3) Komikus Tangan Dingin

214 135 75
                                    

Azdi sampai di rumahnya. Ia memparkir motornya di depan rumah sederhana bercat putih itu. Azdi lalu segera masuk ke rumah.

"Assalamu'alaikum, aku pulang," ucap Azdi memberi salam.

"Walaikum salam," jawab Ibunya yang tengah menyiapkan makanan untuk makan siang.

"Wah!!! Kelihatannya enak," kata Azdi melihat semua hidangan yang telah tersedia dimeja makan.

"Cepat tukar baju lalu makan, oh ya Shalat Zuhur udah kan? " tanya Ibunya.

"Udah tadi di sekolah," kata Azdi.

Lalu Azdi menuju kamarnya. Didalam kamarnya Azdi duduk dimeja belajarnya. Dia terdiam sejenak melepas lelah. Lalu, Azdi membuka laci meja belajarnya. Didalam laci itu terdapat puluhan gambar karya Azdi. Mulai dari gambar anime favoritnya, gambar bangunan, pemandangan, gambar-gambar tokoh terkenal, hingga gambar karakter ciptaannya sendiri.

Azdi mengambil sebuah gambar yang masih setengah jadi. Gambar seorang cewek dengan rambut panjang yang terikat rapi yang tengah menggunakan pakaian seragam sekolah. Wajah cewek itu belum selesai tapi dari perawakannya ia kelihatannya cewek yang cantik.

Azdi memandangi gambar itu. Ia tersenyum.

"Nanti malam akan kuselesaikan," kata Azdi.

***

Sebuah  perumahan elit dikawasan Jakarta. Terdapat sebuah rumah putih bergaya eropa klasik. Rumah itu yang paling besar diantara rumah-rumah lain.

Didalam rumah itu, seorang pria sebaya Azdi nampak tengah mengerjakan sesuatu. Pria berambut sedikit kepirangan dan berwajah ganteng serta cool itu ternyata tengah serius membuat komik. Satu per satu frame komik itu ia lukis dengan apik. Komik yang ia buat bergenre action.

Tak lama, seorang wanita sebaya dengannya menghampiri pria itu.

"Apa tuan muda sudah makan? " tanya cewek itu.

Pria itu menghela nafas.

"Ayolah Riani, panggil aku Akro saja, tidak usah tuan muda," kata pria yang bernama Akro itu.

"Tapi itu kedengaran tidak sopan,soalnya aku dan ibuku bekerja untuk keluarga ini," kata Riani.

"Tapi kan kita juga teman sesekolah," kata Akro.

"Iya, tapi tetap saja,"

"Ya sudah, kamu hanya boleh panggil aku dengan tuan muda kalau dirumah, kalau diluar atau disekolah kamu harus panggil Akro saja, ok? "

"Baiklah,"

Akro tersenyum.

"Oh ya, apa sudah makan? " tanya Riani.

"Sudah, kamu sendiri gimana? Udah makan? " tanya Akro.

"Aku bisa nanti saja," kata Riani.

"Tidak boleh seperti itu, kamuharus jaga kesehatan, nanti kamu sakit,"

"Tapi..."

"Sudah jangan membantah lagi, sana makan,"

Akhirnya Riani menyerah.

Drawing ArtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang