustakaan datang dari arah beralawanan. Karena sama-sama tidak fokus maka.

"BRUKKK,"

Farish dan Mery saling bertabrakan. Mery terjatuh sementara Farish yang bisa menjaga keseimbangannya tidak jadi jatuh. Tapi botol air minumnya terlepasa dan tumpah membasahi bajunya.

"Aduhhh!!!" Mery melirik ke arah orang yang menabraknya atau orang yang ditabraknya.

Sebenarnya Mery langsung takjub melihat Farish yang memang rupawan itu. Mery tidak pernah merasa setakjub itu sebelumnya pada cowok.

"Ahhhh, bajuku jadi basah," keluh Farish.

Farish melihat ke arah Mery yang masih memandangnya. Pada awalnya Mery mengira Farish akan meminta maaf dan menolongnya berdiri, tapi justru...

"Kamu kalo jalan busa liat-liat dulu nggak, liat ni jadi nabrak orang sampai basah gini," protes Farish.

Seketika Mery jadi kecewa. Semua perkiraannya salah total. Mery yang tak terima disalahkan seperti itu langsung berdiri.

"Heh, yang liat-liat itu kamu, liat ni buku aku berserakan semuanya," balas Mery.

"Kamu yang nggak liat-liat, pake nyalahin orang lagi," Farish tambah kesal.

Drawing ArtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang