25) I Love You

18 11 0
                                    

Di sebuah aula hotel yang luas berjejer kursi-kursi beserta mejanya dengan rapi. Para peserta Olimpiade Sains mulai memasuki aula itu. Mereka terpisah menjadi empat cabang. Fisika, Kimia, Biologi, dan Matematika.

Farish duduk di tempatnya dengan tenang. Sama sekali tak ada raut cemas ataupun gugup diperlihatkannya. Ia mungkin menjadi satu-satunya peserta yang paling tenang. Setelah soal dibagikan dan bel tanda mulai berbunyi, serentak semua peserta mengerjakan soal itu. Farish membaca dengan tenang soal-soal dihadapannya. Ia beberapa kali menggunakan buram untuk menyelesaikan beberapa soal. Tak ada kesulitan berarti yang ia rasakan.

Sementara di ruang lain, Mery juga sedang mengerjakan soal Matematika-nya. Ia mencoba tetap tenang walaupun diakuinya soal dihadapannya cukup memusingkan kepalanya. Banyak juga peserta yang menggaruk-garuk kepalanya bukan karena gatal melainkan pusing.

Waktu kian berjalan. Semua peserta masih berpacu dengan waktu menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Panitia memperingatkan para peserta di masing-masing ruang kalau waktu tinggal 10 menit lagi. Beberapa peserta nampak panik dan sebagian lagi nampak tetap tenang karena sudah menyelesaikan semuanya.

Farish sendiri sudah menyelesaikan semua soal tepat 10 menit sebelum peringatan dari panitian itu diserukan. Jadi dia cuma senyam-senyum ketika panitia mengingatkan waktu tinggal 10 menit lagi. Sebenarnya Farish sudah merasa bosan dari tadi. Ia memang paling tidak bisa diam berlama-lama.

Sementar di ruang Matematika belum  ada satupun peserta yang benar-benar selesai mengerjakan soal. Mery telah menyelesaikan 35 buah soal dari 40 soal. Kepalanya benar-benar pusing di 5 soal terakhir ini. Apalagi waktu yang mendesak. Jujur ia kini agak panik. Akhirnya ia menyerah ketika panitia mulai menghitung mundur dari 10. Akhirnya Mery memutuskan asal jawab saja. Ia menyilang sembarang di 5 soal terakhir.

Waktu habis. Kini saatnya semua peserta mengumpulkan lembar jawaban mereka. Ada yang mengumpulkan dengan perasaan yakin, setengah yakin, bahkan ada yang tidak yakin sama sekali.

Mery bertemu dengan Farish setelah mereka keluar dari ruangan masing-masing.

"Gimana soalnya? " tanya Mery pada Farish.

"Lumayanlah, "jawab Farish.

"Kamu sendiri gimana?" sambung Farish.

"Aku lumayan pusing sih," kata Mery.

"Aku tau supaya pusingnya hilang," kata Farish.

"Gimana? " Mery nampak penasaran.

"Pikirin aja aku," kata Farish sambil tertawa kecil.

"Kepe-dean banget sih," ucap Mery.

Farish tersenyum ke arah Mery, senyuman yang membuat wajah Mery  merona. Ia sangat gemas melihat wajah Farish.

"Ya udah semoga kita berhasil ya," ucap Farish.

"Amiiiinnn,"

***

Akro menyelesaikan beberapa scene komiknya. Akhirnya bagian terakhir komik ini selesai dan siap dikirim ke penerbit. Akro menarik nafas lega. Lalu ia membereskan peralatannya.

Riani menghampirinya.

"Tuan muda sudah makan? " tanya Riani nadanya masih datar.

Akro menggeleng.

"Ayo makan dulu! " kata Riani.

"Aku nggak akan makan sebelum kamu kayak dulu lagi sama aku, ingat lho ibu aku menyuruh kamu untuk nasihati aku," ujar Akro.

Drawing ArtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang