30) Do'a dan Harapan

18 7 1
                                    

Riani akhirnya meneteskan air matanya. Akro memandangnya dengan tatapan kasihan, ia tak menyangka Riani akan menangis karena dirinya. Tapi ia tak akan menyerah lagi, ia harus katakan semuanya sekarang.

"Aku...juga merasa...tersiksa...hiks...aku..hiks.... sebenarnya juga nggak mau....hiks....mendiamkam kamu kayak gini, tapi....aku harus sadar diri, siapa aku, siapa kamu, aku....aku...aku juga mencintai kamu, tapi..." kata Riani terisak pada Akro.

"Ni, tapi apa lagi? Kedua orang tua aku tidak melarang aku mencintai kamu, bahkan mereka mendukung itu, jadi satu-satunya yang menghalangi kita adalah diri kamu sendiri, " kata Akro.

"Kamu...jangan becanda, tidak mungkin mereka mengizinkan anaknya mencintai orang seperti aku, " ucap Riani lirih.

"Bagi orang tua aku yang penting itu kebaikan hati kamu, tidak masalah kamu dari kalangan manapun, aku serius kalau kamu tidak percaya ayo kita ke kantor Ayahku sekarang! Biar langsung kita tanyakan, ayo! " kata Akro.

Riani terdiam, ditatapnya wajah Akro yang sudah sangat serius. Tidak ada tanda-tanda kalau Akro berbohong.

"Lalu bagaimana dengan pandangan orang lain? Aku tidak mau dianggap perempuan gila harta, " kata Riani.

"Kenapa kamu harus peduli dengan anggapan orang lain, lagipula jika ada yang menghina kamu seperti itu aku akan buat orang itu menyesali perkataannya," kata Akro.

Riani terpana mendengar keseeriusan Akro. Ia tau kalau Akro tak pernah jatuh cinta sebelumnya, berarti dialah cinta pertama Akro. Riani tak bisa menampik kalau dia juga sangat mencintai Akro. Mendengar semua penjelasan Akro sebenarnya membuat ia sedikit lega, tapi tetap saja ia belum yakin. Bagaimanapun dia dan Akro berasal dari kalangan yang jauh berbeda.

Tapi dilihatnya Akro yang sangat berharap padanya. Akro sudah seperti  tidak nisa hidup tanpanya. Riani tidak ingin membuat orang yang ia cintai ini kecewa dan sakit hati. Ia tidak ingin Akro sedih, ia sangat menyayangi Akro.

"Jadi, kamu cinta sama aku kan? " tanya Akro lagi.

Riani sekarang mulai berani mengambil keputusan. Riani mengangguk.

"Aku juga cinta sama kamu, " kata Riani.

Raut lega dan kebahagian langsung tampak di wajah Akro. Akhirnya ia berhasil meyakinkan Riani.

"Kamu maukan selalu disamping aku? " tanya Akro.

Riani mengangguk.

"Aku janji, aku akan selalu menjaga kamu, aku nggak akan mengecewakan kamu, " kata Akro.

Tangis Riani kembali pecah. Tapi kali ini tangis kebahagiaan. Ia bahagia, sangat bahagia mendengar janji yang diucapkan Akro.

"Jangan nangis, kamu jelek kalau mewek gini, " Akro langsung mengusap air mata di pipi Riani.

Riani tersenyum ke arah Akro. Akro sangat bahagia kembali mendapatkan senyum itu setelah cukup lama senyuman itu seakan lenyap dari wajah Riani. Kebahagiaan benar-benar terasa di dapur itu.

***

Ayah Azdi telah pulang. Ia melepas lelah dengan duduk di sofa di ruang keluarga. Melihat Ayahnya telah pulang Azdi segera menghampirinya. Azdi duduk di sofa lain dekat Ayahnya.

"Yah, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan! " kata Azdi memulai percakapan.

"Ada apa? " tanya Ayahnya.

"Aku...aku ingin mengikuti perlombaan menggambar, " kata Azdi.

Ayahnya menatapnya cukup lama, Azdi jadi gugup menunggu jawaban Ayahnya.

Drawing ArtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang