50) Don't Leave Me

14 5 2
                                    

Azdi dan Akro sampai di rumah sakit. Mereka segera bertanya pada petugas rumah sakit di depan letak kamar Shishi. Ternyata Shishi berada di ruangan ICU. Mereka segera menuju ruang yang dimaksud. Di depan ruang ICU terlihat Ibu Shishi dan Kak Indah yang menunggu dengan raut sedih.

"Azdi, " gumam Kak Indah saat melihat kedatangan Azdi.

Azdi terdiam sesaat. Ia langsung menoleh ke arah ruang ICU yang memiliki jendela kaca itu. Azdi langsung ternganga dan matanya kembali berair saat melihat Shishi yang terbaring di dalam ruangan itu. Wajah Shishi nampak sangat pucat dengan bermacam-macam alat bantu terpasang di tubuhnya. Hal ini memperlihatkan seberapa parahnya kecelakaan yang dialami oleh Shishi.

Tubuh Azdi terasa lemas saat melihat kondisi orang yang ia cintaibtersebut sudah sangat tak berdaya. Ia langsung tersandar ke dinding lorong Rumah Sakit itu. Pandangannya nanar, matanya berair. Air mata Azdi menetes, ia langsung terduduk lesu di lantai dengan tatapan yang sangat memprihatinkan.

Akro merasa sangat iba melihatnya. Dengan kondisi Shishi separah itu, pastinya Azdi akan sangat shock. Tak hanya Akro, Ibu Shishi dan Kak Indah pun juga iba melihat Azdi yang terlihat sangat terpukul.

Ibu Shishi mendekati Azdi yang masih terduduk lesu di lantai. Ibu Shishi berusaha melangkah dengan tegar.

"Kamu pasti Azdi ya? " tanya Ibu Shishi sambil berjomgkok di dekat Azdi. Dari suaranya terdengar bergetar.

Azdi tak mampu mengeluarkan suara, ia hanya mengangguk.

"Shishi banyak cerita tentang kamu, dia sangat mencintai kamu, jika kamu ingin Shishi sembuh kamu juga harus kuat, kamu tidak boleh seperti orang putus asa, " ucap Ibu Shishi bergetar tanda ia menahan kesedihan mendalam, ia mencoba tegar walau matanya berair.

Azdi masih terdiam tatapannya kosong ke depan. Akro mendekatinya. Akro lalu berjongkok di depannya.

"Ini pasti berat, tapi dengan putus asa seperti ini tak akan membantu, kau harus berdo'a dan yakin kalau Shishi pasti sembuh, " ucap Akro menenangkan Azdi.

"Hey, jika kau lemah bagaimana dia bisa kuat, " lanjut Akro.

Azdi tersadar, tak seharusnya ia putus asa seperti ini. Separah apapun keadaan Shishi, jika Tuhan berkehendak kesembuhan maka tidak  ada yang bisa mencegahnya.

"Ya, aku...aku harus kuat, " ucap Azdi lirih.

"Kalau begitu kau tidak boleh duduk di lantai seperti ini, " ucap Akro.

Azdi lalu berdiri dari duduk di lantainya, walau kakinya masih terasa lemas. Ia kembali menatap ke arah Shishi dari balik kaca itu. Semua kebahagiaanya tadi seketika lenyap tak bersisa. Hatinya hancur-sehancurnya melihat keadaan Shishi sekarang. Perasaan takut akan ditinggalkan Shishi mulai menghantuinya. Matanya sudah memerah.

Azdi berjalan gamang ke depan. Menuju jendela kaca yang membatasinya dengan ruangan Shishi. Azdi menyandarkan wajahnya ke kaca itu. Hatinya remuk, sangat remuk. Ketakutan akan ditinggal Shishi memuncak. Di tatapnya Shishi yang mengenakan alat bantu pernapasan dan balutan perban di kepalanya itu. Wajah Shishi yang cantik nampak sangat pucat. Azdi tak kuasa menahan air matanya melihat kondisi Shishi.

"Shi, jangan tinggalkan aku! " batin Azdi dengan berlinang air mata.

Akro, Ibu Shishi, dan Kak Intan cuma bisa berdiri terdiam melihat Azdi.

***

Farish, Mery, Rin, Riani, dan Rayiz.

Azdi yang terduduk lesu di kursi lorong itu cuma bisa menatap lesu ke arah mereka yang baru datang.

Drawing ArtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang